kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,51   7,16   0.77%
  • EMAS1.335.000 1,06%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Peternak di Indonesia masih bersifat sambilan


Kamis, 16 November 2017 / 21:54 WIB
Peternak di Indonesia masih bersifat sambilan


Reporter: Lidya Yuniartha | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Saat ini produksi susu nasional masih berkisar 850.000 – 860.000 ton dalam satu tahun. Produksi susu ini tak kunjung meningkat, bahkan cenderung menurun dari tahun ke tahun.

Ketua Asosiasi Peternak Sapi Perah Indonesia (APSPI), Agus Warsito mengatakan, produksi susu sapi tersebut tak kunjung bertambah karena dihasilkan dari peternak-peternak masih bersifat sambilan.

“Produksi sebanyak 800.000-an ton itu dihasilkan oleh peternak sambilan, mereka tidak menjadikan itu sebagai pekerjaan utamanya,” ujar Agus.

Menurut Agus, peternak rakyat tersebut hanya menghitung biaya produksi berupa pembelian konsentrat tanpa menghitung biaya untuk hijauan sebagai makanan ternak, pengobatan, inseminasi buatan, serta tenaga yang dikeluarkan.

Karena itulah, banyak peternak rakyat yang menganggap sudah mendapatkan untung meski susu yang diperoleh hanya dihargai Rp 4.500 – 5.000 per kg. Padahal, menurut Agus, peternak seharusnya mendapatkan minimal Rp 6.000 per kg.

Agus menyampaikan, untuk bisa berubah menjadi skala industri, terdapat beberapa persyaratan yang harus dipenuhi oleh peternak, Mulai dari infrastruktur kandang, modal, hingga kemampuan (skill) yang lebih memadai. Ini yang membuat peternak Indonesia masih kalah dengan peternak luar negeri.

Agus berharap supaya Industri Pengolahan Susu (IPS) untuk bermitra dengan peternak. Dengan kemitraan tersebut, maka akan ada upaya untuk mengatasi kesenjangan antara peternak luar negeri dengan peternak dalam negeri. “Harapannya adalah supaya peternakan ini menjadi bidang yang menarik meski untuk skala rumah tangga,” jelas Agus.

Sementara itu, sampai saat ini populasi sapi perah masih berkisar 533.000 ekor, di mana hanya terdapat 267.000 ekor sapi laktasi.

Menurut Agus, Indonesia akan sulit memenuhi kebutuhan industri sebesar 40% di tahun 2021 apabila tidak ada penambahan populasi.

“Mencapai swasembada kalau hanya mengandalkan populasi yang ada itu mustahil. Itu harus ada impor sapi perah, baik melalui pemerintah, koperasi peternak, atau melalui industri tidak masalah,” tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×