Petani Jepara menikmati harga garam mahal

Jumat, 21 Juli 2017 | 17:07 WIB Sumber: Antara
Petani Jepara menikmati harga garam mahal


JEPARA. Petani garam di Kabupaten Jepara, Jawa Tengah, menikmati harga jual garam mahal, menyusul minimnya ketersediaan garam lokal di pasaran.

Sukib, salah satu petani garam asal Desa Surodadi, Kecamatan Kedung, Jepara mengakui, sejak Mei 2017 petani mulai memproduksi garam, meskipun cuacanya kurang mendukung karena masih sering turun hujan.

Karena tingginya harga garam, kata dia, cuaca yang tidak mendukung tersebut, tidak mematahkan semangat petani garam.

Hingga kini, lanjut dia, cuaca masih sering kali turun hujan, sehingga membuat hasil produksinya tidak maksimal.

"Bagi petani yang menggunakan media geoisolator atau plastik pelapis tambak garam, masih bisa panen dengan cuaca seperti sekarang karena dalam waktu 20 hari siap dipanen," ujarnya, Jumat (21/7).

Kondisinya, lanjut dia, berbeda ketika tidak menggunakan geoisolator, karena membutuhkan waktu hingga sebulan.

Setiap petak tambak garam yang sudah mengkristal menjadi garam, kata dia, bisa langsung dipanen, meskipun dari lahan satu petak tersebut hanya sebagian kecil.

Meskipun hanya mendapatkan dua atau tiga kombong, kata dia, petani masih bisa mendapatkan uang dalam jumlah menggiurkan.

Setiap tombong yang berisi 80 kilogram garam, katanya, laku dijual ke pengepul hingga Rp300.000, sehingga ketika bisa memanen hingga tiga tombong mendapatkan pemasukan sebesar Rp900 ribu.

"Tentunya, menguntungkan petani karena tanpa harus menunggu semuanya siap panen sudah bisa menghasilkan," ujarnya.

Harga jual garam saat ini, lanjut dia, berbeda jauh dengan harga sebelumnya, karena setiap tombong hanya laku di pasaran berkisar Rp30.000 hingga Rp40.000.

Setiap kilogramnya, kata dia, saat itu hanya berkisar Rp300 hingga Rp400 saja, sedangkan saat ini mencapai Rp3.000 lebih per kilogramnya.

Musim produksi garam biasanya dimulai bulan Juli, Agustus, September dan Oktober, namun karena tingginya harga jual garam mendorong sejumlah petani memulai lebih awal.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto

Terbaru