Reporter: Tri Sulistiowati | Editor: Johana K.
KONTAN.CO.ID - Baru berdiri sekitar tiga tahun lalu dan menempati lokasi yang cukup jauh dari jalan raya utama, sentra produksi kusen dan pintu di Semanan ini cukup dikenal. Pesanan dari para pelanggan selalu berdatangan. Konsumen pun terus bertambah dengan adanya promosi dari para pelanggan.
Menyasar segmen konsumen menengah ke bawah, harga pintu dan kusen hasil buatan tangan perajin cukup ramah di kantong. Seperti kusen buatan Bahrul, salah satu pemilik workshop asal Tegal, Jawa Tengah, yang dijual mulai Rp 600.000 sampai sekitar Rp 1 jutaan per unit. "Harganya fleksibel karena disesuaikan dengan model yang dinginkan konsumen," katanya pada KONTAN, Sabtu (7/5).
Lantaran menyediakan kusen dengan harga yang terjangkau, para perajin pun menyesuaikan kayunya. Mereka banyak memakai kayu kamper dan meranti.
Untuk menjaga agar stok kayu selalu tersedia, Bahrul membelinya dari grosir kayu. Ia juga menerima kayu bekas rumah. Asal tahu saja, selain membuka usaha produksi kusen dan pintu, dia juga menawarkan jasa bongkar rumah tua.
Bahrul sengaja menyiapkan material kayu bekas untuk memenuhi permintaan konsumen. Dia mengatakan tidak sedikit dari pelanggannya yang lebih suka membuat kusen dan pintu dari kayu bekas, alasannya kualitasnya lebih bagus dan kayu lebih kering serta kuat.
Lagi pula, kayu bekas ini memang masih layak pakai. Bentuknya pun masih cukup bagus, dengan diberikan dempul serta sedikit dihaluskan bakal terlihat seperti kayu baru.
Menjelang bulan Ramadhan dan hari raya Idul Fitri, permintaan produk ini mengalami penurunan. "Biasanya mereka tidak mau renovasi atau bangun rumah saat mendekati bulan puasa karena lebih sibuk memikirkan kebutuhan sandang dan pangan," jelasnya.
Meski begitu, Bahrul masih membuka workshop-nya saban hari. Dia hanya menutup gerai saat Lebaran karena karena seluruh karyawannya pulang kampung untuk berkumpul dengan keluarga. Sekedar info, Bahrul dibantu tiga orang tukang kayu untuk memenuhi permintaan konsumen.
Aji, perajin sekaligus pemilik workshop lainnya mengaku bakal menutup tempat produksinya dua minggu menjelang hari raya Idul Fitri dan baru kembali buka pasca dua minggu lebaran. Keputusannya ini tidak membuatnya rugi karena biasanya permintaan konsumen saat bulan puasa selalu menurun tajam. Sehingga, dia memilih untuk menutup gerai dan berkumpul bersama anak dan istri di kampung.
Laki-laki asal Purbalingga, Jawa Tengah ini membanderol harga produknya mulai dari Rp 500.000 sampai Rp 1 juta lebih untuk setiap unit kusen dan pintu. Harganya disesuaikan dengan permintaan desain konsumen.
Untuk material kayu yang digunakan pun sama dengan lainnya yaitu kamper dan meranti. Bedanya, dia hanya menyediakan meterial kayu bekas. "Mereka (konsumen) itu lebih suka kayu bekas, soalnya kayu sudah tidak menyusut lagi, karena sudah benar-benar kering, lebih kuat, dan harganya murah," katanya.
Sampai hari ini, dia mengerjakan seluruh permintaan pelanggan seorang diri. Untuk membuat satu pintu dengan desain sederhana, laki-laki bermata sipit ini hanya membutuhkan waktu setengah hari.
(Bersambung)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News