kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Untung menyala terang dari usaha kerajinan lilin apung


Selasa, 04 Januari 2011 / 14:05 WIB
Untung menyala terang dari usaha kerajinan lilin apung


Reporter: Dharmesta | Editor: Tri Adi

Lilin apung memiliki pasar yang terus tumbuh. Bentuknya yang unik dan indah membuat lilin hias ini diminati banyak restoran, spa, hingga pembeli ritel untuk memperindah rumah mereka. Buntutnya, omzet para perajin lilin apung terus naik. Yang menjadi ganjalan, harga bahan baku parafin impor naik.

Bisnis lilin apung kian hari kian menjanjikan. Pengguna alat penerang ini mulai dari dekorator untuk acara pernikahan, restoran, spa, hingga turis asing.

Menurut Bernadinus, pemilik HWDW Craft di Yogyakarta yang berbisnis lilin apung sejak 1999, bahan pembuatan lilin apung sama dengan lilin biasa, yaitu parafin. "Bedanya, lilin apung butuh parafin berkadar minyak tinggi agar mudah dibentuk," ucapnya.

Tapi, Bernadinus harus mengimpor parafin dari China. Pasalnya, parafin dari Nergi Tembok Raksasa memiliki kadar minyak lebih tinggi ketimbang buatan lokal.

Pembuatan lilin apung bisa dengan cara manual ataupun cetakan. Pembuatan lilin apung cetakan memakai bahan silikon berbentuk bunga. Cetakan tinggal diisi lilin panas. Cara ini memang cukup praktis dan agak mudah, tapi variasi ukuran dan bentuknya terbatas.

Adapun pembuatan secara manual, lilin yang masih panas dituang di atas loyang datar. Lalu, bagian lilin dibentuk kelopak bunga. Setelah itu, bagian-bagian kelopak itu disatukan menjadi bentuk bunga. "Cara ini membutuhkan keahlian khusus," kata Bernadinus.

I Wayan Samudra, pemilik Bali Candle Handicraft di Denpasar, mengungkapkan, secara umum produksi cetakan dan buatan tangan mirip. "Bedanya, kalau manual ada sentuhan seni," kata Wayan. Karena itu, biasanya lilin buatan tangan lebih laku.

Lilin bisa diwarnai dengan pewarna khusus dan cat minyak. Proses pewarnaan lilin ketika lilin masih panas. Pewarna dicampur dengan lilin panas dan diaduk.

Bernadinus memproduksi lilin apung dalam pelbagai ukuran. Harga jual produknya mulai dari Rp 2.500 sampai Rp 6.000 per unit. Kebanyakan pembeli memakainya untuk pesta pernikahan. Tapi, ada juga yang memesan khusus untuk suvenir.

Harga lilin buatan Wayan tergantung ukuran, mulai Rp 200 untuk ukuran terkecil dan Rp 17.500 untuk ukuran terbesar. Ia melegonya ke turis asing, restoran, dan spa. "Restoran biasa menaruhnya di wadah air untuk candle light dinner, kalau untuk spa ditambah aroma seperti apel untuk terapi," ujar Wayan yang memulai usaha ini sejak 1999.

Bernadinus dapat meraup omzet hingga Rp 10 juta per bulan. Sedangkan, penghasilan Wayan bisa mencapai Rp 13 juta per bulan.

Kendala paling besar dari usaha ini, adalah bahan baku yang masih harus impor dari China. "Harganya terus naik," keluh Wayan. Waktu awal usaha, ia biasa membeli parafin dengan harga
Rp 6.000 per kilogram. Sekarang, harganya mencapai Rp 25.000 per kilogram.

Meski persaingan cukup ketat, Wayan yakin usaha pembuatan lilin apung cerah. Bahkan, dia berniat mendirikan pabrik. "Saya masih menunggu bunga bank turun," ungkapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×