kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45932,69   4,34   0.47%
  • EMAS1.335.000 1,06%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Perpisahan yang mendatangkan berkah bagi Jenggo


Jumat, 29 September 2017 / 09:10 WIB
Perpisahan yang mendatangkan berkah bagi Jenggo


Reporter: Tri Sulistiowati | Editor: Johana K.

KONTAN.CO.ID - Hidung pesek, kerutan kulit wajah dan mimik khas anjing Ras Pug mengantar kesuksesan Muhammad Halilintar Rajawali menjadi pengusaha. Ia membesut My Dog Indonesia yang memproduksi berbagai aksesori bergambar ras anjing tersebut.  

Perpisahan dengan King Kong, anjing Pug kesayangannya ternyata membawa berkah. "Saat memandanginya di malam terakhir sebelum diadopsi, saya pandangi muka dan matanya, muncullah ide usaha," kata Jenggo, panggilan akrab Muhammad Halilintar Rajawali.

Menurutnya, anjing memiliki tuan yang loyal. Penggemar anjing pun banyak. Dari sinilah, dia melihat peluang untuk memasarkan pernak-pernik bertema anjing yang bisa dipakai penggemarnya.  

Pada Oktober 2010, Jenggo mulai menjual kaos sebagai produk pertama My Dog Indonesia. Kaos ini bergambar muka anjing ras. Tak tanggung-tanggung, ia menyiapkan 15 desain kaos berbagai ukuran.  

Namun, tak ingin dianggap sebagai pedagang kaos, Jenggo pun melakukan strategi branding. Melalui media sosial, dia membangun brand sebagai produk kreatif bagi kalangan pecinta anjing.  

Gayung bersambut, satu persatu produknya mulai diminati oleh konsumen. Meski belum booming, laki-laki yang suka memakai kupluk ini terus menambah jenis aksesorinya untuk mewujudkan mimpinya bisa memajangkan karyanya dalam sebuah pameran.

Berkat kerjakeras, keuletan, dan keyakinannya,  November 2012, dia bisa berpartisipasi dalam ajang Dog Show. Kini, produknya pun makin beragam, mulai dari kaos, tas, topi, lukisan, patung, stationery, pin, gantungan kunci, stiker dan lainnya.

Dia pun berhasil menembus pasar di kota-kota besar, seperti Jakarta, Bali, Batam, Bandung, Surabaya dan Yogyakarta. Untuk memperluas penjualan, selain lewat daring, dia memang menggandeng distributor. "Kebanyakan yang jual daring itu reseller," katanya.

Ingin menembus pasar mancanegara, Jenggo mulai memasarkan produknya melalui marketplace Singapura. Untuk memotong biaya pengiriman, pengiriman dilakukan lewat distributornya yang ada di Batam. Selain Singapura, konsumennya juga datang dari Spanyol dan Jepang.  

Dalam produksi, Jenggo menjalin kerjasama dengan para perajin. Ada 12 perajin di Bandung, Jakarta, dan Sukabumi, Jawa Barat yang membantunya. Dalam sebulan, total produk mencapai 1.800 item.

Desain muka anjing di seluruh produknya hanyalah anjing ras. Alasannya, karakter mukanya khas dan tetap seperti Husky, Beagle, dan Pug. Harga jual produknya mulai Rp 15.000 hingga Rp 450.000 per item.

Terus suntik modal supaya bisa ikut pameran

Live begins at forty, pepatah ini rasanya tepat menggambarkan cerita hidup Muhammad Halilintar Rajawali atau yang sering dipanggila Jenggo. Pasalnya, pada usia 40 tahun inilah dia meraih sukses My Dog Indonesia. Tak hanya dikenal penggemar anjing di Indonesia, My Dog Indonesia juga sering dipesan dengan konsumennya di luar negeri.

Asal tahu saja, keputusannya terjun ke dunia usaha lantaran dia merasa tak punya waktu untuk keluarga. Ia pun memilih menjadi bapak rumah tangga alias bekerja di rumah, sementara istrinya tetap bekerja di kantor.  

Dengan modal Rp 15 juta, bapak satu anak ini merintis bisnisnya. Uang itu dipakai untuk memproduksi 15 varian kaos bergambar anjing, termasuk membayar jasa desain grafis. Meski jebolan Fakultas Seni Rupa dan Desain, Institut Teknologi Bandung (ITB) ini memilih menyerahkan soal disain pada ahlinya. "Keahlian saya ada di branding, lagi pula saya mempunyai networking para seniman," jelasnya.

Tak ingin main-main, ia mencari talent yang mampu mendesain muka anjing semenarik mungkin di Bandung. Sekaligus mencari perajin yang dapat menuangkan gambar tersebut diatas kaos semirip mungkin.

Setelah produk siap, dia pun segera membangun branding produknya. Lewat Facebook dan Instagram, ia mempromosikan logo usaha dan membentuk opini pasar  bila My Dog Indonesia bukanlah sekedar penjual kaos tapi bisnis kreatif yang erat kaitannya dengan penggemar anjing. Konsumen pun mulai berdatangan.  

Meski untung belum tercetak, Jenggo terus menambah varian produk. Alasannya, line up produk adalah hal yang wajib. Selain itu, dia memasang target ikut pameran sehingga harus punya stok yang cukup. Alhasil, dia harus kembali menggelontorkan dana pribadi sebesar Rp 15 juta. "Total saya menyuntik Rp 15 juta sebanyak enam kali," tambahnya.  

Dua tahun melewati masa berat, Jenggo mulai menuai hasil. Setelah ikut pameran, konsumen terus berdatangan.  My Dog Indonesia semakin terkenal. Meski sudah punya gerai di sembilan kota besar, Jenggo masih rajin ikut dalam ajang pameran. "Ini ajang tepat untuk melakukan branding dan mendongkrak penjualan," cetus Jenggo.

Meski tak ada lawan, Jenggo tak henti berinovasi

Sejauh ini, Muhammad Halilintar Rajawali mengaku belum menemukan pesaing bagi usahanya. Namun begitu, ia tak boleh lengah. Jenggo, panggilan akrabnya, pun terus berinovasi untuk terus menarik perhatian dan memenuhi permintaan.  

Pasalnya, ada saja pelanggan yang menanyakan varian lainnya. "Kalau ada minimal lima orang yang menanyakan model produk yang sama kami akan segera produksi," tambahnya. Paling cepat, produk baru meluncur dalam sebulan.  

Tak ketinggalan, Jenggo juga sering membuat kaos dengan sentuhan pribadi. Salah satu caranya, dengan menggunakan foto anjing peliharaan orang lain yang dianggap menarik menjadi desain kaos. Agar tampak dekat dengan pemiliknya, diberikan identitas si anjing.

Dari situlah, lantas, si pemilik akan membeli kaos buatannya. Bahkan, anggota keluarga lainnya pun juga akan membeli sebagai bentuk rasa cinta pada si anjing.

Hanya memproduksi desain anjing ras, tak jarang dia menuai protes dari pemilik anjing kampung. Untuk mengakomodir  permintaan itu, Jenggo membuat produk global dengan desain kata-kata.

Kedepan, bapak dua anak ini bakal menambah varian baru yaitu pakaian pantai bertema anjing. Gerai yang berlokasi di Bali, bakal dijadikan tempat distribusi produk tersebut.  

Strategi promosinya dengan mencari model berbagai ras orang asing, seperti negro, latin, asia, eropa, dan lainnya. Asal tahu saja, cara ini dianggap mampu menggambarkan produk tersebut telah ddikenal dan digunakan oleh semua kalangan dari berbagai belahan dunia.

Selain itu, Jenggo juga ingin mulai membuat produk bagi hewan peliharaan. Seperti, makanan dan lainnya. "Karena brand saya sudah eksis sekitar enam tahun, semoga mudah masuk ke pasar hewan peliharaannya," tambahnya.

Namun, bukan berarti selama membangun bisnis ini Jenggo tak menemui kendala. Tahun pertama, arus kas menjadi tantangan terbesarnya. Maklum, penjualan belum stabil, namun Jenggo berniat terus kembangkan bisnisnya.

Kesulitan lainnya adalah membangun komunikasi dengan mitra. Namun, dia terus berusaha dengan menjaga semangatnya terus menyala. "Agar semua ikut maju, saya harus jadi yang paling semangat," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×