kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Tahun ajaran baru bikin mebel sekolah berkilau


Jumat, 06 Mei 2011 / 16:18 WIB
Tahun ajaran baru bikin mebel sekolah berkilau
ILUSTRASI. Para pekerja melintas di trotoar Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, Rabu (29/4/2020). KONTAN/Fransiskus Simbolon


Reporter: Handoyo | Editor: Tri Adi

Memasuki tahun ajaran baru, sejumlah industri mebel sekolah di beberapa daerah mengenjot produksinya. Tak hanya di Jakarta, para perajin mebel sekolah asal Sukabumi, Jawa Barat juga berharap derasnya pesanan meja kursi sekolah pada tahun ini.

Anjas Asmara pemilik Agung Harum Jati di Jakarta yang memfokuskan usahanya pada pembuatan mebel sekolah menuturkan prospek usaha mebel ini masih sangat baik. Apalagi jika tahun ajaran baru tiba banyak pesanan yang datang padanya.

Usaha yang dibangun Anjas merupakan kelanjutan dari usaha sang ayah sejak tahun 1993 silam. Agung Harum Jati memproduksi mebel sekolah yang sangat beragam mulai dari meja, kursi, lemari serta papan tulis. "Paling tidak kami memiliki sekitar 20 jenis barang," tutur Anjas.

Pesanan mebel sekolah anjas tak hanya datang dari sekolah-sekolah, justru mayoritas berasal dari rekanan pemerintah daerah (pemda). Perbandingannya 80% dari rekanan dan 20% dari sekolah.

Karena pangsa pasar utamanya adalah rekanan tender, maka dalam setahun paling tidak ada dua kali pembelian secara besar-besaran yakni antara bulan Mei sampai Juni, serta di akhir tahun yakni pada bulan November.

Anjas juga tidak mau bersepekulasi tentang produknya. Ia menuturkan jika produk yang ia buat tersebut sesuai dengan standar dari Pemda DKI, mebel yang dibuatnya menggunakan kayu jati dan Acacia mangium.

Selain Anjas, pemain lain dalam usaha mebel sekolah asal Sukabumi Jawa Barat adalah Burhanudin lewat PD Padasuka. Ia juga kebanjiran pesanan. Padasuka telah beroperasi sejak tahun 1994 silam. Sama halnya dengan Anjas, mayoritas produk mebel buatan Burhanudin menggunakan bahan baku kayu jati.

Namun, tidak menutup kemungkinan juga ia menggunakan kayu mahoni, serta kayu buah-buahan seperti rambutan dan kelengkeng. "Kalau untuk bahan baku saya tinggal ikut pesanan pembeli," tutur Burhanudin.

Kedua produsen ini gampang mendapatkan bahan baku kayu ini. Anjas misalnya, ia mendatangkan bahan baku kayu langsung dari Lampung dan Serang, Banten. Paling tidak dalam sekali belanja, Anjas membutuhkan sekitar 12 meter kubik kayu, dengan harga adalah Rp 3 juta per meter kubik.

Sementara Burhanudin menerima pesanan dalam jumlah melimpah pada masa tahun ajaran baru di bulan Juni. Jika Anjas pasar utamanya berasal dari rekanan pemda, pasar penjualan mebel sekolah Burhanudin kebanyakan berasal dari sekolah-sekolah swasta yang ada di Sukabumi.

Ketika musim padat, Anjas khusus mendatangkan karyawan dari Jepara, Jawa Tengah. "Karyawan dari Jepara kerjanya cepat dan hasilnya lebih bagus," kata Anjas.

Untuk produksinya, Anjas menghitung satu karyawan bisa menyelesaikan 100 meja atau kursi dalam waktu 10 hari. "Paling tidak satu meter kubik kayu bisa menghasilkan 20 meja," tutur Anjas.

Anjas membanderol mebel sekolah produksinya dengan harga bervariasi, mulai Rp 300.000 sampai Rp 1,5 juta. Misalnya satu stel meja dan kursi SD harganya Rp 300.000. Sedangkan mebel untuk SMP dan SMA harganya sedikit lebih mahal yakni Rp 400.000.

Pemilik Agung Harum Jati ini juga menjual lemari kelas di harga Rp 1,5 juta, serta papan tulis berukuran dua meter yang harganya Rp 400.000.

Anjas bisa mendapatkan omzet Rp 200 juta per bulan. Jika tahun ajaran baru tiba, omzet tersebut bisa berlipat menjadi Rp 500 juta sampai Rp 1 miliar.

Walau tingkat produksinya masih jauh dibandingkan Anjas, Burhanudin bisa meraup omzet Rp 25 juta per bulan. Pendapatan ini juga bakal mengembang hingga Rp 100 juta ketika banyak pesanan yang datang padanya.

Burhanudin pun menawarkan mebel sekolah dengan harga antara Rp 500.000 hingga Rp 3 juta. Satu set meja dari kayu jati berukuran 120 x 60 x 80 cm harganya Rp 500.000. Sedangkan lemari kelas berbahan kayu mahoni harganya Rp 2 juta. Lemari berbahan kayu jati harganya Rp 3 juta.

Walau pasar utamanya masih berada di lingkup Sukabumi, mebel sekolah karya Burhanudin telah menjamah Banten dan DKI Jakarta. Baik Anjas maupun Burhanudin mengaku saat ini pesaing utama bisnis mebel sekolah yang dihadapi adalah produsen meja kursi sekolah dengan bahan baku besi. Produsen meja kursi besi ini menawarkan harga lebih murah dibanding mebel kayu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×