kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45931,36   3,72   0.40%
  • EMAS1.320.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Erwan memajukan masyarakat pedalaman dengan radio komunitas


Jumat, 12 November 2010 / 13:45 WIB
Erwan memajukan masyarakat pedalaman dengan radio komunitas
ILUSTRASI. Kain berdesain natural dari guguran daun


Reporter: Fahriyadi | Editor: Tri Adi

Keprihatinannya akan kondisi penduduk di desa terpencil, membuat Erwan Asbun melahirkan radio komunitas di pedalaman Kalimantan Tengah. Namanya, Radio Asbun Jaya Perkasa FM yang membawa informasi ke tengah-tengah masyarakat di daerah pedalaman. Selain bisa mengubah warga menjadi lebih baik, suasana desa yang sepi sekarang berubah lebih hidup.

Informasi bisa menjadi jembatan yang efektif untuk membangun suatu komunitas. Dengan informasi, masyarakat memiliki banyak pengetahuan sehingga mampu berkreasi. Ini penting supaya masyarakat mampu menghadapi persoalan dan tantangan hidup.

Konsep inilah yang dipercaya Erwan Asbun dengan mendirikan sebuah radio komunitas di Desa Baun Bango, Kecamatan Kanpang, Kabupaten Katingan, Kalimantan Tengah pada tahun 2005 lalu, dengan bendera Asbun Jaya Perkasa FM.

Erwan berkisah, sebelumnya ia tinggal di pusat kota Kantingan sebagai buruh pabrik pengolahan kayu. Tapi, di sela-sela kesibukannya, ia juga melakoni pekerjaan sebagai penyiar radio di kabupaten tersebut.

Tapi, nasib mengantarkannya ke Baun Bango. Sebab, pabrik pengolahan kayu tempat ia bekerja gulung tikar. Ia pun pindah ke kampung istrinya itu.

Baun Bango terletak di daerah terpencil, jauh dari ingar-bingar kota. Desa ini hanya mampu ditembus selama 6 jam perjalanan menggunakan sampan atau perahu kecil. Makanya, "Akses informasi sangat dibutuhkan oleh masyarakat setempat," jelasnya.

Suasana desa yang sepi tanpa hiburan, berbeda 180 derajat dengan tempat tinggalnya dulu. Karena itu, Erwan yakin, kehadiran radio komunitas mampu menghidupkan suasana desa yang dihuni sekitar 300 kepala keluarga tersebut.

Apalagi, meski terletak di daerah pedalaman, listrik sudah mengalir ke Baun Bango. Dengan dana murni dari kantongnya sendiri sebesar Rp 6 juta, Erwan akhirnya mendirikan radio komunitas di Baun Bango. Dengan uang sebanyak itu, ia membeli peralatan siar.

Ternyata, peralatan tersebut hanya cukup menjangkau satu desa. Maklum, letak antara satu desa dengan desa lainnya berjauhan, hingga puluhan kilometer. Tapi sekarang, siaran Asbun Jaya Perkasa FM sudah bisa ditangkap enam desa lainnya yang berjarak hingga 100 kilometer dari Baun Bango.

Lantaran listrik masih sering biarpet, Aswan memakai genset sebagai pengganti sumber setrum di malam hari supaya radionya bisa terus mengudara. Sedangkan di siang harinya, ia mengandalkan solar cell atau baterai dengan tenaga matahari. "Listrik byarpet, selain itu, ini untuk menekan pengeluaran," ujarnya.

Mempekerjakan empat penyiar, Asbun Jaya Perkasa FM mulai siaran dari jam 05.30 pagi hingga 23.00 malam dengan susunan acara yang tetap. Pelbagai tema program acara yang disiarkan tentunya harus bermanfaat bagi masyarakat, seperti pertanian, peternakan, perikanan, kesehatan, isu sosial, dan lingkungan hidup.

Radio ini juga kerap membuat talkshow interaktif melalui telepon dengan beberapa narasumber kompeten. "Warga bisa menanggapinya secara langsung, dan ini cukup efektif memberikan edukasi," ucap pria asli Tulung Agung, Jawa Timur itu.

Erwan cukup bangga dengan keberadaan radio ini. Sebab, radio ini telah banyak mengubah kehidupan masyarakat yang tinggal di daerah pelosok menjadi lebih baik. Penduduk desa yang selama ini lebih banyak bergantung pada hasil alam, bisa lebih memaksimalkan sumber daya yang ada setelah mendengar siaran Asbun Jaya Perkasa.

Contoh, dulu masyarakat tidak tahu bagaimana memanfaatkan kayu yang banyak berserakan di hutan. Nah, berkat informasi dari radio, warga tergerak untuk memanfaatkannya menjadi bahan kerajinan.

Selain informasi yang bermanfaat untuk masyarakat, radio Asbun Jaya Perkasa juga memberikan acara hiburan berupa musik. "Supaya seimbang dan warga tak bosan," kata Erwan.

Untuk operasional radio, saban bulan, Erwan mengeluarkan uang sekitar Rp 3 juta. Biaya sebesar itu terutama untuk menggaji empat karyawannya yang merupakan warga desa setempat.

Tapi, ia juga kerap mempekerjakan siswa yang baru lulus SMA untuk dilatih menjadi penyiar. "Beberapa alumnus radio ini kini ada yang menjadi penyiar radio sungguhan di Kabupaten Kantingan," ungkapnya.

Soal pemasukan, Erwan bilang, sangat tidak menentu karena radio komunitas ini memang tidak ditujukan untuk komersial. Jadi, "Sebagian besar operasional dari kantong saya sendiri," kata pria berusia 43 tahun ini.

Untuk menutup biaya operasional, lelaki jebolan STM elektro ini membuka usaha servis barang-barang elektronik dan pembuatan banner atau plang nama.

Keuletan Erwan untuk membangun radio komunitas dan memberikan edukasi ke masyarakat terdengar sampai ke telinga Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dan Pemerintah Daerah Kabupaten Katingan.

Mereka mengapresiasi kerja keras Erwan dengan menyumbangkan sejumlah peralatan pemancar radio. Dari sebagian dari peralatan itu, Erwan kemudian mengembangkan radio baru yang bersifat semi komersial di kota Katingan.

Radio yang masih tahap uji coba ini, karena baru tiga minggu berdiri, diharapkan mampu menjadi sumber dana untuk membiayai operasional Asbun Jaya Perkasa FM. "Radio komunitas di Desa Baun Bango tak akan dikomersialkan demi mempertahankan identitasnya selama ini," kata Erwan.

Jerih payahnya mengembangkan radio komunitas itu juga mengantarkan Erwan menjadi peraih Danamon Award 2010 Terfavorit Satu berdasarkan dukungan khalayak luas.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Terpopuler
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×