Reporter: Tri Sulistiowati | Editor: Johana K.
KONTAN.CO.ID - Prihatin melihat hasil pertanian masyarakat Dayak hanya digunakan sebagai hiasan rumah dan kebutuhan sehari-hari, Setya Widhi Hutommy mengolah bawang menjadi teh tubruk. Bawang berlian adalah komoditas utama dari masyarakat Kutai Barat, Kalimantan Timur. Jenis bawang ini banyak diburu lantaran punya khasiat kesehatan.
Widhi lantas menyampaikan keprihatinan, sekaligus niatnya untuk menyerap hasil panen bawang. Gayung bersambut, warga menyanggupi permintaanya. Awal 2017 lalu, dia mulai mengambil sebagian hasil panen dan memprosesnya menjadi teh dengan label Teh Tubruk Bawang Dayak.
Namun, Widhi hanya mengambil bawang tiap enam bulan sekali sebanyak 50 kilogram (kg). Pasalnya, petani belum dapat membuat sistem perhitungan masa tanam dan panen yang baik. Ia menetapkan harga lebih tinggi dari harga pasar, yakni berkisar Rp 30.000-Rp 35.000 per kg. Widhi mengaku memberikan harga tinggi karena kualitas bawangnya memang diatas standar dan jenis bawang ini masih langka.
Tak hanya bawang, Widhi juga membeli produk pengolahan hasil alam lainnya. Yakni, gula aren. Bedanya, dia membeli produk gula aren jadi sehingga dia tinggal melanjutkan kedalam proses pengemasan.
Selain membeli hasil panen para petani Dayak, di sela-sela waktunya, Widhi juga memberikan pelatihan untuk pengolahan paska panen pada petani, khususnya yang membuat gula aren. Tujuannya, agar kualitas gula benar-benar prima.
Dia bercerita bila petani diajarkan untuk mengikuti pola produksi yang baik. Contohnya, tidak merokok saat produksi dan mempunyai gubuk yang memadai di lokasi produksi sehingga terhindar dari hewan. "Jadi gula aren ini sebagai pasangan teh tubruk bawang berlian sehingga rasa yang dihasilkan pas," katanya. Sama dengan sebelumnya, dia juga membeli gula aren dengan harga diatas rata-rata yaitu Rp 35.000 per kg.
Sekedar info, produk buatannya dibandrol dengan harga Rp 45.000 per 100 gram untuk teh tubruk bawang dan Rp 17.500 per 200 gram gula aren. Sayangnya, Widhi enggan menyebutkan omzet yang dikantonginya.
Menggunakan media online sebagai tempat berjualan, jangkauan pasarnya pun cukup luas, mencapai Bandung, Semarang, Solo, dan kota-kota lainnya.
Ke depan, dia berharap ada pihak yang mau bekerjasama dengannya untuk memberikan pelatihan pertanian kepada petani bawang, sehingga dapat membuat sistem panen lebih baik.
"Saya tidak ingin memonopoli mereka (petani suku Dayak) bila ada yang ingin menanamkan modal untuk menyerap hasil pertanian atau transfer ilmu silakan saja," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News