kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45926,16   -5,20   -0.56%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Si jagal bisa beromzet belasan juta per hari (2)


Senin, 08 Desember 2014 / 15:23 WIB
Si jagal bisa beromzet belasan juta per hari (2)


Reporter: Tri Sulistiowati | Editor: Havid Vebri

Kampung Bustaman di Jalan Mantraman, Semarang, Jawa Tengah memang dikenal sebagi kampung para jagal kambing dan juru masak olahan daging kambing. Tapi, jangan berpikir bila ada banyak peternakan kambing di sana.

Tak ada satu pun warga kampung ini yang beternak kambing. Para jagal kambing mendapat pasokan kambing dari beberapa pasar di Semarang. Uniknya, para jagal membeli dari pasar yang disesuaikan dengan penanggalan Jawa. Contohnya, setiap tanggal atau hari Pon mereka membeli dari Pasar Sukorjo, Semarang.

Muhammad Rizki Aulia, seorang jagal di kampung ini, mengatakan, pembelian kambing berdasarkan penanggalan Jawa sudah menjadi kebiasaan turun temurun. "Saat ini masih dipertahankan," katanya.

Pria yang akrab disapa Rizki ini mengaku membeli kambing dengan harga yang bervariasi, mulai dari Rp 300.000 hingga Rp 1 juta per ekor. Nantinya, seluruh hasil potongannya akan dibawa oleh para tengkulak daging yang berjualan di Pasar Johar dan para pemilik warung sate di Semarang.

Ia menjual harga daging kambingnya sekitar Rp 67.500 per kilogram (kg). Dalam sehari, Rizki bisa memotong hingga 30 ekor kambing dengan omzet lebih dari Rp 15 juta per hari. Meski omzetnya terbilang besar, keuntungan bersih yang didapatkannya hanya sekitar Rp 10.000 per kg.

Menurutnya, permintaan daging kambing terus naik saat mendekati hari Raya Idul Adha dan musim nikah atau khitan. Di saat itu, tidak hanya daging kambing yang diburu, tetapi juga masakan olahan kambing, seperti gulai dan sate.

Selain menjual daging, Rizki juga menerima pesanan masakan daging kambing.Berbeda Rizki, Muhammad Yusuf yang juga seorang jagal kambing hanya membeli kambing dari Pasar Sukorjo.

Harga beli satu ekor kambingnya sekitar Rp 800.000 sampai Rp 1,2 juta. Laki-laki yang kerab disapa Ucup ini mengaku, bisa mengantongi omzet sekitar Rp 13 juta dalam sehari. Ada pun keuntungan bersihnya sekitar 5%–20% dari omzet.

Bedanya dengan Rizki, ia tidak menjual daging  kambing mentah ke tengkulak di pasar. Kambing hasil potongannya dimasak sendiri untuk memenuhi pesanan. Ucup  membanderol harga masakan kambingnya sekitar Rp 2 juta per ekor. Kebanyakan konsumennya berasal dari sekitar Semarang. "Ada juga beberapa dari luar kota," ujarnya.

Kendati sudah memilik pelanggan tetap, bukan berarti Ucup tidak mempunyai kendala. Salah satu kendalanya adalah harga kambing yang terus naik di pasar. Sebelumnya, Ucup sempat merugi saat harga kambing naik tinggi dan modalnya habis. “Saat itu, tidak hanya saya yang rugi banyak, tapi juga pengusaha lainnya di sini. Makanya sekarang jumlahnya menurun,” kenangnya.

Kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi sebesar Rp 2.000 per liter juga memberatkan mereka. Rizki bilang, harga jual kambing di pasar langsung naik sekitar Rp 15.000 per ekor. Tidak hanya itu harga sewa kendaraan juga ikut naik. Sayangnya, mereka tidak bisa langsung menaikkan harga jual karena takut pelanggannya pergi.    

(Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Terpopuler
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×