kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Tak pelit berbagi ilmu membuat mesin pakan (3)


Jumat, 06 Maret 2015 / 18:57 WIB
Tak pelit berbagi ilmu membuat mesin pakan (3)
ILUSTRASI. Asam jawa bermanfaat mengobati rematik.


Reporter: Rani Nossar | Editor: Rizki Caturini

Sutadi sukses menjadi pengusaha pakan ikan patin di Martapura Barat, Kalimantan Selatan. Banyak pembudidaya ikan patin mengambil pakan darinya karena harganya jauh lebih murah dibandingkan pakan bikinan pabrik. Menurut Sutadi, biaya pakan mengambil porsi terbesar dalam biaya pemeliharaan patin. "Hampir 70% itu buat pakan," katanya.

Tanpa manajemen pakan yang baik, pembudidaya patin bisa merugi. Apalagi, banyak pembudidaya yang tidak tahu teknik yang benar dalam pemberian pakan.

Dari yang dia amati, banyak pembudidaya memberi makan semaunya dengan harapan patin bisa cepat besar. Tapi kalau terus menerus menggunakan pakan pabrikan yang mahal, bukan keuntungan yang didapat melainkan kerugian. Menurutnya, bila menggunakan pakan pabrikan membutuhkan biaya hingga Rp 5 juta per hari. Tapi kalau buat sendiri tidak sampai Rp 3 juta.

Selain lebih murah, ikan patin juga lebih cepat dipanen. Sutadi mengaku, tak pernah pelit berbagi ilmu dengan sesama pembudidaya ikan patin.
Ia mengaku, sudah banyak pembudidaya patin yang belajar cara membuat mesin pakan darinya. Setelah tahu cara kerjanya, para pembudidaya lalu membuat sendiri mesin tersebut.

Makanya, bentuk mesin maupun kapasitas produksi semuanya beda-beda. Ada petani yang bisa membuat mesin dengan kapasitas produksi pakan sebanyak 100 kilogram (kg) per hari, 300 kg per hari, dan ada juga yang 500 kg per hari. "Sekarang di kawasan minapolitan Kabupaten Banjar sudah ada 10 petani yang membuat pakan sendiri, dan semoga hal ini bisa dicontoh petani lainnya," kata Sutadi.

Saat ini, Sutadi memiliki dua unit mesin. Dalam waktu dekat, ia akan menambah dua mesin baru agar kapasitas produksi semakin meningkat.
Maraknya penggunaan mesin pribadi ini tentu ada dampak negatifnya. Yang jelas, kata Sutadi, kebutuhan solar akan terus meningkat. Sementara akses untuk mendapat solar di Kelurahan Sungai Batang sangat sulit.

Sutadi kerap membawa dirigen ke berbagai tempat penjualan BBM untuk membeli solar. Kadang ia sering dituduh ingin menyalah gunakan BBM bersubsidi.  "Padahal padahal kalau beli di luar mahal, susah sekali beli solar. Seharusnya ada jatah solar buat nelayan di Sungai Batang ini," katanya.

Kendala ini pun sudah ia sampaikan ke Dinas KKP Provinsi Kalimantan Selatan tapi belum mendapat respon.Selain kendala solar, produksi pakan juga kerap terganggu saat musim hujan. Pasalnya, pakan yang selesai diproduksi ditampung dalam wadah plastik dan harus dijemur beberapa jam di bawah sinar matahari.    

(Selesai)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×