kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Sentra gulai legendaris yang kian ramai pedagang baru (2)


Sabtu, 17 Februari 2018 / 12:20 WIB
Sentra gulai legendaris yang kian ramai pedagang baru (2)


Reporter: Elisabeth Adventa | Editor: Johana K.

KONTAN.CO.ID - Minggu malam, sehabis hujan deras mengguyur Jakarta sedari fajar, sentra kuliner gulai tikungan alias gultik di sekitar Blok M nampak sepi pembeli. Hanya sesekali nampak beberapa anak muda menghampiri lapak penjual gultik untuk mengusir rasa lapar yang cepat menyergap saat dingin.   

Beberapa genangan air juga ikut membasahi sekitar lapak-lapak pedagang gultik yang terletak di sekitar Jalan Mahakam dan Jalan Bulungan, Jakarta Selatan ini. “Kalau musim hujan begini memang lebih sepi. Kuncinya biar ramai pembeli, ya ngga hujan aja, pasti di sini ramai. Apalagi kalau malam. Hari ini memang agak sepi karena habis hujan,” ungkap Gareng, salah satu pedagang gultik yang mangkal persis di tikungan Plaza Blok M, Jakarta Selatan.

Ia mengatakan jika sedang ramai pembeli, dirinya bisa menghabiskan 15–20 kilogram (kg) daging sapi dalam semalam. Namun, jika sedang sepi pembeli, Gareng hanya menghabiskan 6–8 kg daging sapi tiap malam. “Soal berapa porsinya, tidak tentu sih, namanya juga orang dagang. Saya juga jarang menghitung berapa porsi yang bisa dijual tiap malam,” ujarnya sambil tertawa.

Lain halnya dengan Bambang, pedagang gultik lainnya yang lebih ingat berapa porsi yang dijualnya dalam semalam. Jika sedang sepi pembeli, ia mengaku bisa menjual sekitar 100-120 porsi gultik. Di kala pengunjung ramai, dirinya bisa menjual 200–250 porsi. “Di sini ramai pengunjung dan pembeli itu kalau hari Jumat dan Sabtu malam. Sama kalau masa puasa, pasti ramai,” katanya.

Bambang bilang, memasuki bulan Ramadhan, sentra gultik beroperasi lebih sore dibanding hari biasa, yakni buka pukul 18.00. Akan tetapi banyak pedagang gultik yang rela berjualan hingga subuh untuk melayani sahur.

Tak jarang para pedagang gultik menyiapkan porsi lebih banyak dibanding hari biasa.  “Puasa memang ramai sekali pembelinya. Bisa naik dua kali lipat dibanding keramaian hari biasa. Rata-rata pedagang di sini baru pulang sekitar jam lima pagi kalau pas bulan puasa,” jelas Bambang.

Kondisi tersebut juga dibenarkan oleh Gareng. Bahkan dirinya rela membawa stok gultik tambahan atau hingga dua kali lipat saat bulan puasa.

Kini, satu porsi Gultik dibanderol Rp 10.000. Menurut sejumlah pembeli, porsi gultik tergolong kecil dan minimalis. “Saya kalau beli jarang cuma beli satu porsi, biasanya dua porsi. Kalau teman-teman saya yang laki-laki malah ada yang sampai 5 porsi sendiri. Emang enak banget,” ujar Tari, salah satu pembeli sambil menyeruput kuah gulainya.   

Ditanya soal uang sewa lapak berjualan, Gareng menuturkan tidak ada uang sewa yang dibayarkan oleh para pedagang gultik. “Cuma ditarik uang kebersihan. Sehari paling hanya Rp 5.000,” katanya. Apabila ada pedagang gultik baru yang ingin bergabung, ia mengatakan pedagang baru tersebut harus mendaftarkan diri dulu kepada ketua paguyuban pedagang gultik Blok M.

Ia juga menjelaskan bahwa tiap pedagang gultik di sentra kuliner ini sudah punya pelanggannya masing-masing. Sehingga persaingan antar pedagang dapat berjalan sehat. “Kalau dari segi rasa, tidak ada bedanya. Tinggal pinter-pinternya si pedagang ini bergaul yang luwes untuk narik pelanggan. Pelanggan kan juga senang kalau pedagangnya ramah dan supel,” ungkapnya.      

(Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×