kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Rezeki dari kaki berukuran besar


Kamis, 14 Agustus 2014 / 15:21 WIB
Rezeki dari kaki berukuran besar
ILUSTRASI. Ilustrasi belajar bahasa asing menggunakan platform online secara gratis. (Dok. Freepik)


Reporter: J. Ani Kristanti | Editor: Tri Adi

Seringkali ide untuk berbisnis datang dari pengalaman sendiri. Kesulitan mencari sepatu yang sesuai dengan ukuran kakinya yang besar memberi ide pada Arlita Tiarasari untuk merintis bisnis sepatu. Kini, sepatu Arlita terbilang sering melenggang di catwalk fashion show, baik di tingkat nasional maupun internasional.

Alkisah, sebagai seorang bankir yang harus berhadapan dengan nasabah premium, tentu, Arlita harus menjaga penampilannya. Hanya, pilihan sepatunya menjadi sangat terbatas karena sepatu berukuran 42 jarang dia temui. “Dulu, setiap masuk ke toko, saya enggak bisa tanya model, cuma bertanya ukuran, ada atau tidak nomor 42,” kenang perempuan berusia 37 tahun ini.

Sebagai solusi, Arlita pun memesan sepatu dengan model sesuai dengan keinginan ke perajin. Dia juga mencium peluang berbisnis sepatu ukuran besar, karena dia yakin, banyak orang seperti dirinya yang sulit mencari sepatu yang cocok. Media sosial pun kemudian dipakainya untuk memajang koleksi sepatu bikinannya.

Awal 2010, Arlita yang waktu itu masih menekuni karier bankirnya, mulai merintis bisnis sepatu. Karena mengandalkan promosi di Facebook, pesanan pun berdatangan dari teman-temannya. Dia juga tak melewatkan kesempatan untuk memajang koleksinya pada ajang pameran yang rutin diselenggarakan di kantornya.

Berjalan setahun Arlita yakin prospek berbisnis sepatu cukup cerah. Saat itu, selain menerima pesanan sepatu dengan model dan ukuran tertentu dari teman-teman sendiri, ibu dua anak ini juga menjaring pesanan dari toko baju ukuran besar.

Akhirnya Arlita pun memutuskan berhenti berkarier sebagai bankir untuk fokus pada bisnis sepatunya. Ketika itu, bisnis sepatunya sudah meraup omzet Rp 20 juta. Dengan modal tabungan sendiri, dia lalu membangun workshop Sepatukubaru di samping rumahnya pada 2011. “Saya juga berburu perajin sepatu dengan proses trial and error berkali-kali,” terang dia.


Nyaman dan elegan

Keunggulan Sepatukubaru adalah buatan tangan, sehingga cukup eksklusif, empuk, dan nyaman. Belajar dari pengalaman, Arlita sangat menekankan faktor kenyamanan ini. Untuk alasan ini, dia bahkan rela membeli sepatu-sepatu mahal hanya untuk dibongkar dan dilihat struktur bagian dalamnya.

Supaya benar-benar nyaman, dia memilih membuat sendiri semua komponen dalam sebuah sepatu. Termasuk alas sepatu, baik dari kayu atau karet yang dibentuk dan digerinda sendiri oleh pekerjanya. “Saya memilih membeli bahan baku dalam bentuk lembaran atau kayu balok,” ujar alumnus Fakultas Ekonomi Manajemen Universitas Airlangga Surabaya ini. Selain itu Arlita juga memastikan pemakaian bahan-bahan lapisan yang lembut dan empuk untuk mendatangkan kenyamanan saat dipakai.

Tak hanya nyaman, sebagai bagian dari fashion, Arlita tak mengesampingkan disain produknya. “Banyak sepatu nyaman dijual di toko, tapi modelnya kurang menarik. Begitu pun sebaliknya, model menarik tapi kurang nyaman saat dipakai,” tuturnya.

Gaya sepatu yang chic dan elegan menjadi daya tarik produk Sepatukubaru. Sepatu Arlita pun mulai dilirik para perancang mode dan ikut melenggang pada sejumlah acara fashion bergengsi Ibukota. Salah satunya, Jakarta Fashion Week. “Ajang inilah yang membuka jalan bisnis saya semakin lebar, nama Sepatukubaru semakin dikenal,” kata istri Sugeng Bagus Satrio Utomo ini.

Tak hanya mengandalkan pesanan, setelah memiliki pabrik sendiri, Arlita memberanikan diri menjual sepatu ready-stock. Dia mulai merambah gerai-gerai online, seperti Lazada, Berrybenka, dan Odioli. Perempuan kelahiran Surakarta, 18 Mei 1977, ini juga menjalin kerjasama dengan butik-butik di luar pulau untuk memperluas jaringan pemasaran.

Untuk menyegarkan bisnisnya, setiap bulan, Arlita selalu meluncurkan koleksi baru. “Ada sekitar 50 model baru yang keluar saban bulan karena konsumen selalu menunggu produk baru,” tutur dia.

Model baru ini cukup banyak karena selalu membedakan koleksi pada setiap gerai online. Bisnis sepatunya tak terbatas pada sepatu ukuran besar, tapi juga sepatu untuk kaki-kaki dengan ukuran normal.

Selain itu, Arlita juga membuat sepatu untuk orang-orang berkebutuhan khusus sejak 2013. Seperti penderita scoliosis, edwards syndrome, dan penderita diabetes yang harus menggunakan sepatu dengan spesifikasi khusus.

Pembuatan produk ini berawal dari konsumen yang memang membutuhkan sepatu khusus tersebut. Dia sanggup melayani kebutuhan itu karena memang titik berat Sepatukubaru terletak pada bahan baku yang disiapkan sendiri dan semua proses yang masih dikerjakan dengan tangan.

Kini, pemasaran Sepatukubaru sudah cukup luas. Bukan hanya pasar di dalam negeri, Arlita juga mengirim sepatunya, lewat buyer khusus, untuk pembeli di luar negeri. “Mereka tersebar mulai dari Malaysia, Singapura, bahkan hingga Dubai,” kata perempuan yang memasang target membuka gerainya sendiri tahun depan.

Saban bulan, workshop sepatu yang terletak di kawasan Bumi Serpong Damai (BSD) ini memproduksi 80 pasang hingga 100 pasang sepatu seharga minimal Rp 300.000 per pasang. Biarpun sudah menyiapkan produk siap pakai, Arlita masih melayani pesanan. “Komposisi pesanan dengan readystock berkisar 50:50,” ujar Arlita yang memperkerjakan 10 karyawan.

Meski tak pernah menemui masalah saat membesarkan usahanya, dia sadar akan menghadapi tantangan besar, saat perajin sepatu ini sudah pensiun. “Sekarang sulit mencari perajin sepatu karena tak ada regenerasi,” jelas Arlita. Oleh karena itu, dia sadar dan harus siap jika suatu saat sepatu handmade ini juga harus dikerjakan dengan mesin.   

Kendala yang perlu kewaspadaan

Tak banyak orang mampu melepas pekerjaannya ketika berada pada zona nyaman. Namun, itulah yang dilakukan oleh Arlita Tiarasari, yang memutuskan mengundurkan diri dari bank tempatnya bekerja selama enam tahun.

Ibu dari Sugeng Dayyan Ghanistavrosa dan Sugeng Putri Mikaila Stavrosa menyadari hal ini sebagai pengorbanan terbesar karena dia sudah menerima berbagai fasilitas dari kantor.  Apalagi, dia menjumpai beberapa orang terdekat yang kurang setuju pada keputusannya. “Dari situ saya bertekad membuktikan kepada mereka, pilihan saya ini benar,” kenang bungsu dari dua bersaudara ini.   

Karena itu, ketika nama Sepatukubaru mulai naik daun, Arlita merasa lega dan mampu mengembangkan senyum. Pengorbanannya juga terbayar saat sejumlah perancang terkenal memakai sepatu untuk acara fashion di luar negeri. Omzet yang terus tumbuh membuktikan keberhasilannya terjun sebagai entrepreneur.

Meski begitu, Arlita tak memungkiri, banyak ilmu yang diperolehnya saat menjadi bankir dulu dia terapkan dalam mengelola usahanya. Selain mengutamakan kualitas dan inovasi, dia juga menekankan adanya servis yang baik bagi konsumen.

Arlita meminta karyawan di bagian pemasaran untuk bersikap ramah. “Maklum, di bisnis online ini, kami berhadapan dengan banyak ragam tipe orang. Karena itu, kami harus pandai menjaga sikap,” jelas Arlita. Dia berusaha menjawab setiap pertanyaan karyawan dengan cepat dan jelas. Bila konsumen menghubunginya malam hari, Arlita berusaha memberi penjelasan segera.

Berkat usaha dan kerja kerasnya, sampai saat ini Arlita tak pernah menerima komplain dari konsumen. Dia bersyukur, usahanya terus berkembang dan menciptakan lapangan kerja.            

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×