kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Suvenir boneka adat daerah Indonesia bisa mendunia


Rabu, 04 April 2018 / 11:30 WIB
Suvenir boneka adat daerah Indonesia bisa mendunia


Reporter: Tri Sulistiowati | Editor: Johana K.

KONTAN.CO.ID - Boneka dengan pakaian adat dari berbagai provinsi di Indonesia kini menjadi salah satu suvenir incaran para pelancong. Penjualan boneka mungil yang biasanya dikemas dalam paket berisi 34 boneka ini laris manis.

Andrie Rosmalina, pemilik Cika Handycraft asal Sidoarjo, Jawa Timur mengamini kondisi ini. Produksinya selalu habis diserbu wisatawan dari kapal pesiar yang singgah di Pelabuhan Surabaya.

Selain itu, produknya juga banyak dipesan sebagai mahar atau hadiah pernikahan. Korporasi pun juga mengincar boneka ini untuk menjadi suvenir bagi kunjungan internasional.  

Dengan beragam pakaian adat Indonesia, boneka mungil setinggi 12 cm ini memang terlihat unik dan apik. Selain dibalut busana daerah, Andrie juga melengkapi aksesori lain.  Alhasil, penampilannya mirip dengan penampilan pakem.

Boneka ini masih dibuat secara handmade. Oleh karena itu, pembautan satu boneka membutuhkan waktu tiga hingga tujuh hari. Untuk mengerjakan boneka ini, Andrie dibantu tiga karyawannya.  

Dalam sebulan, total produksinya mencapai tiga set boneka  atau 102 pasang boneka Barbie berbusana adat. Ia menjual boneka itu mulai dari Rp 95.000 sampai Rp 125.000 per pasang.

Andrie menggunakan kain asli dari berbagai daerah untuk mendandani bonekanya. "Saya beli dari sana agar terlihat sama dengan aslinya," ujarnya.  

Selain Andrie, Yuniary DP juga membuat boneka pakaian adat. Pemilik Bunda Collection ini juga masih mengandalkan ketrampilan tangannya untuk menggarap produknya. Alhasil, dalam sebulan, dia hanya membuat dua set boneka adat.

Namun, berbeda dengan Andrie, Yuniary mengambil bahan baku dari Jakarta. Meski begitu, perempuan yang lebih akrab disapa Yuni ini sangat detil menggarap penampilan bonekanya. "Saya selalu usahakan sama dengan pakemnya dan proses finishing selalu saya kerjakan sendiri," katanya. Dalam proses produksi suvenir, ada delapan karyawan yang membantunya.

Untuk harganya, Yuni mematok mulai harga Rp 100.000 sampai Rp 250.000 per pasang. Konsumennya pun tidak hanya datang dari perseorangan alias wisatawan tapi juga banyak dari toko ritel seperti Sarinah dan Mirota. Dia juga sering diminta oleh pemerintah untuk membuat boneka saat dibukanya KBRI baru di suatu negara.

Selain itu, sekolah-sekolah anak usia dini hingga senior pun tidak sedikit yang minta untuk dibuatkan boneka adat sebagai bahan pembelajaran siswa. Dengan boneka  proses belajar mengajar akan terlihat  lebih menarik serta tidak membosankan.

Mempunyai konsumen dengan lokasi yang jauh dari tempat produksi, Yuni memberikan garansi pada setiap pelanggannya berupa penggantian barang baru bila dalam perjalanan boneka mengalami kerusakan.        

Kualitas dan ciri khas menjadi strategi untuk mengikat pelanggan

Derasnya penjualan boneka berbusana adat mengundang pemain baru terjun menjadi produsen suvenir ini. Yunniary DP, produsen sekaligus pemilik Bunda Collection pun merasakan kehadiran para produsen baru tersebut.

Namun, Yuni tak merasakan adanya persaingan. Ia tetap berpegang pada kualitas dan detil produk, supaya pelanggannya tak berpaling ke pemain lainnya.

Sebab, menurut ibu dua anak ini, membuat boneka adat tak boleh asal-asalan. Agar nampak seperti aslinya dan sesuai pakem wilayah masing-masing, Yuni banyak mengumpulkan literatur tetang busana adat berbagai daerah di Indonesia.

Tak hanya itu, dia sangat selektif memilih rekan kerja, mulai dari produsen baju sampai aksesoris, hingga perakit boneka. Bahkan, Yuni masih menangani tahap akhir penggarapan boneka.  

Sulitnya mencari karyawan dengan kemampuan sesuai dengan standarnya menjadi alasan untuk tetap harus ikut dalam proses produksi. Maklum, dalam membuat boneka ini memang dibutuhkan ketelitian serta kesabaran ekstra. Selain itu, jiwa seni pun juga harus dimiliki sang perajin agar hasil akhirnya nampak mendekati aslinya.

"Saya pernah mendidik karyawan dalam waktu yang lama tapi tetep saja masih juga belum pas," katanya pada KONTAN, Jumat (9/3).

Kedepan, dia berharap usahanya masih bisa eksis serta dapat menambah jumlah karyawan untuk meningkatkan kapasitas produksi. Selain itu, dia mempunyai impian dapat memproduksi boneka sendiri, karena, sampai sekarang dia memakai boneka Barbie.

Produsen lainnya, Andrie Rosmalina sekaligus pemilik Cika Handycraft asal Jakarta juga berharap dapat menambah karyawan serta meningkatkan jumlah produksi. Dengan begitu dia dapat memperluas pasarnya hingga ke luar negeri.

Sampai dengan hari ini, boneka adat buatannya memang sudah sampai ke banyak negara di berbagai belahan dunia. Hanya saja dalam jumlah yang kecil karena dipesan langsung oleh konsumen perorangan.

Sama dengan perajin sebelumnya, kendala yang dihadapinya berada dalam tahap produksi. Pasalnya, tidak mudah untuk mendapatkan karyawan yang trampil serta mudah untuk diajari. Tiga orang karyawan yang bergabung dengannya hanya membantu dalam tahap awal.

Sedangkan, untuk finishing masih dilakukan oleh Andrie sendiri. Alhasil, saat dia bepergian, proses produksi terpaksa berhenti.

Makin banyaknya pemain baru yang bermunculan, menciptakan suasana persaingan yang cukup ketat. Namun, ibu dua anak ini tetap tak terpengaruh. Ia percaya, setiap produsen mempunyai ciri khas masing-masing. "Karena ada ciri khas maka konsumen dapat memilih sendiri produk mana yang disukai dan sesuai dengan keinginan dan kantongnya," kata Andrie.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×