kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,20   -16,32   -1.74%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Proses menagih utang jadi lebih praktis


Selasa, 24 Oktober 2017 / 10:00 WIB
Proses menagih utang jadi lebih praktis


Reporter: Francisca Bertha Vistika | Editor: S.S. Kurniawan

KONTAN.CO.ID - Hampir semua perusahaan punya pekerja lapangan, apalagi multifinance. Tidak cuma satu dua orang, tapi banyak.

Ya, perusahaan pembiayaan memang harus memiliki banyak pekerja lapangan. Bukan tenaga pemasar saja, tapi juga penyurvei dan penagih.

Tentu, tak mudah mengontrol para pekerja lapangan ini. Terlebih, kalau jumlahnya ratusan bahkan ribuan orang. Sudah begitu, tersebar di banyak kota dan daerah pula.

Bertolak dari problem tersebut, Stephanus Lutfi menciptakan Jari pada Oktober 2016 lalu. Dan di Januari 2017, aplikasi manajemen layanan pekerjaan lapangan itu resmi meluncur.

Dengan Jari, perusahaan bisa mengontrol para pekerja lapangannya melalui aplikasi ponsel serta situs internet. Saat ini, fokus Jari menyasar perusahaan pembiayaan sebagai klien, khususnya yang masuk kategori menengah (second tier) ke bawah.

“Untuk mereka yang butuh solusi yang Jari tawarkan tapi tidak punya tenaga kerja dari internal,” ujar Lutfi, Co-Founder sekaligus Chief Executive Officer (CEO) PT Jari Solusi International.

Pasarnya di Indonesia tentu saja besar. Jumlah perusahaan pembiayaan di tanah air terbilang banyak.

“Semua multifnance harus pakai aplikasi semacam Jari. Sekali dapat perusahaan, bisa ratusan pengguna,” kata Lutfi yang pernah bekerja di bagian jasa keuangan sebuah perusahaan sistem integrator di Jakarta.

Empat layanan

Jari menawarkan empat layanan. Lutfi menjelaskan, layanan satu dengan lainnya berhubungan erat.

Tetapi, saat ini baru dua layanan yang meluncur, yakni Mobile Surveillance dan Mobile Collection. Keempat layanan Jari itu adalah:

Pertama, Mobile Quest. Layanan ini berfungsi melihat produktivitas pekerja lapangan. Jari melengkapi Mobile Quest dengan fitur live tracking dan dashboard yang informatif. Targetnya, Jari merilis layanan ini akhir tahun 2017 nanti.

Lutfi bilang, Mobile Quest cocok untuk memantau tim pemasar alias sales. “Dengan layanan ini, perusahaan pembiayaan bisa tahu sales-nya sudah menawarkan produk ke mana saja dan berapa banyak,” jelas alumni Universitas Bina Nusantara, Jakarta, ini.

Kedua, Mobile Survey. Aplikasi ini untuk mempermudah proses survei di lapangan sehingga menjadi lebih efektif dan efisien.

Jika konsumen sudah setuju untuk mengajukan pembiayaan, biasanya perusahaan akan mengirim orang untuk melakukan survei ke tempat tinggal konsumen itu.

Sayangnya, masih banyak perusahaan pembiayaan yang menggunakan cara-cara manual dalam melakukan survei. Misalnya, penyurvei akan menjabarkan tempat tinggal konsumen secara detail, mulai lebar jalan atau gang menuju rumah seberapa besar hingga di depan rumah ada apa saja.

Nah, dengan Mobile Survey, petugas survei sudah bisa menentukan titik koordinat rumah calon konsumen. “Dan, foto-foto dokumen langsung bisa dikirim ke manajemen tanpa harus menunggu lama,” terang Lutfi yang sudah berkecimpung di dunia teknologi informasi (IT) lebih dari 18 tahun.

Ketiga, Mobile Collection. Aplikasi paling awal dirilis Jari ini untuk membantu proses penagihan ke konsumen yang menunggak cicilan.

Jari membekali Mobli Collection dengan fitur task management, live tracking, online payment, dan integration portable bluetooth printer. “Kami luncurkan yang ini dulu karena kami lihat pasarnya cukup besar. Ketika rasio pembiayaan bermasalah (NPF) perusahaan tinggi, pasti akan kejar collection (penagihan utang),” ungkap Lutfi.

Biaya penggunaan aplikasi ini di luar biaya pemasangan adalah Rp 350.000 per orang per bulan. Dengan minimal kontrak kerja selama dua tahun, tiap pekerja lapangan juga akan mendapat ponsel pintar dan printer portabel bluetooth. “Untuk penyediaan fitur ini, kami kerjasama dengan Samsung dan Lenovo,” kata Lutfi.

Dengan begitu, jika konsumen yang menunggak saat ditagih meminta keringanan tenggat waktu pembayaran, petugas penagihan bisa langsung mencetak surat perjanjian.

“Dengan aplikasi ini, konsumen yang bayar tunggakan di rumah juga bisa langsung mendapat bukti pembayaran. Dan, bukti pembayaran bisa langsung diterima perusahaan,” ujar Lutfi.

Mobile Collection juga memiliki fitur cash on hand plafond. Misalnya, hari ini penagih melakukan penagihan ke lima konsumen yang menunggak.

Tapi, dari dua konsumen saja sudah mengantongi uang maksimal sesuai aturan main perusahaan, maka penagih harus menyetor terlebih dahulu duitnya baru bisa kembali menagih.

Ada pula mobile point of sales. Dengan fitur ini, konsumen bisa membayar cicilan yang tertunggak dengan kartu debit atau kredit. Cukup dengan menggesek kartunya pada alat yang dibawa penagih.

Keempat, Mobile Surveillance untuk melakukan pencarian mobil atau sepeda motor dengan cepat berdasarkan tanda nomor kendaraan bermotor atawa nomor polisi kendaraan. Karena itu, aplikasi ini mendapat bekal fitur GPS tracking dan e-mail notification.

Mobile Surveillance baru meluncur awal September lalu. Aplikasi ini untuk membantu mendapatkan kembali kendaraan yang dibawa kabur oleh konsumen yang ngemplang.

Sekarang, petugas lapangan masih melakukan pekerjaan tersebut secara manual. Mereka harus membawa data-data kendaraan yang dibawa kabur oleh konsumen.

Lutfi bilang, pekerjaan itu bak mata elang lantaran petugas lapangan kerap berdiri di pinggir jalan untuk mencari kendaraan dengan memelototi satu per satu plat nomor mobil atau motor yang lewat.

“Dengan aplikasi ini jadi lebih praktis. Tinggal cari plat kendaraan di aplikasi dan tekan lapor, data penemuan kendaraan sudah langsung terkirim ke perusahaan,” beber Lutfi.

Biaya pemasangan Mobile Surveillance sebesar Rp 10 juta. Lalu, masih ada success fee atau saat pekerja lapangan melakukan klik fitur lapor. Sayangnya, Lutfi menolak menyebutkan biaya tiap kali klik.

Sejauh ini, Jari sudah menggaet dua klien perusahaan pembiayaan, yakni Trihamas Finance dan  Pro Car Finance, dengan jumlah pengguna sekitar 700 orang. “Kami sedang melakukan penjajakan perusahaan pembiayaan lain, tapi masih belum bisa kami sampaikan siapa saja,” kata Lutfi.

Cari pendanaan

Untuk pengembangan bisnis ke depan, Jari sedang mencari modal tambahan dari inkubator, perusahaan yang memfasilitasi startup, mulai tempat kerja, pelatihan bisnis, mentoring, hingga pendanaan.

Selama ini, Lutfi mengungkapkan, modal kerja berasal dari rekannya yang berbaik hati memberikan dana guna menopang bisnis Jari.

Tapi, dia enggan membeberkan nilai pendanaan dari angel investor itu. Uang itu untuk pembuatan aplikasi, sewa kantor, serta gaji sembilan pegawai Jari.

Yang juga jadi kendala saat ini, menurut Lutfi, jumlah karyawan yang masih sedikit. “Permintaan dari lembaga pembiayaan besar, tapi pegawai kami sedikit untuk bisa menangani permintaan tersebut. Harapannya, jika dapat modal lagi, kami akan melakukan perekrutan pegawai lagi,” ucap dia.

Tantangan lain, masih banyak perusahaan pembiayaan belum percaya dengan keamanan data mereka jika menggunakan aplikasi Jari. Sehingga, “Perlu edukasi dulu bahwa data perusahaan akan aman di tangan kami. Lagipula, produk ini bisa dibeli putus, bukan dengan komputasi awan (SACS) saja,” tegas Lutfi.

Memupuk dan mendapat kepercayan memang tak semudah membalikkan telapak tangan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×