kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.326.000 0,53%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Usaha turun temurun di Pedurungan Kidul (1)


Selasa, 02 September 2014 / 18:16 WIB
Usaha turun temurun di Pedurungan Kidul (1)
ILUSTRASI. FTSE Russell mengocok FTSE Global Equity Index Series Asia Pacific pada bulan ini.


Reporter: Rani Nossar | Editor: Havid Vebri

Batu bata merupakan material penting dalam pembangunan sebuah rumah, gedung, dan lain sebagainya. Meskipun dewasa ini sudah ditemukan inovasi bahan pengganti batu bata dalam membuat dinding bangunan, tetapi sebagian besar masyarakat masih menggunakan batu bata.

Tak heran bila banyak orang tergiur mengembangkan usaha batu bata. Di Semarang, Jawa Tengah, bahkan ada sentra pembuatan batu bata. Tepatnya di Kelurahan Pedurungan Kidul, Kecamatan Pedurungan.

Wilayah ini berada di area Semarang Timur. Dari Bandara Ahmad Yani, Semarang diperlukan waktu 30 menit untuk sampai di sentra ini. Jarak tempuhnya sekitar 22 kilometer (km).

Kelurahan Pedurungan Kidul sudah kesohor sebagai penghasil batu bata. Soalnya, banyak warga kelurahan ini yang menggantungkan hidupnya dari bata bata.

Pembuatan batu bata di tempat ini tidak berkumpul dalam satu area, melainkan menyebar. Misalnya dalam satu gang, ada tiga produsen, gang berikutnya dua, dan seterusnya.

Tapi, hampir di sepanjang jalan sejauh 300 meter dapat ditemui tempat pembuatan batu bata. Total ada 12 tempat produksi yang melibatkan 30 pengrajin.

Tempat ini cocok sebagai usaha pembuatan batu bata karena banyak terdapat areal tanah liat yang dilalui air sungai. Tanah liat sendiri merupakan bahan baku utama pembuatan batu bata.

Ahmad Ajiono (47), salah seorang produsen batu bata, mengatakan, sentra ini sudah ada sejak tahun 1970-an. Menurutnya, usaha batu bata ini merupakan usaha turun temurun dari orang tua.

Ia sendiri mewarisi usaha ini dari orang tuanya yang kini sudah pensiun. "Sekarang sudah 16 tahun membuat batu bata, karyawan tiga orang," katanya.

Saat ia meneruskan usaha, Ajiono mengeluarkan modal Rp 10 juta untuk mengembangkan usaha ini. Uang itu dipakainya buat membeli mesin cetak bata yang lebih modern agar kapasitas produksi lebih banyak.

Untungnya, areal pembuatan batu bata seluas 300 meter merupakan warisan orangtuanya, sehingga ia tak perlu menyewa tempat pembakaran dan bahan baku tanah liat.

Sekali produksi, ia bisa membuat sampai 50.000 batu bata. "Bahkan lebih kalau musim panas, " katanya. Ajiono mematok harga jual batu bata sebesar Rp 350.000 per 1.000 biji.

Batu batanya disalurkan ke suplier dan dikirim ke berbagai daerah di Pulau Jawa, Bali, hingga Banjarmasin. Dalam sebulan, ia bisa membuat batu bata sebanyak empat kali. "Sekali buat bisa mendapat omzet Rp 17 juta, jadi sebulan bisa hampir Rp 50 juta," jelasnya.

Pengusaha batu bata lainnya, Kusyono Wadi (52) sudah menggeluti usaha ini selama 10 tahun. Awalnya ia petani sayur. "Saya lalu tertarik sebab penghasilan dari batu bata ini cukup menjanjikan," cetusnya.

Wadi dapat memproduksi hingga 20.000 batu bata sekali produksi. Sebulan ia juga empat kali produksi. Bedanya, areal tanah liat dan tempat pembakaran bata masih status sewa dari orang lain. Wadi menjual batu batanya seharga Rp 280.000 per 1.000 biji. Dalam sebulan ia mendapatkan omzet sebesar Rp 20 juta.    

(Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×