kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Terkendala minimnya tenaga terampil (2)


Rabu, 27 Agustus 2014 / 15:12 WIB
Terkendala minimnya tenaga terampil (2)
ILUSTRASI. Mirip Diabetes Militus, Bagaimana Pencegahan Diabetes Insipidus?


Reporter: Tri Sulistiowati | Editor: Rizki Caturini

Sentra pembuatan sanggul di Desa Limbangan Wetan, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah sudah berdiri sejak puluhan tahun silam. Bisnis pembuatan sanggul di desa ini pun sudah berlangsung turun temurun.

Lantaran mewarisi bisnis orang tua, keahlian membuat sanggul juga didapat secara turun temurun. Supaya bisnisnya terus berkembang, generasi sekarang juga dituntut kreatif membuat sanggul dalam berbagai model.

Ranyan, salah seorang perajin sanggul, mengaku, terus menciptakan kreasi baru dalam membuat sanggul. Saat ini, dia dibantu oleh isteri dan seorang kerabat dekatnya. Istrinya bertugas membuat pola sanggul. “Yang pintar bikin model sanggul baru itu istri saya,” katanya.

Biasanya Ranyan kebanjiran order saat ada momen tertentu, seperti peringatan hari Kartini dan musim nikah. Menurut pria berbadan tambun ini, saat peringatan Kartini banyak sekolah di Jawa menggelar pawai keliling dengan mengenakan busana daerah.

Kebanyakan sekolah ini berlokasi di sekitar Brebes, Kuningan, dan Tegal. Dalam pawai itu, setiap siswa putri pasti mengenakan sanggul. Model anggul yang dikenakan kebanyakan model biasa.

Selain model yang sudah biasa diproduksi, Ranyan juga membuat sanggul dengan model berdasarkan pesanan dari luar kota. Selain di Jawa, konsumennya banyak dari Jakarta, Kalimantan, Sulawesi, Lombok, hingga Sumatra.

Sayangnya, sejak beberapa tahun terakhir ini, dia hanya mampu memenuhi permintaan konsumennya yang ada di Jakarta. Hal ini disebabkan, terbatasnya karyawan. Dalam sekali order, ia bisa melayani pesanan 1.500 sanggul.

Saat ini, ia hanya mempekerjakan karyawan yang sudah mahir membuat sanggul. Dulunya ia suka menampung tenaga belum terampil. Namun begitu mahir membuat sanggul mereka dibajak pengusaha sanggul lain dengan iming-iming gaji lebih besar.

Selain pembajakan karyawan, ia juga mengeluhkan maraknya pembajakan model sanggul hasil kreasinya. Kondisi ini cukup mempengaruhi penjualannya. Supaya omzetnya tetap terjaga, ia juga membuka jasa rias pengantin.

Pengusaha sanggul lainnya, Sutriyah, juga mengaku kesulitan mencari tenaga terampil membuat sanggul. Banyak karyawannya yang mahir membuat sanggul membuka usaha sendiri.

Kini ia hanya dibantu tiga karyawan saja. Selain di Jawa, ia melayani pesanan sanggul dari luar kota, seperti Bandung, Medan, dan Batam.
Model sanggul yang sedang banyak dicari pelanggannya adalah model mawaran. Kebanyakan sanggul modern ini digunakan untuk acara pernikahan.

Untuk melayani seluruh pesanan itu, wanita enam cucu ini dibantu tiga karyawan yang semuanya karyawan tetap. Dalam sehari, dia memproduksi sekitar 20 sanggul hingga 35 sanggul. n

(Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×