Reporter: Rani Nossar | Editor: Hendra Gunawan
CIREBON. Meski tidak memiliki pengalaman dan minim pengetahuan soal budidaya jangkrik, tidak menyurutkan keinginan Bambang Setiawan untuk merambah usaha ini. Terbukti, dengan bekal keyakinan dan tekad yang kuat, kini ia sukses menjadi pengusaha jangkrik beromzet ratusan juta per bulan.
Bambang, sapaan akrabnya merintis usaha budidaya jangkrik tahun 2010 dengan mengusung bendera usaha Trust Jaya Jangkrik di bawah naungan CV Jaya Tani di Cirebon, Jawa Barat.
Saat itu, ia baru saja lulus dari fakultas teknik Institut Teknologi Bandung (ITB). Kendati bergelar sarjana teknik, tidak membuatnya malu ketika memutuskan menjadi peternak jangkrik. "Begitu lulus, saya langsung pulang kampung ke Cirebon dan buat usaha setelah beberapa bulan," kata Bambang kepada KONTAN.
Saat ini, Bambang memiliki lebih dari 65 orang karyawan. Kini, ia tercatat sebagai pembudidaya jangkrik terbesar se-Cirebon. Ada pun kapasitas produksinya 200 kilogram (kg) jangkrik dan 8 kg telur jangkrik yang siap dibudidayakan.
Dari usahanya ini, ia pun diganjar sejumlah penghargaan. Tahun lalu, Bambang dinobatkan menjadi pemenang Wirausaha Muda Mandiri 2014 perwakilan Jawa Barat kategori bidang usaha industri, perdagangan, dan jasa.
Penghargaan ini didapat Bambang karena dinilai berhasil membuka industri peternakan jangkrik yang sebelumnya tidak pernah ada di Cirebon. Sekaligus membuka lapangan kerja bagi warga di Desa Bakungkidul, Kecamatan Jamblang, Cirebon.
Jangkrik hasil tangkarannya dipasarkan ke Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jabodetabek. Pengiriman terbesar ke Bandung sebanyak 100 kg per hari.
Kebanyakan jangkrik itu digunakan untuk pakan burung, pakan ikan hias, umpan memancing, dan ada juga yang pesan untuk dijual lagi.
Ia membanderol harga 1 kg jangkrik sebesar Rp 45.000-Rp 50.000. Sedangkan telur jangkrik dihargai lebih mahal lagi. Untuk varietas jangkrik alam, harganya Rp 350.000-Rp 400.000 per kg. Sedangkan harga varietas telur jangkrik kalung sebesar Rp 325.000 per kg.
Dari usaha ini, ia bisa mendapat omzet Rp 15 juta per hari. Itu belum termasuk dari penjualan telur jangkrik untuk pembibitan. Jika ditotal, Bambang bisa meraup omzet hingga Rp 500 juta per bulan.
Kendati sukses menangguk omzet besar, ia tidak lantas berpuas diri. Belakangan, ia justru ekspansi produk dengan membuat makanan olahan jangkrik.
Di antaranya kerupuk jangkrik dengan merek Cricket Chips. "Baru awal Maret ini dibuat," katanya.
Kerupuk jangkrik ini dibuat dalam tiga pilihan rasa, yakni original, keju, dan pedas dengan kemasan 175 gram. Harga per bungkus Rp 25.000.
Lantaran baru, skala produksinya belum terlalu besar dan pemasarannya baru terbatas di wilayah Cirebon. Dalam waktu dekat, ia juga ingin meluaskan jangkauan pasarnya ke Sumatra dan wilayah lain di luar Jawa. (Bersambung)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News