kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Venteny menawarkan pinjaman dan diskon kepada pekerja


Rabu, 28 Februari 2018 / 10:00 WIB
Venteny menawarkan pinjaman dan diskon kepada pekerja


Reporter: SS. Kurniawan | Editor: S.S. Kurniawan

KONTAN.CO.ID - Keterampilan, motivasi, dan fleksibilitas yang tinggi dari pekerja Filipina betul-betul membuat Junichiro Waide terkesan. Tapi, meski ekonomi Filipina tumbuh cepat, lingkungan kerja di negara ini sangat jauh tertinggal dibandingkan dengan tempat Waide bekerja sebelumnya, yakni di Amerika Serikat, Jepang, serta Singapura.

Oleh karena itu, banyak perusahaan di Filipina memiliki masalah dengan karyawan mereka. Yakni, keterlibatan karyawan yang rendah dan tingkat keluar masuk (turnover) pekerja yang tinggi.

Sementara karyawan punya masalah: kekurangan uang dan akses kredit ke bank. “Ada celah besar di antara mereka berdua (perusahaan dan karyawan),” ungkap Waide.

Dan, Waide menambahkan, banyak karyawan di negara-negara Asia Tenggara lainnya menghadapi masalah yang sama. Pendapatan mingguan atau bulanan mereka tidak cukup untuk biaya pendidikan anak ke jenjang yang lebih tinggi dan biaya berobat jika ada keluarga yang sakit.

Pekerja di Asia Tenggara juga cenderung membutuhkan dana secara tiba-tiba untuk uang sekolah anak dan perawatan medis anggota keluarga mereka. Sebab, mereka kurang mengenal asuransi pendidikan serta kesehatan.

Gara-gara masalah ini, karyawan cenderung gonta-ganti pekerjaan dengan cepat untuk mencari gaji yang lebih tinggi secara bertahap. Tambah lagi, mereka hanya memiliki sedikit akses ke perbankan dan lembaga keuangan lain.

Karyawan di Filipina dan negara Asia Tenggara lainnya cenderung keluar dari pekerjaan dengan alasan upah mereka tidak bisa mencukupi biaya hidup ketimbang alasan lain. Misalnya, kemampuan yang tidak sesuai atau motivasi rendah untuk posisi mereka di tempat kerja lama.

Fakta ini yang kemudian mendorong Waide mendirikan Venteny pada 2015 lalu di Singapura. Perusahaan rintisan (startup) yang berbasis di Manila, Filipina, ini tidak hanya menawarkan pinjaman kepada karyawan melalui perusahaan tempat mereka bekerja, tapi juga manfaat lain.

“Dengan memberikan pinjaman bersamaan dengan keuntungan yang menarik lain, pendekatan Venteny ini untuk mengatasi masalah retensi karyawan,” kata Waide yang pernah bekerja sebagai manajer di sebuah perusahaan teknologi informasi di Filipina selama beberapa tahun.

Ke luar Filipina

Venteny memiliki anak perusahaan di bidang pemberian pinjaman yang telah mengantongi izin operasi dari regulator di Filipina. Ini memungkinkan startup itu untuk menyalurkan pinjaman sendiri tanpa perlu menggandeng bank atau lembaga keuangan lain.

Alhasil, Venteny bisa langsung memproses pengajuan pinjaman dari karyawan. Mereka pun bisa langsung mengirimkan uang tersebut hanya selang sehari setelah menerima permohonan kredit.

Sedang manfaat lain yang karyawan terima dari Venteny adalah berupa potongan harga atau diskon, mulai di toko ritel, restoran, pusat kebugaran, hingga hotel, yang bekerjasama dengan startup ini. Ada lebih dari 500 merchant yang berkongsi sama Venteny.

Sejatinya, ada beberapa startup yang menawarkan manfaat serupa berupa diskon berbasis teknologi untuk karyawan. “Yang membedakan Venteny dari kompetitor adalah layanan pinjaman jangka pendek online untuk karyawan,” ujar Waide yang juga menjabat Chief Executive Officer (CEO) Venteny.

Saat ini, Waide mengungkapkan, sekitar 80.000 pekerja di Filipina merupakan bagian dari skema yang dioperasikan Venteny. Klien terbesar startup ini adalah sebuah perusahaan penyedia operator call center dengan 20.000 karyawan.

Venteny juga bekerjasama dengan perusahaan di sektor perbankan, asuransi, dan teknologi informasi. Pada November lalu, Venteny bekerjasama dengan Philippine Contact Center Association, yang menaungi perusahaan-perusahaan di sektor ini yang mempekerjakan lebih dari 800.000 orang.

Sebetulnya, Filipina merupakan pasar percontohan (pilot market) buat Venteny. Tapi ternyata, startup ini mendulang sukses besar di negara itu. Itu sebabnya, mereka berencana ekspansi ke negara lain di Asia Tenggara.

Modal untuk memperluas pasar sudah Venteny kantongi. Pertengahan Desember lalu, mereka mendapatkan pendanaan putaran pertama atau Seri A senilai US$ 2,3 juta.

Suntikan modal ini berasal dari konsorsium pimpinan SBI Investment asal Jepang. SV-FINTECH juga investor malaikat Mamoru Taniya dan Makoto Takano ikut bergabung. “Pendanaan ini juga untuk mengembangkan platform dan memperkuat struktur Venteny di masa mendatang,” imbuh Waide yang berkewarganegaraan Jepang.

Sebelumnya, Venteny mendapatkan pendanaan awal (seed funding) dari KK Fund and Ocean Capital pada Februari lalu. Koichi Saito, Founder KK Fund, bilang, ada banyak permintaan kredit konsumer namun sulit untuk memastikan kelayakannya karena data yang minim.

Nah, “Melalui kerjasama dengan perusahaan, Venteny memiliki visibilitas spesifik terhadap kemampuan peminjam melunasi pinjaman dan bisa memanfaatkannya buat memberi kredit jangka pendek secara efisien,” kata Saito.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×