kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45923,49   -7,86   -0.84%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Sentra mainan Asemka harus mengikuti tren (3)


Rabu, 29 September 2010 / 11:30 WIB
Sentra mainan Asemka harus mengikuti tren (3)


Reporter: Hendra Gunawan | Editor: Tri Adi

Agar toko selalu didatangi banyak pembeli, para pedagang mainan di Asemka, Jakarta, harus selalu mengikuti perkembangan mainan yang sedang digemari anak-anak. Salah satunya, memantau film anak di televisi. Meski merupakan pusat penjualan mainan anak terlengkap di negeri ini, ada juga mainan yang tidak dijual di Asemka.

Sentra penjualan mainan anak di Jalan Pintu Kecil, Asemka, Jakarta, boleh dibilang pusat penjualan mainan terlengkap dan terbesar di Indonesia. Segala jenis mainan ada di tempat ini. Masalahnya, tidak semua barang dagangan itu laku terjual.

Sejumlah pedagang di kawasan ini menuturkan, laku tidaknya mainan yang mereka jual dipengaruhi oleh film anak yang sedang ditayangkan di televisi. Jadi, agar toko dikunjungi banyak pembeli, para pedagang harus selalu mengikuti perkembangan film anak.

Jika ada film yang sedang digemari, para pemilik toko akan memperbanyak mainan jenis itu. Misalnya, ketika ada film anak yang bermain yoyo, maka mainan itu segera menjadi dagangan utama para pemilik toko di Asemka. Begitu pula saat film mobil Tamiya sedang booming. "Kami mengikuti permintaan pasar saja," tutur Sandy, penjual mainan di Asemka.

Sialnya, ketika film tersebut sudah tidak lagi ditayangkan di televisi, akan berdampak langsung pada penurunan penjualan mainan jenis itu. Dalam keadaan seperti itu, Sandra, pemilik toko 668, bilang, dia terpaksa memangkas harga jualnya. "Saya lepas sekaligus dengan diskon 50%," imbuh dia.

Pasalnya, jika mainan tersebut dibiarkan terlalu lama di toko, maka harganya akan terus melorot. Selain itu, mainan tersebut akan membuat sesak isi toko. Maklum, dia harus selalu menambah atau memperbarui stok di toko.

Lie Ching, pemilik Toys Island, menambahkan, kendala lain para penjual mainan adalah ketika suatu mainan sedang booming. Biasanya, akan ada perusahaan yang ingin memegang lisensi khusus mainan tersebut. Alhasil, para penjual mainan di Asemka hanya bisa membeli dari agen penjual resmi.

Contohnya, tokoh kartun Ipin-Upin asal Malaysia, yang sedang digemari anak-anak di Indonesia. Lie segera memproduksi boneka dua tokoh itu. Belakangan, dia tak bisa lagi memproduksinya karena hak cipta Ipin-Upin dikuasai oleh satu perusahaan. "Saya tetap jual, tapi harus mengambil dari perusahaan itu," keluhnya.

Kondisi ini juga dikeluhkan beberapa pedagang. Lantaran lisensi dipegang oleh satu perusahaan, maka harga jual mainan itu seragam antara satu toko dengan toko lain. Buntutnya, para pemilik toko di Asemka sulit bersaing dari segi harga jual.

Seorang pemilik toko yang enggan disebut namanya, menuturkan, peraturan tentang mainan Airsoft Guns yang harus mengantongi izin dari kepolisian, turut menjadi kendala bagi para pedagang. Padahal, sebelumnya mainan jenis ini sangat laku dijual.

Peraturan yang dimaksud adalah Surat Keputusan Kapolri No. Pol. : Skep / 82 / II / 2004 bertanggal 16 Februari 2004 tentang Pengawasan dan Pengendalian Senjata Api dan Amunisi Nonorganik TNI/Polri dan Telegram Kapolri No. Pol.: TR/768/IV/2008 tanggal 10 April 2008 perihal Wasdal Peredaran Senjata Mainan/ Airsoft Guns Secara Ilegal.

"Sekarang pedagang sudah tidak ada yang jual lagi, karena jika dibeli bakal repot mengurus perizinannya," katanya. Seorang pedagang yang belum mengetahui aturan itu, sempat harus berurusan dengan kepolisian sekitar tiga tahun lalu.

(Selesai)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Terpopuler
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×