kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.326.000 0,53%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Persaingan sehat jaga bisnis tetap liat (3)


Selasa, 09 Desember 2014 / 14:46 WIB
Persaingan sehat jaga bisnis tetap liat (3)
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menganjurkan masyarakat segera melengkapi dosis vaksinasi COVID-19.


Reporter: Tri Sulistiowati | Editor: Havid Vebri

Sentra daging kambing yang berada di kampung Bustaman, Jalan Mantraman, Semarang, Jawa Tengah sudah ada sejak zaman penjajahan Belanda. Meski begitu, bukan berarti bisnis penjualan kambing terus berjalan mulus.

Banyak kendala yang dihadapi para jagal dan pengusaha olahan daging kambing. Salah satunya adalah tidak ada kontrol dari pemerintah untuk harga jual kambing. Karena tak seperti penjualan daging sapi yang selalu memiliki patokan, harga jual daging kambing cenderung dilepas ke pasar oleh pemerintah.

Tak heran jika pedagang kambing dapat menjualnya dengan sesuka hati. Selain itu, Muhammad Rizki Aliza salah satu tukang jagal di kampung ini, mengeluhkan renovasi yang tidak kunjung selesai untuk Tempat Pemotongan Hewan (TPH). Asal tahu saja, TPH yang tengah diperbaiki tersebut berada di tengah-tengah kampung Bustaman.

Kondisinya memprihatinkan karena sudah tidak dapat digunakan untuk proses pemotongan. Mengingat atapnya bocor dan sistem pembuangan air pun tidak baik. Padahal dulu seluruh jagal melakukan potongan di sana. Setelah ditutup mereka memotong kambing di rumahnya masing-masing.

Asal tahu saja, sekitar 80% dari jumlah warga di kampung Bustaman menggantungkan hidupnya dari kambing. Tapi yang patut diacungi jempol adalah persaingan yang masih terbilang sehat. Hal ini diakui oleh pria yang kerap disapa Rizki, alasannya, harga jual daging kambing hampir sama diantara para jagal.

Lagipula biasanya mereka sudah mempunyai pelanggan masing-masing. Hal senada juga diungkapkan Muhammad Ucup, juru masak daging kambing ini bilang bahwa antara pengusaha tidak saling ambil pelanggan. “Kami tunjukkan kalau memang mereka cari tukang masak langganannya,” jelasnya.

Agar konsumen lama tidak kabur, kualitas daging dan masakan pun tetap dijaga. Selain itu, penjual juga memberikan pelayanan baik bagi seluruh konsumennya. Contohnya, memberikan potongan harga atau bonus porsi masakan kepada pelanggan lama. “Ini seperti kami amal dan buat senang pelanggan,” jelas Ucup.

Untuk mempromosikan usahanya, tidak perlu banyak cara. Rizki misalnya, hanya mengandalkan brosur yang ditempel pada pohon-pohon guna mempromosikan jasa masak olahan daging kambing. Sedangkan Ucup lebih mengandalkan cara marketing lama yaitu promosi dari mulut ke mulut.

Maklum saja, Ucup sudah menjalani usaha ini sejak berusia 20 tahun. Tidak jarang pula, dia menyebar kartu nama kepada para konsumen yang mengunjungi lokasi tersebut agar mereka ingat dan kembali lagi ke tempatnya.

Tersohornya kampung Bustaman ini membuatnya tetap banyak dikunjungi oleh konsumen baru yang mencari daging kambing. Namun untuk Anda yang baru pertama kali ke sana, tidak perlu takut untuk masuk karena tidak ada calo yang akan mengganggu konsumen untuk mencari juru masak atau jagal yang sesuai dengan keinginan, sehingga Anda bebas memilih.         

(Selesai)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×