kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.199   95,00   0,58%
  • IDX 6.984   6,63   0,09%
  • KOMPAS100 1.040   -1,32   -0,13%
  • LQ45 817   -1,41   -0,17%
  • ISSI 212   -0,19   -0,09%
  • IDX30 416   -1,10   -0,26%
  • IDXHIDIV20 502   -1,67   -0,33%
  • IDX80 119   -0,13   -0,11%
  • IDXV30 124   -0,51   -0,41%
  • IDXQ30 139   -0,27   -0,19%

Perpaduan manis asin teh keju bikin penasaran


Jumat, 08 Desember 2017 / 11:30 WIB
Perpaduan manis asin teh keju bikin penasaran


Reporter: Tri Sulistiowati | Editor: Johana K.

KONTAN.CO.ID - Bisnis peritel modern boleh lesu, namun kondisi ini justru berbalik pada bisnis kuliner. Adanya tren baru dan rasa penasaran konsumen berhasil mempertahankan sinar terang bidang bisnis ini.  

Seperti teh keju, minuman asal Taiwan yang mulai naik daun. Penggemar kuliner pasti tak lagi asing dengan minuman ini karena banyak diulas dalam media sosial. Rasa teh yang manis dan segar, berpadu dalam krim keju yang gurih membuat rasanya khas. 
 
Ada aturan yang unik saat mengkonsumsi minuman ini, yaitu dengan memiringkan gelas hingga 45 derajat, supaya teh dan krim keju bisa diseruput bersamaan. Bila berhasil, maka akan terbentuk kumis putih. 
 
Minuman ini dapat disajikan dalam keadaan dingin dan hangat. Tapi baiknya, diminum dalam keadaan dingin dan saat krim keju tidak turun ke dasar gelas. 
 
Febrina Yao pemilik Cheese Tea asal Medan, Sumatra Utara mengatakan minuman ini mulai populer dan bakal booming layaknya thai tea Thailand. Melihat cuan yang cukup menjanjikan, dua bulan lalu dia mulai membuka gerai perdananya di Medan. 
 
Bak gayung bersambut, dalam sehari dia dapat mengantongi total penjualan sekitar Rp 3 juta sampai Rp 5 juta. Ingin memperluas pasarnya, Febrina pun menjajal peruntungannya dengan ikut dalam bazar kuliner di salah satu pusat perbelanjaan dikawasan Jakarta Barat. "Sambutannya bagus," katanya pada KONTAN, Kamis (3/11). 
 
Dia mematok harga jual minuman ini Rp 29.000 per cup. Pilihan menunya pun relatif beragam ada teh (blossom, black tea, peach, dan jasmine), macha, dan coklat. Gerainya pun dibuat dengan konsep open kitchen sehingga konsumen dapat langsung melihat proses pembuatan minuman ini. 
 
Pemain lain, Fiorenty Oktavia pun ak ingin ketinggalan. Sekitar Juni 2016 lalu, dia resmi membuka bisnis minuman teh keju dengan merek Relish Tea di Jakarta. 
 
"Minuman ini sudah menjadi tren di Taiwan. Setelah melihat di sana ramai, saya coba disini," katanya. Dia pun banyak belajar dengan cara melihat secara langsung proses raciknya saat bertandang ke Taiwan. Lainnya, juga dari bertukar informasi dengan berbagai pihak. 
 
Hingga saat ini, dia menjual produknya via penjualan daring. Namun, untuk momen tertentu, dia rajin mengikuti bazar makanan yang digelar di salah satu pusat perbelanjaan di Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara. 
 
Meski tidak mempunyai gerai fisik, Fiorenty menuai penjualan yang cukup tinggi. Dalam  sehari dia bisa menjual sekitar 30-40 gelas. Penjualannya akan melesat saat mengikuti bazar karena bisa mengantongi omzet  hingga Rp 5 juta. 
 
Dia membandrol harganya mulai dari Rp 27.0000 sampai Rp 32.000 per cup. Total menunya ada empat dan yang paling digemari konsumen adalah jasmine tea cheese dan ovaltine cheese.    

Pemain masih terbatas, angin persaingan belum bertiup kencang

Dianggap belum lazim, padu-padan teh dengan krim keju menarik minat banyak orang. Teh keju pun lantas viral di berbagai media sosial, seperti Instagram, dan membuat penasaran para pemburu kuliner. 
 
Fiorenty Oktavia, pemilik Relish Tea asal Jakarta menilai, kepopuleran teh keju bakal bertahan dua hingga tiga tahun kedepan. Tahun ini masih menjadi momen perkenalan kepada konsumen, permintaannya memang tak langsung tinggi,  tapi terus mendaki. 
 
Untuk menjaga pertumbuhan permintaan teh keju, Fio pun berusaha konsisten menyajikan produk berkualitas. Dia sengaja mendatangkan bahan baku langsung dari Taiwan. 
 
Alasannya, agar rasa yang diciptakan sama dengan rasa teh keju aslinya. " Kami juga kombinasikan dengan bahan lokal," jelasnya.  
 
Selain itu, Fio juga tak henti-hentinya berpromosi melalui media sosial, Instagram dan Facebook. Dia juga rajin mengikuti bazar makanan untuk mendekatkan produknya ke konsumen. 
 
Hal ini, sebagai bentuk antisipasi terhadap munculnya banyak pemain baru, ketika minuman ini populer. Sekarang, Fio merasakan persaingannya masih belum ketat, meski dia sudah melihat sejumlah pemain baru bermunculan. 
 
Menjadi pioner bisnis ini, tidak membuat Fio terlepas dari kendala. Salah satu hambatan bisnisnya adalah proses impor bahan baku yang cukup susah.
 
Berbeda dengan Fio, Febrina Yao, pemilik Cheese Tea asal Medan, Sumatra Utara belum dapat memprediksikan bakal sampai kapan minuman ini terus diburu konsumen. Tapi, dia cukup optimistis potensi usaha ini masih cukup besar dan menjanjikan di tahun-tahun mendatang. 
 
Hal ini terlihat dari tingginya animo konsumen. Saat akhir pekan, gerai Febrina bakal dipenuhi konsumen. Bahkan, konsumen harus mengantri 30 menit hingga 60 menit. 
 
Febrina juga masih memakai bahan baku impor dari Taiwan. Dia pun mengaku kerap kesulitan dalam proses pengiriman sehingga bahan baku telat datang. Sayangnya, sampai sekarang belum ada solusi terkait masalah tersebut. 
 
Memberikan pelayanan pesan antar, perempuan berambut panjang ini memilih untuk memisahkan krim keju dari tehnya.  Tujuannya, agar keju tidak turun kebawah saat ditangan konsumen. "Kami pisahkan, sehingga saat akan diminum krim keju tetap masih ada diatasnya," katanya. 
 
Lainnya, dia menambahkan bila belum banyak pemain yang muncul sehingga angin persaiangan pun belum tampak. Walaupun begitu, dia tetap menjaga kualitas produk dan pelayanan kepada konsumen. 
 
Bila tidak ada halangan, Febrina bakal memperluas pemasaranya dengan membuka satu gerai di Jakarta. Saat ini, dia masih dalam tahap mencari lokasi berjualan yang cocok dan tepat sasaran konsumen. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×