kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45924,65   -6,71   -0.72%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Vera gigih merajut mimpi desainer kebaya


Rabu, 27 Agustus 2014 / 13:57 WIB
Vera gigih merajut mimpi desainer kebaya
ILUSTRASI. Logo PT Telekomunikasi Indonesia . REUTERS/Beawiharta/File Photo GLOBAL BUSINESS WEEK AHEAD SEARCH GLOBAL BUSINESS FOR ALL IMAGES?


Reporter: Marantina | Editor: Tri Adi

Jika pengantin di mancanegara akrab dengan gaun desainer Vera Wang, maka pengantin di Jakarta dan Indonesia mulai familier berburu kebaya bikinan Vera Anggraini Ma’ruf. Vera, pemilik Rumah Kebaya Vera, mendesain kebaya sejak tahun 2000 dan mengaku senang jika bisa membuat pengantin bahagia dengan kebaya buatannya.

Vera dekat dengan dunia jahit-menjahit sejak SMP. Ibunya, yang seorang guru gemar menjahit. Namun, Vera belum mau belajar menjahit pada sang ibu.

Tamat SMP, Vera melanjutkan ke Sekolah Menengah Teknologi Kerumahtanggaan (SMK Negeri 8), Medan. Ibunya menyarankan Vera mengambil jurusan Tata Busana agar dia bisa menjahit bajunya sendiri. Maklum, setelah ibunya tak lagi bisa menjahit, Vera tak pernah puas dengan tukang jahit lain.

Ternyata, Vera sangat menikmati menjahit. Dia berprestasi dan mendapat beasiswa selama di SMTK. Sejak di sekolah itu, Vera mulai menerima jahitan. Setelah lulus, dia meneruskan pendidikan tata busana di Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (Universitas Medan).  “Sebenarnya saya mau kuliah di sekolah mode, tapi biaya tak cukup, karena adik-adik juga harus kuliah,” tuturnya.

Di jenjang ini, Vera kembali menerima beasiswa dan ia selalu menorehkan indeks prestasi tertinggi. Di kampus pula, dia belajar kewirausahaan, dan menumbuhkan niatnya menjadi entrepreneur.

Usai menyelesaikan kuliahnya, Vera membulatkan tekad menjadi desainer. Meski teknik dan keterampilan sudah dikuasai, dia sadar, untuk menjadi pengusaha, harus merasakan menjadi karyawan. Tujuannya,  untuk memahami sistem kerja seorang desainer.

Sebenarnya, perempuan kelahiran 25 Oktober 1974 ini ingin magang kepada Edward Hutabarat. Sayang, karena Edward kerap melancong ke luar negeri, Vera tak punya kesempatan belajar dari desainer kondang itu.

Pada tahun 2000, Vera menjelajah Ibukota untuk mewujudkan impiannya sendirian. Di Jakarta, ia melamar kerja di workshop almarhum Nelwan Anwar. Namun, perancang busana kenamaan itu menolaknya. Vera pun gigih, menemui Nelwan dan bersedia tak menerima bayaran selama magang. “Pokoknya waktu itu saya ngotot karena memang saya ingin belajar dari dia,” kata Vera.

Tak hanya itu, dia juga memperkaya pengalamannya di  butik Adjie Notonegoro. Dua tahun kemudian, Vera meninggalkan pekerjaannya sebagai asisten desainer. “Setelah tiga tahun belajar pada dua desainer tersebut, saya harus berani memulai usaha saya sendiri,” tutur istri dari Mukhamad Ilham ini.   

Pada 2003, Vera mulai merintis usahanya dengan menerima pesanan kebaya. Dia memperkerjakan empat orang karyawan untuk membantu melayani pesanan pembuatan kebaya.

Ternyata, tidak sedikit orang yang memesan kebaya untuk pernikahan. Maklumlah, pengantin Indonesia kebanyakan memilih kebaya untuk dipakai pada hari pernikahan. Dus, Vera fokus mendesain kebaya, atau gaun kebaya.  “Ada kepuasan tersendiri ketika melihat pengantin perempuan tampil cantik di hari bahagianya dengan kebaya buatan saya,” ucap Vera.


Terdongkrak Instagram

Mayoritas pelanggan Vera  berasal dari kelas menengah ke atas. Tak sedikit ibu-ibu pejabat hingga selebriti mempercayakan pembuatan kebaya pada tangan Vera. Pelanggannya pun tersebar ke berbagai kota di Indonesia. Bahkan, pelanggannya datang dari Singapura, Australia, dan Amerika Serikat (AS).

Padahal, Vera mengaku, desain kebayanya sangat simpel dan klasik. Dia tak membubuhkan bordir, karena bordir membuat kesan klasiknya pudar. Agar tampak elegan, Vera memberi taburan kristal swarovski.  Vera teguh berprinsip, kebaya harus tampil sederhana, tak perlu ruwet untuk terlihat bagus dan elegan.

Meski terlihat sederhana, proses pembuatan kebaya cukup rumit. Makanya, Vera merasa belum bisa memenuhi pesanan dalam partai besar. “Saya bikin kebaya by project. Saya tidak menjual kebaya jadi sama sekali. Kalaupun ada, itu desain saya yang lama dan hanya sedikit,” katanya.

Kebaya Vera mulai dikenal masyarakat sejak ia membuat akun Instagram pada Oktober 2011. Akun Vera Kebaya itu, kini, punya 160.100 followers. Berkat akun Instagram ini pula, orang-orang mengenal Vera sebagai desainer.

Dia pun tak mematok harga yang kaku untuk kebaya yang ia desain. Setiap kali membuat rancangan, Vera selalu melakukan komunikasi personal dengan si calon pembeli. “Setelah saya tahu kebaya seperti apa yang diinginkan, baru kami bisa membicarakan biaya. Yang penting, saya sudah cocok dulu sama keinginan konsumen,” tutur ibu dua anak ini. Untuk gaun kebaya pendek, Vera membanderol mulai Rp 8 juta. Sementara, tarif pembuatan kebaya pernikahan mulai Rp 30 juta.

Vera bilang, sepanjang tahun selalu ada yang memesan kebaya rancangannya.  Sebelum ada akun tersebut, pesanan kebaya kira-kira satu unit per minggu. Kini, setelah tenar, Vera menerima setidaknya lima pesanan kebaya pernikahan tiap pekan. Belum lagi ditambah dengan pesanan membuat gaun oleh pelanggannya.

Saat ini saja, dia hanya menerima pesanan kebaya untuk pelanggannya yang akan menikah setelah Oktober. “Orderan sampai Oktober sudah full jadi saya tak terima lagi,” ujar dia.

Vera memang tidak mau asal terima pesanan, alasannya adalah karena tak mau mengecewakan pelanggan. Apalagi karyanya dipakai di hari penting seseorang. Vera butuh waktu dua bulan hingga tiga bulan untuk membuat kebaya.  

Meski jumlah karyawannya sudah 45 orang, namun Vera masih merasa kesulitan menerima terlalu banyak pesanan kebaya. “Standar saya pada karyawan tinggi, dan karena karyawan di bagian finishing sedikit, saya tidak boleh asal menerima order,” tegasnya.     

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Terpopuler
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×