kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45923,49   -7,86   -0.84%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Produk mendunia berkat Larutan 8 Dewa


Jumat, 15 Januari 2016 / 18:30 WIB
Produk mendunia berkat Larutan 8 Dewa


Reporter: Oginawa R Prayogo | Editor: Dadan M. Ramdan

JAKARTA. Pengalaman dan jaringan mengantarkan Budi Santoso merintis perusahaannya sendiri. Dilandasi oleh semangat yang terus menyala, usaha paletnya terus maju meski berbagai persoalan juga membelit langkahnya. Bahkan, tak cuma memproduksi palet, PT Karuna Sumber Jaya juga mengembangkan bisnis perawatan palet.  
Karier pria asal Semarang ini berawal di sebuah perusahaan plywood pada Juni 1989. Sebagai seorang staf di bagian umum, Budi mengerjakan berbagai hal, mulai dari pengiriman barang ke pabrik, bertransaksi di bank, ke pasar hingga menyiapkan makan siang untuk atasannya.

Demi peningkatkan kariernya, Budi rajin mengendus peluang kerja. Dari perusahaan plywood, dia pindah ke perusahaan pelayaran. Di kantor barunya, dia bertugas di bagian pemasaran ekspor kontainer. Tak berhenti di sini, Budi juga menggali pengalaman di perusahaan pengolah kayu untuk palet. Dia mendapat tugas memasarkan palet ke Jepang. Dari tugas inilah, Budi mendapatkan inspirasi untuk menjadi pengusaha. Namun, sebelumnya, dia sempat berlabuh pada dua perusahaan yang berkecimpung dalam bisnis palet. “Pada masa ini, saya kenal perusahaan trading palet,” kenang dia.

Berbekal pengetahuan seluk-beluk palet kayu, jaringan pemasok maupun konsumen produk ini, Budi pun memberanikan diri membangun usaha palet kayu pada April 1996. “Saat itu, modal saya Rp 1,5 juta,” cetus Budi. Dana itu dia pakai untuk mengurus berbagai izin pendirian CV Harapan Gemilang. Order pertama yang menghampirinya sebanyak dua kontainer atau 40 meter kubik (m3) palet kayu.

Lantaran modal terbatas, Budi tak membuat pabrik palet sendiri. Dia hanya mencari pembeli palet. Sementara, pasokan palet dia siapkan dari produsen palet di Bengkulu. Namun, dia tetap mengecek kondisi dan kualitas palet setelah pesanan tersebut sampai di Jakarta. Kalau ada kekurangan, Budi tak segan untuk menyempurnakannya. Semua kegiatan ini dilakukannya seorang diri. “Dari order pertama itu, saya dapat untung sekitar 5% atau senilai US$ 600,” kata Budi.

Sukses dengan pengiriman pertama, pesanan pun terus berlipat. Pesanan terbesar yang dia dapatkan sebanyak 40 kontainer. Budi juga telah memiliki enam pemasok palet.
Namun, di tengah laju permintaan yang terus mendaki, Budi justru lengah pada kualitas kontrol. Dia pun menuai keluhan dari konsumennya di Jepang lantaran palet terkena jamur di negara tujuan. Demi menjaga kepercayaan pembeli, pria 45 tahun ini pun bergegas ke Jepang. Menurut dia, saat terjadi masalah seperti ini, menjadi keharusan untuk menjelaskan secara langsung sekaligus meminta maaf atas kesalahan yang terjadi. “Saya bongkar celengan dan jual mobil untuk kepergian ke Jepang ini,” kata Budi.

Dia mengaku, saat itu merupakan titik balik baginya. Budi kembali memulai dari nol. Tapi, Dewi Fortuna berpihak padanya. Budi mendapat kesempatan kedua dari  perusahaan yang sama, asal bikin palet kayu sendiri. Tanpa pikir panjang, Budi menyanggupi tantangan tersebut.

Larutan 8 Dewa
Saat memproduksi palet sendiri, Budi merekrut empat karyawan dan menyewa tanah seluas 500 meter persegi (m2) di kawasan Cileungsi, Bogor. Dia juga harus mencari bahan baku, yakni kayu sengon dari Sukabumi, Jawa Barat. Setelah memproduksi palet sendiri, Budi meningkatkan status usahanya menjadi PT Karuna Sumber Jaya.

Hanya saja, dia kembali menemui masalah jamur saat palet sampai di tangan pembeli. Analisisnya, kayu  perkebunan kurang tahan terhadap jamur dibanding kayu yang berasal dari hutan, seperti saat dia mengambil palet dari pemasok di Bengkulu. Masalah itu membawanya berpikir menemukan cara pengawetan kayu perkebunan.
Keingintahuan itu terjawab saat Budi berkunjung ke Keraton Yogyakarta dan melihat kereta kencana berumur ratusan tahun dengan kondisi yang apik. Dari abdi dalem, Budi mengetahui resep keawetan kereta itu karena selalu dimandikan dengan cairan tertentu yang bahan bakunya berasal dari lingkungan keraton dan didoakan pada waktu tertentu. “Saat itu, saya ambil yang ilmiahnya saja,” ungkapnya.

Dia pun mendatangi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) untuk bertanya bahan baku pengganti yang ada di cairan tersebut. Bersama tujuh peneliti LIPI yang dipimpin Prof. Sulaiman Yusuf, Budi melakukan penelitian selama tiga tahun. “Yang menjadi objek trial and error produk palet kami,” jelas dia. Pada 2006, Budi menemukan formula yang disebut Larutan 8 Dewa (L8D). Larutan ini berfungsi untuk menahan serangan serangga dan jamur perusak kayu dengan metode yang sederhana dan ramah lingkungan.  “Larutan ini sudah dipatenkan lembaga nasional dan juga lembaga internasional,” ujar  Budi. Dengan larutan ini, Budi mengembangkan bisnis jasa perawatan palet.

Saat ini, kapasitas Karuna Sumber Jaya mencapai 12.000 palet per bulan. Dia juga menerima sekitar 7.000 palet dari luar untuk dilapis L8D. Enggan menyebut angka pasti, Budi membisikkan omzet perusahaannya sudah mencapai 10 digit. Sumber pendapatan Budi pun saat ini 80% berasal dari produksi palet sendiri dan 20% berasal dari treatment palet. Dari satu pabrik, Budi siap menambah pabrik baru pada tahun ini. Dia mengaku sudah memiliki lahan seluas 6.000 m2 untuk pabrik barunya. Tahun ini pula, Budi berniat menjual formula L8D dengan memberi pelatihan terlebih dulu pada calon pembeli. Namun, dia berharap, sebelum menuju ke arah tersebut, pemerintah lewat Balai Karantina dapat menerbitkan sertifikasi untuk profesi treatment palet ini agar kualitasnya bisa dapat terjaga dan terpercaya.    

Jaga kepercayaan
Dalam menjalankan bisnisnya, Budi  selalu berpegang teguh pada kepercayaan. Dia mempelajari arti penting kepercayaan ini dari seorang bos saat bekerja di sebuah perusahaan. Anak pertama dari dua bersaudara ini menjadi orang kepercayaan sang bos. “Meskipun disuruh-suruh, bagi saya itu adalah soal trust bos ke saya. Trust ini yang tidak bisa dinilai,” ungkap Budi yang saat itu kerap diminta untuk membantu mengerjakan beberapa keperluan pribadi bosnya.

Kepercayaan dari bos itu sangat penting karena Budi menyadari dirinya bukan siapa-siapa. Dia mengaku, sejak kecil kehidupan keluarganya penuh perjuangan karena beberapa kali mesti pindah kota mengikuti ayahnya mencari kerja. Selepas tamat SMA, Budi pun harus bekerja karena orangtuanya tak punya biaya untuk melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi. Keberaniannya berbisnis sendiri juga buah dari kepercayaan klien. Tak heran, ketika terjadi masalah, Budi  rela menguras tabungan dan hartanya untuk mempertahankan kepercayaan dari para pembelinya. “Saya keliling, mendatangi enam klien di Jepang,” tutur Budi.  

Ayah tiga anak ini menyadari, pencapaian yang diraihnya adalah hasil kerja kerasnya sejak lulus dari SMA Boedi Utomo, Jakarta. Kini, Budi pun menaruh kebanggaannya terhadap palet. Dengan bisnis ini, dia bisa menghidupi keluarganya dan menyekolahkan anak-anaknya. Bahkan, seorang dari tiga anaknya kini sedang mengenyam pendidikan di Amerika Serikat. “Jadi, karena palet, saya bisa sekolahkan anak sampai luar negeri,” cetus Budi. Pria kelahiran Semarang ini pun mengaku siap menurunkan ilmu soal palet kepada buah hatinya. Dia berharap, selepas anak-anaknya menyelesaikan studi, bisa menggantikan perannya di perusahaan kelak.          

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Terpopuler
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×