kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Sediakan ruang, jaringan, dan siapkan kolaborasi


Selasa, 31 Maret 2015 / 10:00 WIB
Sediakan ruang, jaringan, dan siapkan kolaborasi
ILUSTRASI. Internusa Keramik Alamasri merupakan produsen keramik dengan merek datang Essenza.


Reporter: J. Ani Kristanti, Pradita Devis Dukarno | Editor: Tri Adi

Pertumbuhan ekonomi menciptakan beragam peluang bisnis. Pebisnis baru banyak bermunculan, profesional dan pekerja kreatif pun terus meningkat.

Dari mereka inilah muncul kebutuhan akan ruang perkantoran. Bisnis menyewakan ruang kantor yang digunakan bersama dengan penyewa lain pun muncul

Tengok saja pengalaman Aditya Hadiputra yang berinisiatif membuka kantor bersama (coworking space) setelah menjalani bisnis secara nomaden. “Dulu, kami bekerja dan meeting selalu berpindah-pindah kedai kopi,” jelas Aditya.

Dari pengalaman pribadinya itu, Aditya mendapat ide untuk membuka coworking space yang konsepnya sudah umum di luar negeri. Lantas, pada Januari lalu, bersama tiga rekannya, Aditya membuka Conclave di Jl. Wijaya, Jakarta Selatan.

Kondisi serupa juga menjadi alasan Ario Pratomo, salah satu pendiri Comma yang memulai bisnis coworking space akhir 2012. Namun, untuk melihat animo pasar, tiga hingga lima bulan sebelum membuka Comma, dia sengaja mengajak beberapa orang untuk bekerja bareng. “Kami lihat dulu, mereka nyaman atau tidak duduk bersebelahan dengan yang lain dan mengerjakan hal berbeda,” terang dia.

Kantor bersama mengakomodasi berbagai kebutuhan pengguna. Berbeda dengan virtual office yang lebih bersifat individu, coworking space berkonsep terbuka. “Konsep kantor ini lebih kasual, semuanya bisa berinteraksi satu sama lain untuk membuka jaringan mereka,” ujar Rubianka Atmadja, pendiri TierSpace. Jadi, bisa saja, Anda duduk bersebelahan dengan orang yang mengerjakan proyek berbeda, berasal dari perusahaan dan industri berbeda.

Para penyewa bisa bertukar ide, hingga berkolaborasi pada satu proyek. Level pebisnis bisa dari start-up hingga pebisnis andal. Selain profesional dan freelancer, banyak penyewa adalah pekerja kreatif.

Hitungan sewa dalam bisnis kantor bersama juga lebih fleksibel, mulai per jam, harian, bulanan hingga tahunan. Mereka juga menjual paket untuk sejumlah jam sekaligus.

Conclave, misalnya, menyewakan ruang mulai Rp 50.000 per jam, Rp 200.000 per hari, dan Rp 1 juta per minggu. Selain itu, ada paket Flekxible 1 selama 25 jam dan Flexible 2 selama 60 jam. Di luar itu, ada paket bulanan seharga Rp 3 juta dan paket tahunan Rp 25 juta. Semua penyewa harus mendaftar menjadi anggota terlebih dulu.

Untuk melengkapi fasilitas Conclave, Aditya juga menyediakan auditorium dan ruang rapat. Auditorium bisa dipakai untuk aktifitas komunitas, seperti peluncuran produk, seminar, talk show, atau presentasi dengan investor.

Lantaran masih baru, sejauh ini kebanyakan penyewa adalah member harian. Namun beberapa anggota kemudian mendaftar menjadi member tahunan. “Mereka hitung dulu untung ruginya. Jika dihitung dari efisiensi, semakin panjang waktu sewa semakin murah,” tutur dia.

Saat ini ada sekitar 120 anggota Conclave. Hampir 60%–70% anggota adalah ekspatriat. Maklum, mereka sudah terbiasa bekerja di kantor semacam ini.

Aditya pun melihat bisnis Conclave bisa mendatangkan omzet berkisar Rp 300 juta hingga Rp 600 juta per bulan, dengan margin lebih dari 50%.

Comma juga menyediakan beberapa pilihan sewa ruang. Mulai sewa selama 3 jam seharga Rp 90.000. Lalu ada sewa untuk 24 jam, 48 jam dan 96 jam dengan tarif Rp 600.000 per 24 jam. Ada juga paket unlimited seharga Rp 3,182 juta per bulan, dengan bonus berhak menggunakan loker.

Jumlah penyewa berstatus anggota di Comma kini 200 member. “Itu yang membeli paket bulanan,” ujar dia.

Ario pun mengaku tak akan mengejar jumlah penyewa, karena mengutamakan kualitas. “Yang penting, apa yang terjadi di co-working, bukan angka member. Kalau yang datang lebih dari kapasitas juga akan tidak nyaman,” ujar dia. Kapasitas Comma mencapai 40 orang.

Baru dibuka empat bulan silam, jumlah member TierSpace sudah mencapai seratusan orang. “Kebanyakan penyewa yang mengambil 4 jam,” kata Rubianca. Kelompok itu didominasi oleh pekerja di bidang kreatif, seperti desainer fesyen, promotor, dan profesional yang punya usaha sampingan.

Rubianca menilai, prospek penyewaan ruang kantor bersama cukup cerah karena banyaknya generasi muda yang berbisnis. Apalagi, banyak start up baru yang bermunculan. Asal tahu saja, mereka ini adalah target pasar coworking space. “Daripada seperti saya yang harus pindah dari kafe ke kafe. Kantor ini mendukung start up melalui tempat,” ujar dia.

Peluang makin bagus lantaran jumlah coworking space masih terbatas. Menurut Ario, di Jabodetabek baru ada sekitar 15 ruang kantor bersama. Padahal, minat orang untuk menyelesaikan pekerjaannya di kantor seperti ini besar. “Boleh dibilang lautnya masih besar, ikannya masih banyak,” ujar Ario.

Jumlah ekspatriat yang meningkat turut memperbesar peluang bisnis ini. Kesempatan bagi penyewa lokal untuk bertemu dengan member asing akan membuka koneksi. “Siapa tahu member lokal itu desainer, ketemu sama member asing dari Amerika, dan setelah kenal, minta produknya diekspor,” kata Aditnya.

Lokasi bebas

Nah, apakah Anda tertarik untuk menyewakan ruang kantor dengan konsep coworking space? Jika iya, Rubianca menyarankan supaya Anda terlebih dulu memahami konsep coworking space. Anda bisa survei ke usaha serupa yang sudah berdiri. Dia bilang, pelaku usaha ini cukup terbuka dalam menyampaikan informasi. “Hubungan kami dengan sesama pemilik coworking space juga baik,” ujar dia. Riset pasar juga diperlukan untuk mengetahui perilaku dari konsumen yang akan Anda bidik.

Yang harus Anda pahami pula, coworking space lebih dari sekedar ruang. “Jadi kami bukan sekedar internet nya sekian kecepatannya, dapat kopi apa, ruangan sebesar ini, tujuannya bukan sekedar itu” ujar Ario. Suasana dalam coworking space hidup selayaknya komunitasnya. Jadi, apa yang terjadi di dalam coworking space itu, siapa saja yang menjadi member atau ada di ruang itu dan suasana yang tercipta akan turut menyumbang suksesnya usaha ini.

Setelah itu, Anda harus memilih lokasi yang tepat. Aditya pun menyarankan untuk mendekati daerah bisnis, seperti Conclave yang berlokasi di Jalan Wijaya, Jakarta Selatan. “Kenapa kami pilih disini, karena ini middle point ke Kuningan, SCBD atau mau ke arah Blok M dan Senayan.

Soal bangunan, karena bersifat kasual dan fleksibel, Anda bisa memakai bangunan kantor, rumah tinggal atau ruko. Rubianca menyulap rumah tinggal menjadi coworking space. Tapi, yang perlu diingat, jika memakai rumah tinggal, sebaiknya Anda meminta izin dari lingkungan sekitar, supaya tak mendatangkan masalah di kemudian hari.

Ruko juga bisa menjadi pilihan, selama pengaturan interiornya sesuai dengan konsep co-working yang terbuka. “Dari survei di Singapura dan Australia, banyak pula yang memakai ruko 3 lantai,” ujar Rubianca.

Renovasi interior inilah yang akhirnya membutuhkan biaya paling mahal. Untuk menyiasatinya, Anda bisa berbelanja sendiri kebutuhan furnitur dan lainnya. Namun, yang harus menjadi pertimbangan utama adalah desain interior harus bisa mendatangkan kenyamanan bagi penghuninya.

Rubianca sendiri mengusung konsep interior bergaya rumahan, tanpa meninggalkan kesan profesional. “Jadi, jika sewaktu-waktu member mengundang klien, tempatnya bisa representatif,” ujar dia. Untuk mendandani rumahnya menjadi coworking space, Rubianca bilang menggelontorkan dana lebih dari Rp 500 juta.

Selain kantor bersama, ada baiknya menyediakan ruang-ruang yang lebih privat. Misalnya, untuk member yang kebetulan ingin bekerja dalam suasana tenang, tidak ada suara dan telepon.

Modal untuk membangun co-working space ini memang cukup besar. Aditya bilang, untuk membangun Conclave, timnya menggelontorkan dana antara Rp 1 miliar–Rp 2 miliar. “Itu juga tergantung dari lokasi usaha juga,” ujar dia.

Yang penting, Ario bilang, pebisnis ruang kantor bersama harus sepenuh hati, termasuk mengetahui siapa saja penyewanya, dan apa saja keinginan mereka. “Nanti bisa tahu kalau misalnya, member ini punya kemampuan ini dan cocok untuk ditemukan dengan member lain yang membutuhkan. Lalu, lihat pula seberapa besar semangat mereka untuk kolaborasi,” terang dia. Sebab, inti coworking space adalah membangun kolaborasi dan jaringan, yang bisa membuka berbagai kemungkinan bisnis.

Tertarik mencoba?

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Negosiasi & Mediasi Penagihan yang Efektif Guna Menangani Kredit / Piutang Macet

[X]
×