kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,20   -16,32   -1.74%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Produk abon jamur kian menjamur


Jumat, 03 Februari 2017 / 15:01 WIB
Produk abon jamur kian menjamur


Reporter: Dadan M. Ramdan | Editor: Dadan M. Ramdan

JAKARTA. Abon merupakan salah satu makanan yang awet dan banyak digemari. Masyarakat mengonsumsi abon untuk lauk yang ditabur di atas nasi, mi instan, bubur atau sebagai isi lemper. Tapi, tidak jarang orang lebih suka mengonsumsi langsung layaknya mengudap camilan. Kini abon juga banyak digunakan untuk aneka toping makanan seperti roti dan kue.

Pada umumnya produk abon terbuat dari bahan daging, seperti daging sapi, ayam, atau ikan tengiri. Kini, kreasi abon merambah bahan baku nabati yang memiliki kandungan protein tidak kalah tinggi, misalnya menggunakan jamur. Ada beberapa brand abon jamur yang sudah dikenal luas di pasaran, seperti Murasa, Hiratake, Jamurku, Medales 16 dan Ailani. Nah, merek yang terakhir, yakni Ailani merupakan salah satu pelopor pembuatan abon jamur di Indonesia.

Agustina, konsultan bisnis kuliner menyebut, prospek usaha abon jamur akan bagus dalam beberapa tahun mendatang. “Proyeksi saya, usaha abon jamur bisa booming tiga sampai lima tahun lagi,” katanya. Agustina mengakui saat ini abon jamur belum sepopuler abon berbasis daging. Namun, jika digarap serius ke depan, usaha abon jamur bisa menjadi ladang usaha yang lezat.

Ada beberapa pertimbangan mengapa prospek abon jamur cukup positif. Pertama, gaya hidup sehat mulai melanda warga masyarakat khususnya di kota-kota besar. Salah satu gaya hidup sehat itu adalah tidak mengonsumsi daging dan protein hewani, atau vegetarian. Vegetarian sangat selektif dalam mengkonsumsi bahan makanan. Mereka akan memilih makanan yang kaya serat alami, salah satunya jamur. Nah, menurut Agustina, produk abon jamur mengakomodasi kebutuhan vegetarian untuk mendapatkan makanan seperti ini.

Ahmad Nasution, pemilik Ailani Food yang memproduksi abon Ailani di Malang Jawa Timur, juga optimistis produk ini mulai digemari masyarakat. “Dengan segala keunggulan abon jamur ketimbang abon lain, kami rasa prospeknya bagus,” ujarnya. Selain itu, kini kesadaran masyarakat Indonesia tentang kesehatan semakin meningkat. Alhasil, Ahmad merasakan bahwa permintaan terhadap makanan seperti abon jamur juga melonjak.

Dari sisi rasa, abon jamur cukup sedap dan gurih yang menyerupai rasa abon daging. Adapun tekstur jamur yang berserat bila dimasak dengan bagus, hasilnya  akan mirip dengan serat daging. Keunggulan lainnya abon jamur bisa dikonsumsi siapa saja, dari mulai bayi enam bulan sampai manula. Usaha pembuatan abon jamur tidak memerlukan investasi yang mahal. “Bisa dimulai dari dapur sendiri dengan menggunakan peralatan dapur seadanya,” sebut Ahmad.

Kusni, pengusaha abon jamur Medales 16 mengamini pendapat Ahmad. Ia menyebut untuk memulai usaha tersebut tidak membutuhkan modal gede.
Ia merintis pembuatan abon jamur sekitar 2012 silam dari dapur rumahnya di Tangerang Banten. “Merek Medales ini tak lain singkatan dari alamat dan nomor rumah saya,” jelasnya.

Kusni merasakan usaha abon jamur yang ia tekuni banyak peminatnya, karena penjualannya terus tumbuh. Tak ayal ia yakin prospek usaha abon jamur bagus. “Abon jamur best seller, karena banyak dicari konsumen yang tak suka makan ikan atau daging,” imbuhnya. Hal senada diutarakan Aris C., produsen abon jamur merek Jamurku. Aris bersama kelompok pembudidaya jamur di Temanggung dan Magelang, Jawa Tengah. “Produksi kami masih terbatas meskipun permintaan terus bertambah,” katanya.
Keterbatasan produksi ini lantaran Aris belum memiliki mesin penggiling jamur. Akibatnya produksi belum stabil. “Produksi kami menyesuaikan permintaan,” ucapnya tanpa memerinci berapa kemampuan volume produksinya.

Pun demikian Aris mengklaim, sejak tahun lalu telah memproduksi abon jamur premium. Produk ini memiliki kemasan lebih mewah karena untuk menyasar pasar menengah atas dengan harga per kemasan mencapai Rp 115.000. Di segmen bawah, ia memang membuat abon murah, yang ia kemas dalam kaleng, stoples dan plastik dengan harga jual mulai Rp 15.000 per bungkus.

Bahan baku melimpah
Menurut Ahmad, abon jamur  memiliki keunggulan harga bahan baku relatif lebih murah ketimbang abon berbahan baku daging. Selain itu, bahan baku dari produk ini mudah didapat. Seperti kita tahu, saat ini budidaya jamur tiram sudah marak di mana-mana. Artinya tak perlu ada kekhawatiran kurang pasokan bahan baku.
Melimpahnya bahan baku ini juga yang membuat Ahmad mengawali bisnis olahan jamur tiram. Ia menceritakan beberapa tahun silam saudaranya kesulitan menjual jamur tiram hasil budidaya. Padahal jamur ini tidak tahan lama.

Melihat kondisi tersebut, Ahmad coba-coba mengolah jamur tiram menjadi makanan yang tahan lama. Dari beberapa kali percobaan dan pertimbangan, akhirnya pada 2010 dia memutuskan untuk membuat bisnis abon jamur.

Sejatinya ide membuat abon jamur berasal dari sang ibu, Rahlani, yang menyarankan agar jamur digiling. Ternyata setelah abon digiling terlihat sangat berserat. “Karena itu juga mengapa merek abon Ailani, yang merupakan singkatan Abon Ibu Rahlani. Nama ini, kata Ahmad adalah sebagai penghormatan kepada ibundanya yang memberikan ide. Dan kini jamur tiram yang semula tidak bernilai, mulai memiliki nilai ekonomis tinggi. Ahmad memulai bisnisnya dengan modal Rp 10 juta. kapasitas produksi pada awal hanya  mampu menghasilkan 6 kg–10 kg abon jamur per hari. “Abon jamur ini unik karena belum pernah ada sebelumnya dan kami yang pertama,” klaimnya.

Kini, Ahmad mempekerjakan delapan karyawan untuk memproduksi abon jamur sebanyak 40 kg–60 kg per hari. Ailani Food memiliki delapan varian abon jamur yakni original, pedas, balado, barbeque, keju, jagung bakar, vegan original dan vegan pedas. Untuk harga mereka memberikan banderol Rp 22.000 per bungkus. Mengenai wilayah pemasaran, produk abon jamur Ailani Food tersebar di Pulau Jawa, Bali, beberapa kota di Pulau  Sumatra dan Kalimantan. Dalam penjualan Ailani Food menerapkan sistem offline dan online. Untuk offline seperti distribusi langsung ke toko-toko, supermarket, dan pasar modern lainnya. Penjualan via online memanfaatkan jejaring sosial media dan situs www.ailanifood.com.

Rata-rata nilai penjualan atau omzet abon jamur mencapai puluhan juta per bulan. “Kami memiliki puluhan reseller dan distributor,” rinci Ahmad. Ailani Food menjamin abon racikannya samasekali tidak mengandung unsur hewani. Dengan segala manfaat yang ada pada jamur tiram, abon ini lebih sehat dari abon berbahan dasar hewani terutama daging sapi maupun daging ayam.

Agar bisa diterima pasar, abon jamur tidak hanya menjual kandungan rendah kolesterol dan tinggi serat, tapi harus bebas bahan pengawet. Atas dasar itu, Ahmad menuturkan dalam proses pengolahan bahan bakunya harus dari jamur tiram segar, dipadu dengan bahan-bahan pilihan lainnya. Kemudian, kudu alami dan tanpa bahan pengawet, gula buatan dan penyedap rasa dari bahan kimia. Hal ini penting karena yang mengkonsumsi bukan hanya masyarakat umum melainkan kelompok masyarakat vegetarian yang sadar betul mengenai gaya hidup sehat.

Seperti yang dilakukan Kusni, untuk menjaga kealamian abon jamur Medales 16 menyatakan telah berkomitmen menjaga kualitas dan kepercayaan konsumen sejak awal merintis usaha ini pada 2012 lalu. “Abon jamur Medales 16 tidak menggunakan bahan penyedap rasa,” klaim Kusni. Selain itu, dalam proses pengembangan usaha, perusahaan ini mendapatkan pembinaan dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Tangerang. Tak hanya itu, pada saat tahap ujicoba produk dan tes pasar, produk Medales 16 juga mendapat bimbingan intensif dari bina UKM Universitas Tangerang Raya.

Hasilnya, usaha ini mendapatkan izin usaha dan Sertifikat Produksi Pangan Industri Rumah Tangga (SP-PIRT) plus sertifikat halal secara gratis. Kusni mengakui, legalitas usaha dan jaminan keamanan produk menjadi modal untuk bersaing dengan produk abon berbahan protein hewani yang sudah lama eksis di pasaran. Kusni berujar, produk Medales 16 mendapatkan respon positif di pasar tidak lepas dari tekad dan kegigihannya dalam mengembangkan usaha ini dari bawah.

Awalnya dengan modal Rp 12 juta untuk beli peralatan, Kusni hanya  mampu memproduksi abon degan volume 3 kg–4 kg sehari. Saat ini produksi sudah mencapai 27 kg per hari dengan tujuh varian rasa.  Soal harga, abon Medales 16 menjual Rp 25.000 per bungkus. Jangan heran, abon Medales 16 tak hanya melanglang Nusantara tapi sudah tembus mancanegara. “Ada reseller kami di Australia,  Miami, Florida, dan lainnya,” beber Kusni yang menyebut memiliki 50 reseller.
Bagaimana, apakah Anda juga berminat menjajal usaha abon jamur? 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×