kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45933,03   5,39   0.58%
  • EMAS1.320.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Produk kerajinan tangan yang butuh ketelitian (2)


Jumat, 05 Februari 2016 / 16:25 WIB
Produk kerajinan tangan yang butuh ketelitian (2)


Reporter: Teodosius Domina | Editor: S.S. Kurniawan

Mengolah tong-tong bekas menjadi barang yang lebih berharga sebenarnya pekerjaan yang sederhana. Yang diperlukan adalah kreativitas agar barang yang sebelumnya sekedar sampah bisa menjadi barang yang mempunyai nilai jual tinggi.

Perlu juga jiwa inovatif agar berani mencoba membuat hal-hal baru. Prinsip itulah yang dipegang teguh oleh Sukarno, salah seorang pengusaha yang mengolah tong sampah menjadi berbagai macam barang yang lebih berguna.

Ketika KONTAN mendatangi bengkel kerjanya di Jalan Viktor, Buaran, Serpong, Tangerang Selatan, ia sedang sibuk membuat tong sampah bersama dua orang karyawannya. “Di sini yang paling laris itu membuat tempat sampah. Biasanya juga langsung satu set, yakni untuk sampah organik dan anorganik,” terang pemilik nama panggilan Nano ini.

Selain tong sampah, Nano juga membuat berbagai jenis barang lain, termasuk perabot rumah tangga. Salah satu perabot rumah tangga yang proses pembuatannya paling rumit adalah lemari yang terbuat dari bekas tong oli besar.

Prosesnya sebenarnya sederhana namun butuh ketelitian. Tong tersebut ia potong di bagian tengah untuk dijadikan pintu. Potongan diberi engsel dan gagang pintu. Kemudian ia memberi rak di dalamnya. “Pembeli barang-barang seperti ini biasanya mereka yang senang dengan benda-benda unik,” tutur Nano menerangkan.

Nano sering mempunyai klien dari sekolah, dinas pemerintahan, serta beberapa pengembang perumahan. Karena sudah dikenal serta memiliki beberapa klien yang membeli dalam jumlah besar, Nano pernah pula diminta Balai Lingkungan Hidup untuk membuat composser.

“Kami kan menjual tong plastik besar juga. Kadang kala saya diminta membuat alat pembuat kompos dari tong tersebut,” terangnya. 

Ia menjelaskan, tong tersebut dimodifikasi dengan diberi filter udara serta air sehingga menghasilkan pupuk. Nah, air yang dihasilkan dari pembuatan kompos tersebut bisa digunakan sebagai pupuk.

Dengan mengolah berbagai ukuran tong dan drum bekas dari pabrik menjadi tempat sampah, ia rata-rata mengantongi omzet Rp 1 juta hingga Rp 3 juta per hari. Bahkan ia pernah mendapat pesanan bernilai ratusan juta.

Sedangkan Faishal, pengusaha lainnya, selama ini hanya membuat tong sampah saja. Maklum, ia baru menggeluti usaha ini sekitar tiga tahun ini.

Dia menerangkan tidak ada banyak kendala dalam mengerjakan usaha ini. “Kendalanya paling hujan. Tong-tongnya kan kami cat yang harus dikeringkan dengan dijemur,” ujarnya.

Sama separti Nano. ia juga pernah menerima orderan dari pengembang perumahan dalam jumlah besar. Pengembangan perumahan ini sekali order minimal 300 pieces. "Soal harga tentu tidak bisa disamakan dengan yang beli sedikit,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Terpopuler
Kontan Academy
Trik & Tips yang Aman Menggunakan Pihak Ketiga (Agency, Debt Collector & Advokat) dalam Penagihan Kredit / Piutang Macet Managing Customer Expectations and Dealing with Complaints

[X]
×