kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Semakin tua, sepeda motor antik makin menggiurkan


Senin, 06 Desember 2010 / 14:10 WIB
Semakin tua, sepeda motor antik makin menggiurkan
ILUSTRASI. Tambang Grasberg PT Freeport Indonesia


Reporter: Dian Pitaloka Saraswati, Syamsul Ashar | Editor: Tri Adi

Jika Anda memiliki warisan sepeda motor tua dari zaman baheula, jangan buru-buru dilego. Ini bisa jadi harta semahal emas batangan, apalagi kalau surat-suratnya lengkap. Pastikan keasliannya, poles sedikit, dan brummm..., harganya akan melaju.

Kuda atawa turangga sejak zaman dahulu telah menjadi simbol keberhasilan dan kemakmuran. Kini, perwujudan kuda tergantikan oleh kuda besi motor dan mobil. Berapa pun harganya, seseorang akan tetap memburunya untuk sebuah kesenangan dan identitas.

Sering, kesempatan seorang kolektor motor atau mobil mewah menikmatinya memang sangat minim. Maklum, kesibukan sebagai penduduk megapolitan membatasi ruang waktu pemilik untuk menunggang kuda besi itu. Tapi, terkadang, mereka sudah puas hanya mendengarkan deru mesin saat memanasinya di pagi hari.

Jangan salah, simbol kemakmuran ini bukan semata berwujud barang kinclong yang baru keluar dari showroom. Seiring perkembangan zaman, sepeda motor tua nan antik pun bisa jadi lambang kesuksesan. Orang berlomba-lomba memburu sepeda motor tua zaman baheula untuk memuaskan hobinya. Bahkan, tak sekadar hobi, motor antik bisa jadi keranjang investasi.

Salah satu jenis motor legendaris yang tergolong memiliki banyak penggemar adalah motor asal Inggris. Di antaranya adalah Birmingham Small Army (BSA), Albert John Stevens (AJS), dan Norton.

Rata-rata, produsen merek-merek sepeda motor tersebut membuat produknya di awal 1900-an. Sepeda motor-sepeda motor itu punya perjalanan dan kisah panjang. Apalagi, sebagian pabrik yang memproduksinya pernah bangkrut atau merger dengan perusahaan lain.

Sepeda motor-sepeda motor lawas asal Eropa seperti ini punya keunggulan dari sisi kapasitas mesin yang besar; yakni silinder di atas 250 cc. Selain itu, bentuknya yang klasik dan suaranya yang kuat tapi halus memikat banyak orang untuk mengoleksinya.

Salah satu merek Eropa yang menjadi favorit kolektor adalah BSA. Beberapa kolektor jatuh hati dengan mesinnya yang kokoh dan bentuknya yang khas.

Asal-muasalnya, BSA digunakan sebagai kendaraan militer. Menurut pendiri Komunitas BSA Indonesia, Luka Muhammad, sepeda motor BSA yang paling banyak beredar di Indonesia adalah sepeda motor peninggalan tentara Belanda. “Zaman dulu, banyak yang order, sampai ada diler resminya di Indonesia. Tapi, diler ini bangkrut karena serbuan sepeda motor Jepang,” katanya.

Meski tua, sepeda motor BSA adalah salah satu sepeda motor terbaik di dunia. Maklum, mesinnya bagus. Luka memiliki sepeda motor BSA jenis A10 warisan kakeknya. Saat dibeli tahun 1950-an, harga sepeda motor itu “cuma” Rp 5.000. “Kini harganya sudah di atas Rp 75 juta,” klaim dia.

Luka bukan kolektor yang fanatik terhadap satu tipe sepeda motor. Dia sering gonta-ganti koleksi. Saat ada yang meminati, dia siap melegonya dan mencari koleksi lain. Dia pernah mengoleksi BSA A7 tahun 1951 yang ia beli seharga Rp 8 juta pada 1990. Beberapa tahun berselang, dia menjualnya dengan harga mencapai Rp 75 juta.

Mengapa bisa sedemikian mahal? Harga sepeda motor lawas ditentukan beberapa hal. Antara lain orisinalitas dan kelengkapan. Misalnya, harga BSA full original, yang memiliki surat lengkap dan tinggal pakai, sekarang di atas Rp 40 juta per unit.

Namun, kalau kondisi sepeda motor itu seadanya, harganya pasti lebih murah. Sebab, si pembeli harus merogoh kantong lagi untuk renovasi (rebuild) maupun mengurus surat yang sudah kedaluarsa.

Menurut Fredie Sugeng Rahmadi, pemilik bengkel Kharisma Chrome, spesialis sepeda motor kuno, mayoritas kolektor memang mengincar sepeda motor BSA. Pria yang gemar jual-beli sepeda motor lawas ini memperkirakan, sekitar 50% barang yang pernah ia perdagangkan bermerek BSA. “Mesinnya lebih variatif dan harga terjangkau ketimbang Harley Davidson,” katanya.

Dalam catatan Fredie yang telah berjualan dan memperbaiki sepeda motor tua sejak 1990, harga BSA bisa naik lima kali lipat dalam rentang 10 tahun. Misal, pada 1990, harga BSA Twin berkapasitas 500 cc buatan tahun 1955 hanya Rp 1,5 juta. “Tahun 2000, produk ini laku Rp 12 juta dan tahun ini ada yang menawar Rp 60 juta,” ujarnya.

Contoh lain adalah BSA Twin 600 cc buatan 1955. Sekitar 20 tahun silam, harga sepeda motor ini hanya Rp 4 juta. Pada 2000, harganya melambung menjadi
Rp 55 juta. “Sekarang sudah ada yang menawar Rp 120 juta,” klaim Fredie.


Mengukur gain

Lonjakan harga seperti ini bukanlah isapan jempol. Enda Kurniawan, seorang kolektor motor lawas, mengaku sempat mendapat tawaran menukar BSA koleksinya dengan mobil Jeep keluaran tahun 1942 plus sejumlah uang. Namun, ia menolak karena kadung cinta dan sudah merogoh duit Rp 14 juta untuk memperbaiki sepeda motor kesayangannya tersebut.

Sepeda motor tua lain yang tergolong legendaris adalah Indian buatan Amerika Serikat. Meski sekarang masih berproduksi, seri lawasnya bisa mendatangkan cuan lantaran umurnya sudah sampai 78 tahun. Harganya bisa Rp 250 juta. “Padahal, dulu tahun 1990, ada yang menjual seharga Rp 7 juta,” kata Fredie.

Sepea motor merek Norton produksi Inggris juga tidak kalah menarik. Asal tahu saja, pabrik Norton sempat tutup dan berproduksi lagi setelah merger dengan Viller dan Triumph.

Norton banyak mengeluarkan sepeda motor gede dengan silinder di atas 350 cc pada tahun 1956. Pada 2000, harga jualnya sekitar Rp 35 juta. Kini, harga itu sudah melejit menjadi Rp 55 juta.

Ada juga Norton Twin 600 cc, yang harganya melonjak hingga Rp 120 juta. “Sepeda motor ini dibeli pada 1990 cuma Rp 4 juta, dan naik tiap tahun,” imbuhnya.

Adapun sepeda motor besar dengan kelas di atas 500 cc, rata-rata, didominasi merek Harley Davidson (HD). Harga sepeda motor HD buatan tahun 1942 dengan mesin 750 cc mencapai Rp 200 juta atau hampir sama dengan sepeda motor HD seri terbaru.

Padahal, tahun 2000, harga sepeda motor itu masih Rp 80 juta. Seorang kolektor HD, Hoentoro Hadi Widjojo Kolopaking, yang mengoleksi sekitar 20 HD lawas produksi tahun 1942–1960, mengaku menikmati hobinya mengoleksi sepeda motor HD klasik.

Hampir semua tipe HD dimilikinya. Mulai dari Sportster, Classic, hingga Clearwater. Ia mengumpulkan HD lawas ini mulai tahun 1990. “Waktu itu harganya masih puluhan juta,” kata Hoentoro tanpa menyebutkan detail harganya.

Kalau melihat perkembangan harganya, sekarang sepeda motor Hoentoro sudah bernilai ratusan juta rupiah. Namun, ia belum berniat menjualnya.

Sebagai barang koleksi maupun investasi, harga sepeda motor HD memang tergolong stabil. Selain itu, penggemar HD sangat banyak, sehingga gampang untuk menjualnya ke pasar. Ibarat investasi di bursa saham, HD tergolong saham blue chips.

Tapi, harganya sudah tergolong mahal sehingga tidak pas untuk menjadi alat investasi. “Harga HD ya segitu-segitu saja, relatif stabil. Kalau mau cari untung gede, cari moge non-Eropa dan Amerika yang harganya terus nanjak,” saran Suyono, pemilik bengkel HD Merzyta Motor di Jalan Raya Bogor.


Prospek gain

Kini, menanamkan duit di sepeda motor besar tetap menjanjikan gain jumbo. Enda Kurniawan, kolektor BSA, optimistis, harga sepeda motor koleksinya bakal terus melambung. Asal tahu saja, mesti dibuat 1939, motor BSA telah memakai mesin jenis over head valve (OHV). OHV ini sudah tertanam pada BSA tipe M20 dan M21 yang berkapasitas 494 cc. “Tipe M sangat legendaris dan banyak diincar,” katanya.

Adapun Luka merekomendasikan BSA 1956 seri B31 atau A7 A10. Seri lain yang harganya bakal melejit adalah G14, dengan kapasitas mesin 1.000 cc.

Meski prospek gain investasi sepeda motor tua ini cukup menjanjikan, ada risiko jika kita mengoleksi sepeda motor besar kuno ini. Misalnya, tak jarang, surat-surat kendaraan tersebut, seperti buku pemilik kendaraan bermotor (BPKB) dan surat tanda nomor kendaraan (STNK) tidak lengkap. Jika ada kerusakan, onderdil sering harus diimpor dari luar negeri. Masalahnya, tidak semua barang bekas boleh masuk ke Indonesia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Negosiasi & Mediasi Penagihan yang Efektif Guna Menangani Kredit / Piutang Macet

[X]
×