kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45981,69   -8,68   -0.88%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Sentra kayu palet: Menjual limbah kayu bekas palet nan cerah (1)


Kamis, 31 Maret 2011 / 14:09 WIB
Sentra kayu palet: Menjual limbah kayu bekas palet nan cerah (1)


Reporter: Handoyo | Editor: Tri Adi

Habis manis sepah dibuang. Ungkapan ini tidak berlaku untuk kayu jati belanda. Kayu bekas palet ini bisa dijual dan diolah kembali menjadi berbagai macam mebel. Sentra jati belanda di Lenteng Agung, Jakarta Selatan menyediakan kayu bekas palet berupa kayu batangan hingga berbagai furnitur olahan siap pakai.

Hilir mudik kendaraan melintasi jalan raya Lenteng Agung, Jakarta Selatan. Kawasan ini memang terkenal ramai dan cukup macet sepanjang hari. Belum lagi suara bising dari kereta api yang melaju dengan tujuan Bogor-Kota. Wajar jika keruwetan menjadi makanan setiap hari warga di sekitar.

Dari jauh sudah terlihat tumpukan kayu berderet yang memenuhi sepanjang Jalan Raya Lenteng Agung. Selain dikenal sebagai sentra pembuatan taman, daerah di sekitar kampus Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik ini juga terkenal sebagai pusat penjualan kayu bekas.

Dari kejauhan, tumpukan kayu-kayu bekas berwarna cerah di sepanjang jalan raya. Tempat ini bukan menawarkan kayu bekas dari hasil renovasi rumah, melainkan kayu bekas pengepakan peti kemas atau yang lebih dikenal dengan sebutan sampah palet.

Kayu palet yang juga dikenal dengan nama jati belanda memang memiliki karakter yang khas. Kayu palet ini mudah diolah dan harganya juga relatif lebih murah jika dibandingkan dengan kayu jati jawa.

Meski bekas, kayu-kayu jati belanda berwarna cerah. Anda yang sering bergelut dengan furnitur pastilah akrab dengan jenis kayu yang satu ini. Kayu jati belanda memiliki guratan-guratan khas serta perpaduan warna yang unik. Kedua kelebihan inilah yang membuat jati belanda memiliki daya jual.

Di pusat penjualan kayu bekas ini berjajar lebih dari 20 pedagang. Rata-rata mereka hanya menjual kayu-kayu batangan. Namun, banyak pula pedagang yang menambah penghasilan dengan membuat furnitur dari jati belanda.

Entah kebetulan atau tidak, mayoritas penjual di daerah tersebut berasal dari Madura, antara lain dari Sampang dan Bangkalan. Sentra penjualan kayu bekas di daerah Lenteng Agung ini sudah beroperasi sekitar 10 tahun, yakni sejak tahun 1999-2000 lalu.

Syarkawi, salah seorang penjual kayu jati belanda mengatakan, awalnya hanya ada beberapa orang yang berjualan kayu di sini. Syarkawi adalah orang kedua yang membuka usaha penjualan kayu jati belanda di Lenteng Agung. "Karena prospek penjualan yang menggiurkan, banyak orang yang ikut berjualan," ujarnya.

Hasil pengolahan palet bisanya dibuat untuk furnitur berupa meja, kursi, lampu hias, dan lemari. Jati belanda memang tak sekuat kayu jati biasa. Kayu jati belanda lebih ringan dari kayu jati. Namun, semakin lama disimpan, warna jati belanda ini akan berubah menjadi lebih kuning kecokelatan. Seratnya pun indah dilihat.

Konsumen yang datang dapat memilih ukuran kayu sesuai dengan kebutuhan produksi. Ukuran kayu ini pada akhirnya juga mempengaruhi harga jual.

(Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×