kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Utak-atik kemitraan nasi uduk udik


Selasa, 29 Mei 2012 / 13:37 WIB
Utak-atik kemitraan nasi uduk udik
ILUSTRASI. Menhub jelaskan syarat perjalanan terbaru pasca larangan mudik berakhir


Reporter: Revi Yohana | Editor: Tri Adi

Nasi uduk merupakan salah satu jenis makanan tradisional yang sudah akrab di lidah masyarakat Indonesia. Bisnisnya pun mendatangkan untung lumayan. Makanya, banyak yang mengadu nasib di bisnis nasi uduk ini. Bahkan, ada pula yang menawarkan kemitraan usaha ini.

Bagi yang tak bisa menahan lapar, nasi uduk menjadi pilihan cepat untuk mengganjal perut. Maklum saja, hidangan khas Betawi ini gampang ditemui karena memang penjualnya banyak.

Bahkan, bisnis nasi uduk ini tak mengenal waktu, apalagi penjual nasi uduk bisa ditemui sepanjang 24 jam. Makanya, bisnis nasi uduk ini begitu hidup.

Tak heran, banyak yang berminat menjajal bisnis ini. Salah satunya adalah kedai Nasi Uduk Udik yang sudah berdiri sejak tahun 2009. Untuk melebarkan pasar, mulai tahun 2011, kedai yang berpusat di Cinere, Depok ini menawarkan sistem kemitraan kepada para calon investor yang ingin berbisnis makanan ini.

Maulana Mansyur, Staf Marketing Nasi Uduk Udik, mengatakan, saat ini kedainya sudah memiliki 15 gerai yang seluruhnya milik mitra. Para mitra itu tidak hanya berada di Jakarta dan sekitarnya, bahkan juga sudah menyebar sampai ke Yogyakarta dan Jawa Timur.

Bila ada yang berminat, Nasi Uduk Udik hanya menawarkan satu paket kemitraan dengan investasi senilai Rp 75 juta. Nilai tersebut belum termasuk biaya sewa tempat dan gaji karyawan.

Dengan nilai investasi Rp 75 juta, mitra akan memperoleh perlengkapan masak, dekorasi, kursi, meja dan bahan baku awal. Selain itu, mitra juga mendapatkan pelatihan karyawan serta promosi. Nasi Uduk Udik juga akan membimbing mitranya selama dua hingga tiga tahun sampai si mitra bisa mapan menjalankan usaha sendiri. "Selama ada bimbingan, mitra akan dikenai royalty fee sebesar 2,5% per bulan," imbuh Maulana.

Nah, agar tempat usaha representatif, Maulana menyarankan, mitra menyewa tempat dengan luas minimal 24 meter persegi. Sementara untuk karyawan sebaiknya berjumlah enam hingga delapan orang.

Maulana mengklaim, nasi uduk buatan mereka mempunyai cita rasa yang lezat dan itu menjadi keunggulan yang ditawarkan ke calon mitra. Makanya, supaya cita rasa tidak berubah, si mitra juga akan mendapat pasokan bahan baku dari kantor pusat Nasi Uduk Udik.

Nasi Uduk Udik juga menawarkan sistem layanan pesan antar atau delivery order. Jika mitra ingin menerapkan konsep delivery order maka akan diberikan dua unit boks yang bisa ditaruh di atas sepeda motor. Namun, sang mitra sendiri yang harus menyediakan sepeda motor.

Selain nasi uduk, ada pula menu tambahan pendamping seperti ikan lele, ayam bakar madu hutan, ayam goreng, dan cumi-cumi bakar madu. Ada juga cah kangkung dan mi goreng ayam. Adapun harga jual nasi uduk di Nasi Uduk Udik berkisar antara Rp 9.000 hingga Rp 12.000 per porsi tergantung tambahan menu lauk.

Menurut Maulana, dalam sehari diperkirakan mitra bisa mendapatkan omzet sekitar Rp 1 juta hingga Rp 3 juta. Ini dengan asumsi, dalam sehari ada sekitar 80 orang sampai 250 orang pembeli dan mereka menghabiskan Rp 12.000 sekali makan. "Mitra kami secara rata-rata telah kembali modal dalam waktu satu tahun," kata Maulana.


Tempat nongkrong

Maulana menambahkan, tak hanya racikan khas Nasi Uduk Udik, konsep tempat juga menjadi salah satu kelebihan mereka. Konsep dekorasi Nasi Uduk Udik tidak hanya sekadar kedai makan, namun menjadi tempat yang nyaman sebagai tempat nongkrong.

Prahasita Sekar Wikanswati, salah satu mitra Nasi Uduk Udik, mengatakan, sejauh ini prospek bisnisnya tersebut cukup menjanjikan. Ia menjadi mitra Nasi Uduk Udik sejak Maret 2012. Warungnya menempati lokasi di Jalan Urip Sumoharjo, Yogyakarta.

Meski baru seumur jagung, Prahasita mengaku, omzet bisnisnya sudah lumayan. Dalam sehari, ia bisa memperoleh omzet sebesar Rp 2 juta hingga Rp 3 juta.

Resepnya adalah dengan membuka kedai selama 24 jam "Kalau nasi uduk di Yogyakarta biasanya buka di malam hari. Maka kami menawarkan konsep nasi uduk yang bisa dimakan pagi, siang, malam," ujar Sita, sapaan akrab Prahasita.

Ia berani membuka kedai hingga 24 jam karena belum ada penjual nasi uduk yang melakukan cara serupa. Apalagi ia juga melayani sistem pesan antar.

Sita pun membagi karyawannya dalam dua shift, yang masing-masing terdiri atas 3 orang karyawan yang melayani di rumah makan dan satu karyawan khusus pesan antar. Total karyawannya sebanyak 8 orang.

Resep lain, Sita juga membuat variasi menu, selain menu inti yang diberikan oleh pusat. Ia juga menyediakan menu minuman khas kafe seperti aneka minuman cappuccino blend.

Selain itu ada juga camilan seperti kentang goreng, pisang bakar, dan roti bakar pun ada. Camilan dipilih karena ada pelanggan yang tidak mengonsumsi nasi.

Tempat usahanya makin ramai, karena Sita juga menjadikan konsep rumah makannya bak tempat nongkrong. "Jadi, cara ini bisa menyasar semua kalangan, konsepnya bisa untuk menengah ke atas, namun harganya masih bisa terjangkau menengah ke bawah," ujar Sita.


Nasi Uduk Udik
Jl. H. Saabun No. 10 Cinere, Depok, Jawa Barat
Telp. 021-7533648

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×