kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,23   6,87   0.74%
  • EMAS1.335.000 1,06%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Sentra pelek Permata Hijau: Sedia pelek bekas (1)


Kamis, 20 September 2012 / 13:21 WIB
ILUSTRASI. Hari pertama setelah peluncuran, penjualan OPPO Find X3 Pro 5G di pasar global meningkat hingga 227%.


Sumber: Kontan 1/6/2012 | Editor: Havid Vebri

Selain di Jatibaru, Tanah Abang, Jakarta Pusat, Anda juga bisa menemukan sentra penjualan pelek (velg) dan ban mobil di kawasan arteri Permata Hijau, Jakarta Selatan. Deretan pedagang velg di kawasan ini bisa menjadi pilihan bagi Anda yang ingin mempercantik mobil dengan harga miring.

Di tempat ini, lebih dari 10 kios menjajakan velg dengan berbagai varian model dan ukuran. Kebanyakan pelek yang dijual bekas pakai, sehingga harganya relatif murah. Selain itu, banyak juga pelek replika yang sama persis dengan versi aslinya. Hanya, bobotnya lebih berat. Kendati bekas pakai atau replika, bagi konsumen itu bukan menjadi masalah.

Contohnya Hendra, salah seorang pembeli pelek di kawasan ini. "Yang penting tampilan mobil menjadi oke dan bujet lebih hemat," kata pemilik sedan Corona Hijau tahun 1995 ini.

Herry Adi Nugroho, salah seorang pemilik kios di tempat ini mengakui, sebagian besar pelek yang dijualnya merupakan bekas pakai dan replika. Pelek tersebut dibanderol mulai Rp 1,5 juta-Rp 8 juta per set. "Sementara ban bekas saya jual mulai Rp 150.000-Rp 300.000 per unit," ujar Herry.

Selain bekas pakai dan replika, ia juga menyediakan velg original alias asli. Namun, jumlahnya tidak sampai sepuluh set. Harga velg original ini juga jauh lebih mahal. "Saya jual Rp 20 juta per set," cetusnya.

Karena harganya mahal, pelek orisinal ini jarang diminati konsumen. Makanya, ia menyetok pelek ini dalam jumlah sedikit. Dalam sebulan, Herry mengantongi omzet mulai Rp 15 juta hingga Rp 30 juta. Pemasukan terbanyak dari penjualan ban yang mencapai 20 buah per bulan. Sementara penjualan pelek hanya tiga sampai empat 4 set per bulan. "Tapi kalau mau Lebaran, omzet saya bisa mencapai Rp 50 juta," ujarnya.

Soal laba, ia tak menyebutkan. Tapi, gambarannya, setiap menjual satu set pelek dan ban seharga Rp 5 juta-Rp 8 juta, Herry mengambil untung sekitar Rp 1,5 juta.

Harga jual velg dan ban bekas di tempat ini hampir sama. Contohnya, di tempat Agus Sunaryo, pengelola kios Latex Ban. Ia membanderol ban bekas mulai Rp 150.000 hingga Rp 400.000 per buah. Sementara, velg dibanderol Rp 1,5 juta-Rp 6 juta per set.

Ia juga membuka jasa perbaikan velg. Tarifnya tergantung kondisi pelek. Jika kerusakannya parah, ia bisa mematok harga Rp 300.000 per unit. "Omzet kami saat ini sekitar Rp 20 juta hingga Rp 30 juta per bulan," katanya.

Sementara Warsito, pedagang lainnya membanderol ban bekas Rp 150.000-Rp 350.000 per unit. Adapun harga pelek bekas mulai Rp 1 juta-Rp 4 juta per set. "Namun ada juga yang harganya Rp 7 juta-Rp 8 juta per set, tergantung bentuk dan merek velg," jelasnya.

Omzetnya dalam sebulan berkisar antara Rp 10 juta sampai Rp 15 juta. Jika musim liburan, omzetnya bisa melonjak hingga Rp 40 juta dalam sebulan.

(Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Berita Terkait



TERBARU

[X]
×