kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45930,39   2,75   0.30%
  • EMAS1.320.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Putu bangun agrowisata untuk kesejahteraan petani


Jumat, 20 November 2015 / 16:10 WIB
Putu bangun agrowisata untuk kesejahteraan petani


Reporter: Merlina M. Barbara | Editor: Tri Adi

Berawal dari hobi melakukan traveling, Putu Gede Asnawa Dikta berhasil membangun Desa Sibetan, Kabupaten Karangasem, Bali menjadi kawasan agro wisata buah salak. Keberadaan kawasan agro ini mampu mengantarkan petani salak di Desa Sibetan hidup dengan kualitas yang memadai. Pendapatan para petani bisa merangkak naik hingga mencapai 80%.

Menghasilkan karya yang cemerlang, memang kerap berawal dari sebuah hobi. Begitu pula yang dilakukan oleh Putu Gede Asnawa Dikta dalam membangun kawasan agro wisata buah salak di Desa Sibetan, Bali.   

Berkat upayanya itu, Putu berhasil menyabet penghargaan bertajuk Danamon Social Entrepreneur Awards (DSEA) 2015. Ini merupakan penghargaan terhadap para individu yang membangun wirausaha berkelanjutan untuk mengatasi masalah sosial di lingkungannya.

Semua bermula pada tahun 2012, ketika sebagai mahasiswa, Putu harus membuat tugas karya tulis. Desa Sibetan dipilih sebagai referensi bahan tulisannya.

Putu melihat angka kemiskinan petani di Desa Sibetan terbilang tinggi. Sebagai sentra produksi pertanian salak sejak tahun 2000 tidak serta merta membuat petani di Desa Sibetan bisa hidup sejahtera. Saat musim panen raya, produksi salak di Desa Sibetan bisa mencapai 100 ton per tahun. Ironisnya, saat panen, harga salak merosot tajam hanya Rp 300−Rp 800 per kilogram (kg). Padahal, saat kondisi normal, harganya bisa Rp. 5.500 per kg.

Petani juga minim pengetahuan dalam mengolah limbah salak. Akibatnya, salak busuk yang kerap dibuang sembarangan, menebar aroma tak sedap dan mengotori lingkungan sekitarnya.

Berangkat dari rasa keprihatinannya itu, Putu berinisiatif mengembangkan kawasan wisata agro di Desa Sibetan. Tepat pada Juli 2012, ia mulai menjalankan pilot project bernama Agro Wisata Abian Salak. Makna kata Abian dalam bahasa Bali adalah lahan perkebunan.

Kegiatan awal yang dilakukan adalah merangkul para petani dan mengedukasi pengelolaan kebun salak secara swadaya, promosi, dan pengembangan teknologi untuk mengelola limbah salak tanpa pihak ketiga.

Berkat kegigihannya itu, Putu berhasil mengembangkan Desa Sibetan sebagai tujuan wisata baru dengan membangun kebun salak seluas 1 hektare (ha) sebagai proyek contoh dari total luas 40 ha kebun salak di kabupaten Karangasem Bali.

Kini, Desa Sibetan telah disulap jadi kawasan agrowisata. Para turis asing maupun lokal bisa mengunjungi spot pemetikan buah yang dinamakan pesona petik salak. Pengunjung juga bisa melihat proses produksi pengolahan wine salak. Para wisatawan bisa berkunjung ke salak resto yang menawarkan berbagai kuliner berbahan baku salak. Salah satunya, batang salak muda diolah menjadi sop. “Ini satu-satunya menu kuliner pertama di Bali,” kata Putu.

Keberadaan desa wisata yang Putu gagas ini secara perlahan mulai mengubah perekonomian masyarakat Desa Sibetan. Program ini dapat dapat meningkatkan pendapatan masyarakat sekitar 5%−7% dari hanya Rp 500.000 menjadi Rp 700.000 per bulan. Ini masih akan meningkat seiring pengembangan yang akan dilakukan. Saat ini total petani yang terlibat 35 orang yang terbagi dalam kelompok managerial and tourism dan kelompok wanita tani.          
----

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Terpopuler
Kontan Academy
EVolution Seminar Trik & Tips yang Aman Menggunakan Pihak Ketiga (Agency, Debt Collector & Advokat) dalam Penagihan Kredit / Piutang Macet

[X]
×