kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45931,36   3,72   0.40%
  • EMAS1.320.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Sentra mainan turut nikmati booming Ipin-Upin (1)


Senin, 27 September 2010 / 11:00 WIB
Sentra mainan turut nikmati booming Ipin-Upin (1)


Reporter: Hendra Gunawan | Editor: Tri Adi

Selain mainan anak, Asemka juga menjadi salah satu pusat penjualan boneka. Berbagai macam bentuk boneka dan ukuran banyak dijajakan di tempat ini. Pembelinya beragam, mulai dari pedagang boneka, hingga korporat. Selain penjual, di tempat ini juga banyak toko yang sekaligus menjadi produsen boneka.

Pasar Asemka di Jalan Pintu Kecil, Jakarta Barat, tidak hanya terkenal sebagai pusat penjualan mainan anak-anak. Kawasan ini juga banyak dihuni gerai khusus boneka. Salah satunya toko Toys Island di Jalan Pintu Kecil No 38.

Toko milik Lie Ching ini menjual beragam boneka dengan berbagai ukuran. Mulai dari boneka yang bisa digenggam tangan, hingga boneka yang harus dipeluk untuk membawanya. "Harganya murah meriah. Mulai dari Rp 12.000 hingga Rp 325.000," kata Lie berpromosi.

Tidak seperti pemilik toko lainnya, perempuan paruh baya yang sudah membuka gerai di Asemka sejak 1998 itu, memproduksi sendiri bonekanya. Sehingga, Lie bisa menjual produknya dengan harga lebih murah.

Dia memiliki dua pabrik pembuatan boneka. Satu pabrik berada di Ciawi, Jawa Barat, dan satu pabrik lagi terletak di Jelambar, Jakarta Barat. Setiap hari, kedua pabrik tersebut bisa memproduksi hingga 1.800 boneka. "Yang paling besar produksinya di Ciawi. Sehari bisa 1.000 boneka," katanya.


Selain harganya relatif murah, Lie juga mengklaim boneka buatannya memiliki kualitas yang lebih baik. "Saya selalu menggunakan bahan baku nomor satu," katanya.

Klaim Lie ini bukan omong kosong. Sebab, selain bahannya lebih halus, boneka produksinya bisa mengembang kembali ketika ditekan sekeras-kerasnya.

Kelebihan tersebut membuat ongkos kirim yang ditanggung pelanggannya di luar kota menjadi lebih murah. Hal itu karena hanya dengan menggunakan kotak kecil, bisa dijejali beberapa boneka. "Di press seperti apapun, dia akan mengembang kembali seperti semula," katanya.

Pelanggan Lie datang dari berbagai kota di Indonesia. Tidak hanya dari kalangan pedagang boneka, pelanggannya banyak yang berasal dari kalangan korporat atau perusahaan. Biasanya mereka memesan boneka untuk dijadikan suvenir.

Dari pelanggan semacam itu, Toys Island bisa menjual minimal 5.000 unit boneka setiap bulannya. "Untuk suvenir korporat minimal pemesanan sebanyak 1.000 unit," imbuh dia.

Untuk mengerjakan pesanan itu, dia membutuhkan waktu lebih lama dibandingkan membuat boneka biasa. Sebab, boneka itu harus dibubuhi merek perusahaan dengan cara dibordir.

Saat ini, kebanyakan pelanggan korporat Toys Island adalah perusahaan perbankan, mulai bank asing hingga bank nasional. Selain itu banyak juga perorangan yang memesan untuk hadiah ulang tahun.

Penjualan boneka yang cukup besar tidak hanya dialami oleh Toys Island. Toko-toko lain yang khusus menjual boneka juga mengalami hal sama. Bahkan, peningkatan penjualan bisa melonjak pada momen tertentu.

Misalnya, saat Hari Valentine. Pada momen tersebut, omzet sejumlah penjual boneka bisa meningkat minimal 30% dibandingkan dengan hari biasa.

Para pemilik toko boneka di tempat ini juga ikut menikmati booming film Ipin-Upin. Banyak orang yang datang hanya untuk membeli boneka karakter kartun asal Malaysia itu.

Namun, ketika berita mengenai konflik antara Indonesia dan Malaysia memanas, penjualan boneka Ipin-Upin ikut tergerus. "Terjadi penurunan 30%," kata seorang pedagang.

Penurunan juga terjadi karena karakter Upin-Ipin sudah dipegang lisensinya oleh perusahaan tertentu. "Sebelumnya semua orang bisa bikin, sekarang harus beli ke agen resmi," katanya.

(Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×