kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45921,54   12,23   1.34%
  • EMAS1.343.000 -0,81%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Sadarsah memberi nilai tambah kopi dan mengangkat nasib petani lewat koperasi (2


Kamis, 03 November 2011 / 13:49 WIB
Sadarsah memberi nilai tambah kopi dan mengangkat nasib petani lewat koperasi (2
ILUSTRASI. Setidaknya, ada tiga jenis tes Covid-19 untuk mendeteksi infeksi virus corona.


Reporter: Ragil Nugroho | Editor: Tri Adi

Kesuksesan Sadarsah menjadi eksportir kopi tak lepas dari peran petani kopi. Dia menjalin relasi dengan lebih kurang 7.000 petani kopi di Aceh Tenggara dan Lintong, Sumatra Utara. Dalam setahun, para petani kopi itu mampu memasok sekitar 5.400 ton kopi yang kelak ia ekspor ke berbagai negara.

Kesuksesan Sadarsah, pemilik CV Arvis Sanada, membangun bisnis kopi tak lepas dari keberhasilannya menggaet kemitraan dengan petani kopi. Berkat keluwesan bergaul, saat ini, Sadarsah menjalin kemitraan dengan 7.000 petani kopi yang tersebar di Aceh Tenggara, dan Lintong, Sumatra Utara.

Dari petani itulah Sadarsah mendapatkan pasokan kopi dan sukses mengekspornya ke berbagai negara. Kepiawaian dia bergaul tak lepas dari masa lalunya yang besar dari keluarga petani kopi.

Untuk mendapatkan kepercayaan petani, Sadarsah mengajak mereka mendirikan koperasi. Gayung bersambut. Tahun 2006 berdirilah koperasi petani kopi bernama KSU Arinagata. Anggotanya 335 petani.

KSU Arinagata itu mengelola lahan kopi seluas 2.700 hektare (ha) yang tersebar di Aceh Tenggara dan Bener Meriah (Takengon). Anggota koperasi itulah yang kelak rutin memasok kopi gayo kepada Sadarsah.

Kehadiran koperasi tidak hanya menguntungkan Sadarsah, tapi juga menguntungkan bagi petani kopi. Sadarsah mengklaim membeli kopi dengan harga jual yang pantas bagi petani. "Saya anak petani yang ingin mengangkat derajat petani juga," kata Sadarsah.

Kehadiran koperasi itu menjadi modal berharga bagi Sadarsah untuk membuka akses pasar di luar negeri. Maklum, beberapa pembeli kopi dari Eropa dan Amerika Serikat (AS) meminta kejelasan sumber kopi yang mereka beli.

Dengan adanya koperasi itu, Sadarsah dengan gamblang menjelaskan sumber pasokan kopi yang ia jual. Keraguan para calon buyers di luar negeri pun sirna.

Satu modal lain yang memudahkannya menembus pasar ekspor adalah keberhasilannya mengantongi sertifikat kopi organik dari Control Union Certificate di Belanda. Sertifikat organik ini ibarat jaminan kualitas kopi yang dia tawarkan kepada para pembeli di Eropa.

Setelah sukses mengekspor kopi pasokan para petani kopi anggota KSU Arinagata, Sadarsah mengajak petani kopi lain untuk mendirikan koperasi serupa. Tahun 2010, dia mensponsori pendirian dua koperasi, yakni Koperasi Tunas Indah dan Koperasi Lintong, Sumatra Utara.

Masing-masing koperasi baru itu beranggotakan 3.958 anggota dan 120 anggota. Anggota Koperasi Tunas Indah mengelola lahan kopi seluas 4.140 Ha di Aceh Tenggara dan Bener Meriah. Sedangkan anggota Koperasi Lintong menguasai kebun kopi seluas 200 Ha di Lintong, Sumatra Utara.

Bertambahnya jumlah koperasi binaan Sadarsah itu sekaligus menambah pasokan jumlah kopi yang ia ekspor. Dia memberikan banderol merek sesuai asal kopi. Kopi dari Aceh Tenggara diberi merek Sumatra Arabica Gayo. "Kopi dari Lintong memiliki merek Sumatra Arabica Lintong," jelas Sadarsah.

Menurut Sadarsah, pembeli kopinya tidak hanya mengutamakan citarasa saja. Para penikmat kopi langganannya itu ingin meminum kopi sembari membantu petani. "Mereka sangat teliti melihat asal kopi termasuk cara membeli kopi dari petani," ungkap Sadarsah.

Karena sudah punya koperasi binaan, Sadarsah dengan mudah meyakinkan pembeli. Ia bisa bisa meyakinkan pembeli kalau kopi petani dibeli dengan harga pantas. Selain itu dia juga bisa menjelaskan asal muasal kopi yang dijual.

Sementara komitmen membantu petani dari pembeli kopi dilakukan dengan cara melebihkan harga beli senilai Rp 1.800 per kilogram (kg). Uang dari pembeli kopi dari luar negeri itu digunakan untuk kesejahteraan petani. "Tahun 2009 - 2010 dana terkumpul Rp 2 miliar," jelas Sadarsah.

Oleh Sadarsah, dana itu dibelikan bahan pokok untuk petani, membangun tempat kursus dan sarana air bersih. Selain itu dia juga membangun toserba. "Keuntungan toserba masuk ke dalam kas koperasi petani," ungkap Sadarsah.

Kedekatan Sadarsah dengan petani itulah yang membuat dia bisa mendapatkan pasokan kopi 5.400 ton per tahun. Kopi itu ia beli Rp 65.000 per kg dan dijual dengan harga Rp 70.000 per kg sampai dengan harga Rp 75.000 per kg.

(Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×