kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45921,71   -13,81   -1.48%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Terus berjalan meski sempat disepelekan orang (2)


Senin, 29 September 2014 / 14:31 WIB
Terus berjalan meski sempat disepelekan orang (2)
ILUSTRASI. Asuransi unitlink adalah produk yang memberi dua penawaran dan manfaat sekaligus sebagai proteksi dan investasi./pho KONTAN/Carolus Agus Waluyo/02/02/2022


Reporter: Tri Sulistiowati | Editor: Havid Vebri

Bawang goreng Mbok Sri sudah sangat kesohor di Kota Palu, Sulawesi Tengah. Boleh dibilang, bawang goreng Mbok Sri sudah menjadi ikon oleh-oleh khas kota Palu. Sukses ini diraih berkat kerja keras dan kesabaran Harjo Sriyono.  

Bagi perempuan yang akrab disapa Mbok Sri ini, merintis bisnis bawang goreng merupakan masa-masa penuh perjuangan. Ketika merintis usaha ini ia sempat disepelekan oleh warga Kota Palu. “Apa sih keistimewaan bawang goreng kok sampai dijual, enaknya seperti apa,” cerita Suwarno, cucu Mbok Sri yang kini meneruskan usaha tersebut. Meski banyak disepelekan, Mbok Sri terus memproduksi bawang goreng.

Asal tahu saja, bawang goreng banyak digunakan sebagai pelengkap makanan untuk warga kota Palu. Mbok Sri juga sering membuatnya untuk disajikan bersama masakannya.

Usaha bawang goreng ini dimulai Mbok Sri setelah dia ditinggalkan sang majikan Dunllop kembali ke Inggris. Untuk menyambung hidup dan juga menghidupi sang cucu, dia memutuskan untuk membuat bawang goreng. Saat itu, modal awalnya sekitar Rp 75.000. Dengan modal itu, Mbok Sri membeli peralatan, bahan baku, dan menyewa tempat tinggal.

Awalnya, dia memproduksi bawang goreng berdua dengan sang cucu. Jumlah produksi saat itu hanya tiga toples dengan berat bersih sekitar ¾ kilogram (Kg). Harganya  Rp 3.000 per toples.  

Selain itu, Mbok Sri juga memproduksi abon daging sapi. Produksi awalnya hanya dua toples dengan berat bersih sekitar ¾ kg. Perempuan berjilbab ini menjualnya dengan harga Rp 5.000 per toples. Sama dengan pedangan jaman dulu, ibu empat anak ini menjajakan sendiri produknya disekitar rumahnya dan ke perkantoran.

Gayung bersambut, usaha bawang goreng Mbok Sri makin laris lantaran dia sudah banyak mengenal orang-orang di kantor pemerintah kota. Suwarno, bilang, bila ada tamu dari luar kota,  mereka mengarahkan untuk membeli oleh-oleh kepada Mbok Sri.

Itulah yang membuat usaha bawang goreng Mbok Sri makin banyak dikenal warga Palu dan para wisatawan. Suwarno juga sukses mengembangkan usaha katering. “Saat itu, Mbok juga menerima pesanan masakan. Apa saja yang dimasak Mbok pasti enak,” jelas Suwarno.

Tahun 2010 lalu, Mbok Sri mewariskan usahanya kepada sang cucu lantaran dia sudah tidak kuat menjalankan usahanya. Maklum saja, usia Mbok sudah 83 tahun dan staminanya pun mulai menurun.

Sekarang, untuk memproduksi bawang goreng, Suwarno dan sang istri dibantu oleh 14 pegawai tetap dan 35 pegawai panggilan. Uniknya, 35 pegawai panggilan tersebut hanya dipekerjakan sekitar enam bulan selama setahun, tepatnya saat panen raya bawang.

Kebanyakan para pekerja panggilan ini adalah ibu rumah tangga. Rahasia keistimewaan rasa bawang goreng Mbok Sri kata Suwarno adalah, agar rasa dan aroma bawang tetap ada saat pengupasan dan pemotongan bawang harus langsung digoreng.   

(Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Berita Terkait



TERBARU

[X]
×