kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45999,83   6,23   0.63%
  • EMAS1.199.000 0,50%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Sentra sangkar burung Jember: Sangkar burung menghidupi satu desa (1)


Jumat, 17 Juni 2011 / 16:02 WIB
Sentra sangkar burung Jember: Sangkar burung menghidupi satu desa (1)
ILUSTRASI. Petugas teller melayani nasabah di Kantor Cabang Utama (KCU) Bank Mandiri Bintaro Tangerang Selatan, Selasa (23/6)./Pho KONTAN/Carolus Agus Waluyo/23/06/2020.


Reporter: Handoyo | Editor: Tri Adi

Desa Dawuhan Mangli, Sukowono, Jember, Jawa Timur, menjadi salah satu sentra produksi sangkar burung perkutut. Lebih dari 50% warga yang berjumlah 8.000 jiwa berprofesi menjadi perajin sangkar burung. Janji keuntungan besar membuat bisnis ini terus berkembang.

Bagi masyarakat Desa Dawuhan Mangli, Sukowono, Jember, Jawa Timur, membuat sangkar burung sudah menjadi pekerjaan utama. Selain pertanian, mayoritas warga desa itu secara turun temurun menjadi perajin sangkar burung, terutama sangkar burung perkutut.

Karena masih merupakan industri rumahan, setiap anggota keluarga turut terlibat dalam proses produksinya. Oleh karena itu, tak heran jika hampir warga mempunyai keahlian membuat sangkar burung.

Bagi mereka, bisnis pembuatan sangkar burung bisa menaikkan pendapatan. Hasil dari pertanian saja sepertinya tidak cukup untuk memenuhi seluruh kebutuhan rumah tangga.

Itulah sebabnya, produk yang dihasilkan oleh perajin di setiap rumah memiliki keunggulan dan ciri khas tersendiri. Keunikan ini pula yang membuat sentra pembuatan sangkar burung perkutut di Desa Dawuhan Mangli terus berkembang. Tak hanya ke pasar dalam negeri, sangkar burung asal Dawuhan Mangli sudah merambah pasar luar negeri.

Salah satu perajin sangkar burung di Desa Dawuan Mangli adalah Yuana. Ia mengaku tertarik dengan bisnis pembuatan sangkar burung perkutut karena keuntungannya lebih besar. "Dibandingkan dengan bertani keuntungannya lebih banyak," ujarnya.

Yuana sudah menekuni bisnis ini selama enam tahun. Saat ini Yuana mampu memproduksi sekitar 50 sangkar burung dengan kualitas biasa tiap minggu.

Yuana menjual hasil produksi dengan harga berkisar antara Rp 13.000 sampai Rp 20.000 per unit. Harga jual Rp 13.000 itu untuk sangkar burung setengah jadi, sedangkan banderol Rp 20.000 untuk bentuk jadi yang sudah dicat.

Memang benar, agar proses produksi lebih cepat, beberapa keluarga perajin bekerjasama membuat sangkar burung. Ada yang membuat rangka sangkar, mahkota sangkar, atau hanya bertugas mengecat sangkar di tahap akhir (finishing).

Setiap segmen produksi itu memiliki ahli atau jagoannya. Lamsari misalnya. Di sentra sarang burung ini, Lamsari tidak terkenal sebagai pembuat sangkar burung, melainkan lebih kondang sebagai pelukis sangkar yang jagoan. "Banyak perajin yang meminta saya untuk mengecat dan melukis sangkarnya," tambah Lamsari.

Lamsari mematok tarif jasa lukis dan pengecatan sangkar burung Rp 25.000 sampai Rp 50.000 per sangkar, tergantung tingkat kerumitan gambar. Setiap bulan, dia bisa menerima order sebanyak 30-40 sangkar dari tiap perajin.

Untuk menambah penghasilan, Lamsari juga membuat sangkar burung perkutut. Namun, ia tidak memproduksinya sendiri. Dia lebih suka membeli sangkar setengah jadi dari warga untuk kemudian dirangkai dan di cat sendiri sehingga menjadi sangkar burung siap pakai.

Selain Yuana dan Lamsari, di desa ini, produsen sangkar burung yang cukup terkenal adalah Rupik. Hasil produksi sangkar burung Rupik terbilang bagus, dan harga jualnya tergolong tinggi, mencapai Rp 1 juta - Rp 2 juta per unit.

Kebanyakan pembeli Rupik adalah masyarakat yang hobi burung. Tak hanya dari Jember, pembeli sangkar burung Rupik juga berasal dari Situbondo, Banyuwangi, Bali dan Yogyakarta.

(Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Storytelling with Data (Data to Visual Story) Mastering Corporate Financial Planning & Analysis

[X]
×