kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45927,64   6,18   0.67%
  • EMAS1.325.000 -1,34%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ratu EO pameran produk UKM di mal


Sabtu, 28 Juli 2018 / 06:00 WIB
Ratu EO pameran produk UKM di mal


Reporter: Merlinda Riska | Editor: S.S. Kurniawan

KONTAN.CO.ID - Dulu, enggak mudah produk-produk usaha kecil menengah (UKM) masuk ke mal. Kebanyakan produk yang mengisi mal adalah barang bermerek nan mahal.

Tapi itu dulu, sekarang tidak lagi. Pendobraknya adalah Rina Diana Tri. Pendiri event organizer (EO) Poeri Enterprise ini adalah salah satu pelopor pameran produk-produk buatan perajin di mal. “18 tahun yang lalu belum ada pameran UKM di mal,” ungkap Rina.

Sudah banyak mal yang berkongsi dengan perempuan kelahiran 20 Agustus 1968 ini untuk menggelar pameran UKM. Tapi, ia hanya membatasi di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi. Sebut saja, Lippo Mall Kemang (Jakarta), Botani Square Mall (Bogor), MargoCity (Depok), dan Grand Metropolitan (Bekasi).

Tentu, bukan hanya pameran UKM, Rina juga siap menyelenggarakan acara lainnya, termasuk pesta ulang tahun. Tempatnya bisa di mal atau di tempat-tempat lain seperti di gedung perkantoran.

Untuk pameran di mal, dalam sebulan dia bisa mengadakan banyak event. Contoh, selama bulan puasa kemarin saja, ia menggelar pameran bertema Ramadan di tujuh mal.

Sayangnya, Rina menolak blak-blakan mengungkap omzet usahanya per bulan. Saat ini, jumlah karyawan Poeri Enterprise termasuk berstatus pekerja lepas sebanyak 80 orang.

Kata Poeri pada nama perusahaannya merupakan singkatan namanya dan sang suami, Poerwanto dan Rina. “Ini juga jadi semangat dan inspirasi dalam berbisnis, karena ada harapan, doa, dan restu dari keluarga saya,” katanya.

Sebelum mendirikan Poeri Enterprise pada 2000 lalu dengan status perseroan terbatas (PT), Rina lebih dulu berbisnis biro perjalanan mulai 1998 hingga 2008. Dia menyewa tempat di Hotel Inna Wisata.

Namun, semenjak Hotel Inna Wisata bersalin menjadi Grand Indonesia, Rini menutup bisnis travel agent tersebut. Tambah lagi, usaha EO kian berkembang pesat.

Langkah Rina masuk ke bisnis EO tidak sengaja. Mulanya, ia dapat tawaran dari temannya untuk menggelar bazar di salah satu kantor di Jakarta dengan tema budaya. Sang teman beralasan: Rina hobi mengoleksi benda-benda etnik sehingga kenal dengan banyak perajin.

Tetap fokus

Bazar itu mendapat respons positif. Sejak itu, tawaran untuk menyelenggarakan bazar dan pameran terus berdatangan.

Ia lantas mendirikan Poeri Enterprise, dengan mengusung konsep utama: budaya. “Saya suka yang berbau etnik, maka menciptakan usaha yang saya sangat menikmati,” ucapnya.

Sebelum masuk ke mal, Rina lebih dulu menggarap event di sejumlah kementerian dan lembaga pemerintah juga badan usaha milik negara (BUMN). Sebut saja, acara ulang tahun Perum Bulog, termasuk mengadakan bazar yang diikuti UKM binaan perusahaan logistik pelat merah itu. “Mulai fokus ke mal 15 tahun lalu,” ujar dia.

Awalnya, ia mengungkapkan, enggak mudah menyelenggarakan pameran produk-produk UKM di mal. Maklum, meski sudah memiliki atrium yang besar, pengelola mal merasa sudah cukup dengan penyewa atawa tenant yang ada. Kalau pun mereka menyewakan atrium, kebanyakan untuk pameran otomotif dan mebel.

Tapi, keberhasilannya mengadakan acara di berbagai instansi pemerintah dan BUMN mampu meyakinkan pengelola mal. Apalagi, Rina mengusung pameran UKM dengan tema berbeda, yakni budaya.

“Saya buat dekorasi yang etnik banget. Contoh, ada pendopo untuk produk UKM dari Jawa, rumah gadang buat produk dari Sumatra Barat,” jelas dia.

Rina pun jadi pionir penyelenggaran pameran di sejumlah mal. Contohnya, Botani Square MargoCity, Grand Metropolitan, serta Cibubur Junction.

Tantangan berikutnya adalah mengajak pelaku UKM ikut pameran di mal. Soalnya, yang ada di benak mereka adalah sewa stan di mal mahal. Agar perajin kecil mau bergabung, Rina menawarkan skema bagi hasil keuntungan alias profit sharing.

Yang jadi tantangan selanjutnya adalah, bagaimana menyedot pengunjung datang. Ia pun menyiapkan beberapa strategi, mulai mengundang artis ibukota hingga mengadakan demo membatik buat pengunjung. “Saya juga bikin bazar artis. Bisa dibilang, mungkin pada zaman itu saya yang pencetus bazar artis,” klaim Rina.

Alhasil, pameran-pameran produk UKM yang dia gelar di mal mendulang sukses. “Peserta senang, pengunjung senang, pengelola mal senang, dan saya selaku EO juga senang. “Win win solution,” imbuhnya.

Penawaran dari pengelola mal terutama pusat perbelanjaan baru untuk menyelenggarakan pameran di tempat mereka pun mengalir. Namun, Rina hanya mengambil tawaran dari mal di Jabodetabek. “Kekuatan saya terbatas,” kata dia.

Rina pun tetap fokus menggarap pameran produk UKM. Meskipun, tak sedikit pengelola mal yang memintanya memegang pameran lain, seperti otomotif dan mebel. Di luar pameran produk UKM, ia hanya mengambil acara seperti meet and greet dengan artis.

Menurut Rina, banyak pengelola mal memercayakan penyelenggaraan pameran dan acara lain ke dirinya lantaran ia turun langsung. Mulai dari memuat barang ke dalam mal hingga pameran berlangsung.

“Rata-rata kan pemilik EO tidak turun, serahkan saja ke karyawan, saya tidak begitu. Saya juga ingin karyawan bisa langsung ngomong ke saya kalau ada masalah dan keputusan bisa segera diambil,” ujarnya.

Lakukan pendekatan

Yang juga jadi pembeda dengan EO lain adalah, selama pameran Rina selalu melakukan pendekatan kepada para pelaku UKM yang jadi peserta. “Saya suka mengajarkan ke mereka untuk membuat keunikan dalam produknya,” kata dia.

Keunikan bukan hanya pada produk, juga kemasan dan kartu nama. Sehingga, para pembeli yang datang mau membeli produk. “Jadi, saya berbagi ilmu juga, bukan sekadar jualan stan pameran,” beber Rina.

Pendekatan yang ia lakukan juga untuk menggali masukan dan keluhan dari pelaku UKM. Ambil contoh, ada peserta yang mengeluh penjualan tidak laris, padahal pameran sudah berjalan beberapa hari. Rina pun akan memberi saran agar penjualan bisa meningkat.

Tetapi, kalau penjualan masih tetap sepi dan akhirnya peserta meminta diskon sewa tempat, dia akan memenuhi permintaan itu. “Cuma, untuk ke depannya harus dievaluasi, kenapa bisa tidak laris, saya bantu evaluasi, karena enggak bisa terus-terusan kasih diskon,” ujarnya.

Era digital ini, ujar Rina, juga jadi pemberat penjualan UKM di pameran. Orang semakin banyak yang berbelanja di toko online karena lebih praktis, bahkan harganya lebih murah.

“Saya sering kali memberi pendekatan ke para perajin bahwa mereka harus bisa mengikuti zaman. Kalau ingin berhasil dan produknya laris, ya, ikut jualan online tapi offline tetap jalan,” ucapnya.

Satu lagi, tidak seperti EO lain, Rina menerima pembayaran sewa stan dengan dicicil. Yang penting, ada itikad baik dari peserta untuk melunasi hingga akhir pameran.

Memang, cara ini mengundang risiko. Tak sedikit peserta yang mengemplang. Kalau dirupiahkan, nilai totalnya terbilang besar.

Cuma, Rina menolak menyebut angka persisnya. “Saya ikhlaskan saja. Untung rugi dalam sebuah bisnis adalah hal yang biasa,” sebutnya.

Meski begitu, Rina mengakui, dirinya termasuk yang cerewet dan banyak aturan. Maklum, dia sering keliling dan bicara ke peserta jika dekorasi atau spanduk stan mereka menghalangi tenant mal, misalnya. “Sebab, kan, saya ingin semuanya senang, para tenant mal juga tak terganggu,” ungkap dia.

Tapi tentu, penyampaian ke peserta pameran harus secara baik-baik, sehingga menciptakan kenyamanan bagi mereka.

“Saya rasa, itu juga merupakan kunci supaya usaha EO pameran bisa sukses. Karena visi dan misi saya adalah harus maju dan berkembang bersama, besar bersama dengan para pelaku UKM,” tgas Rina.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Trik & Tips yang Aman Menggunakan Pihak Ketiga (Agency, Debt Collector & Advokat) dalam Penagihan Kredit / Piutang Macet Managing Customer Expectations and Dealing with Complaints

[X]
×