kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,34   -28,38   -2.95%
  • EMAS1.321.000 0,46%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Sentra bordir Tasik di Jakarta: Semula Pasar Tasik ada di Tanah Abang (2)


Jumat, 16 Desember 2011 / 15:07 WIB
Sentra bordir Tasik di Jakarta: Semula Pasar Tasik ada di Tanah Abang (2)
ILUSTRASI. Ilustrasi neraca perdagangan. ANTARA FOTO/Didik Suhartono/foc.


Reporter: Ragil Nugroho | Editor: Tri Adi

Meski Pasar Tasik di pusat belanja Thamrin City terus berkembang, tapi popularitas pasar ini tak lepas dari peran Pasar Tanah Abang. Maklum, Pasar Tasik ini mulanya ada di Tanah Abang, tapi sejak kebakaran tahun 2003, pedagang kain bordir itu pindah ke Thamrin City.

Mendengar nama Pasar Tasik, mungkin sebagian Anda akan membayangkan pasar yang sesak, panas, dan pengap. Ya, itu memang benar. Namun, itu gambaran Pasar Tasik 10 tahun silam. Saat itu Pasar Tasik masih berlokasi di Pasar Tanah Abang.

Namun akibat peristiwa kebakaran Pasar Tanah Abang pada 2003 lalu, banyak pedagang Pasar Tasik hijrah ke pusat belanja Thamrin City. Kebetulan lokasi pindahan itu hanya berjarak ratusan meter saja dari Pasar Tanah Abang.

Aa Saepudin, koordinator pedagang Pasar Tasik Thamrin City bilang, mereka pindah karena kesulitan mencari tempat usaha lagi di Tanah Abang. "Akhirnya mayoritas pedagang Pasar Tasik pindah dari Tanah Abang," katanya.

Namun, waktu itu Thamrin City masih dalam proses pembangunan. Dengan koordinasi dari Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, para pedagang pun harus rela membuat pasar darurat di sekitar waduk Melati, tak jauh dari Thamrin City. "Saat itu kami gelar dagangan dengan mobil bak terbuka," imbuhnya.

Dua tahun lamanya pedagang bordir Pasar Tasik berjualan di sekitar Waduk Melati. Baru pada 2005, mereka bisa pindah ke Thamrin City. Namun tidak semua pedagang ada mau pindah, sebagian ada yang kembali berjualan ke Pasar Tanah. "Waktu itu ada yang balik ke Tanah Abang karena di sana memang sudah terkenal," ujar Saepudin.

Saat hijrah ke Thamrin City, pedagang kain bordir menempati lantai dasar, kemudian pindah ke lantai tiga pada 2007. Karena sewa toko di lantai tiga terlalu mahal, pedagang memutuskan pindah ke lantai lima. "Lantai lima dekat dengan parkiran mobil dan harga sewanya lebih murah 50% ," kata Saepudin.

Untuk harga sewa lapak di lantai lima itu hanya Rp 14 juta per tahun, untuk harga sewa toko Rp 50 juta per tahun. Karena lokasi berdekatan dengan parkiran, pedagang bisa dengan mudah memindahkan kain bordir dari mobil ke tempat penjualan. "Kami juga tidak perlu membayar ongkos buruh angkut," terang Tini Kartini, pemilik Hasti Collection.

Tini menyebutkan, mayoritas pedagang kain bordir di Pasar Tasik sudah merasa betah berjualan di Thamrin City. Selain merasa nyaman, di lokasi itu mereka tidak dibebankan pungutan liar yang sering menjadi beban mereka saat berjualan di Pasar Tanah Abang. "Kalau di tempat lama dulu, kami mengeluarkan Rp 100.000 setiap kali berdagang. Uang itu juga belum termasuk uang sewa tempat dan uang parkir," kenangnya.

Tak hanya itu, pelanggan Tini juga lebih menyukai belanja di Thamrin City ketimbang di tempat yang lama. Di lokasi ini, pembeli dengan mudah memindahkan barang belanjaan mereka ke mobil. "Di sini juga tidak panas, sehingga pelanggan lebih nyaman belanja," terang Tini.

Suasana nyaman dan aman itu membuat Pasar Tasik berkembang. Sebagai gambaran, saat awal beroperasi, pedagang di pasar ini cuma berjumlah 200 pedagang. Kini, jumlah itu telah membengkak menjadi 350 pedagang.

(Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Negosiasi & Mediasi Penagihan yang Efektif Guna Menangani Kredit / Piutang Macet

[X]
×