kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45931,36   3,72   0.40%
  • EMAS1.320.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Girin sukses jadi juragan oli setelah berganti-ganti usaha


Kamis, 11 November 2010 / 10:52 WIB
Girin sukses jadi juragan oli setelah berganti-ganti usaha


Reporter: Anastasia Lilin Y | Editor: Tri Adi

Jangan pernah bosan mencoba. Bermodal semangat seperti itu, Girin Supriyanto mampu mengecap sukses di bisnis oli dan minyak tanah. Setelah sempat berganti pekerjaan hingga 10 kali, bekas sopir taksi ini sukses mengelola toko oli.

Bagi sebagian besar warga Balikpapan, Kalimantan Timur, nama Girin Supriyanto sudah tidak asing terdengar. Girin merupakan salah satu pemasok oli di Balikpapan. Kini, toko oli Wajar miliknya membukukan omzet ratusan juta saban bulan.

Padahal, pada dekade 1980-an, Girin bukan siapa-siapa di Balikpapan. Saat itu ia merantau ke Balikpapan tanpa persiapan matang. Selulus sekolah teknik menengah (STM) di Wates, Yogyakarta, pria yang berasal dari keluarga kurang berada ini sempat menjajal pelbagai pekerjaan di kota Gudeg, Yogyakarta. Namun, segala pekerjaan yang dia lakoni tak kunjung memberikan pendapatan mencukupi.

Bungsu dari 13 bersaudara ini lantas memutuskan hijrah ke Balikpapan. Kebetulan, ada kakaknya yang lebih dulu mengadu nasib di sana. “Saya mempunyai harapan ingin mengubah nasib yang tidak bisa saya dapatkan di Jawa,” tutur pria kelahiran 20 Mei 1962 ini.

Di usia 20 tahun, Girin yang bermodalkan ijazah STM dan pengalaman kerja pas-pasan itu mulai menapaki hidup baru di Balikpapan. Dia bekerja dari satu perusahaan ke perusahaan lain. Pekerjaan pertamanya kala itu menjadi operator mesin di sebuah pabrik pengolah kayu.

Girin juga sempat menjajal pekerjaan sebagai sopir truk di salah satu perusahaan bahan bakar minyak. Tak hanya truk, ia juga sempat menjalani profesi sebagai pengemudi bus malam rute Balikpapan–Samarinda. Sempat pula dia mengemudi taksi selama setahun lebih. Kalau dihitung, ia sudah bergonta-ganti pekerjaan hingga 10 kali lantaran tidak cocok.

Suatu ketika, di pertengahan tahun 1995, sembari menjadi pegawai, Girin mencoba mencari peruntungan di bisnis penjualan oli dan minyak tanah. Bermodal duit tabungan Rp 30 juta sejak menetap di Pulau Borneo, ia belanja beberapa barang. Ia memilih Jalan Soekarno-Hatta, Balikpapan, sebagai lokasi usaha. Sebab, jalan ini merupakan jalur ramai yang menghubungkan Balikpapan dan Samarinda.

Kios usaha awal Girin hanya berupa bangunan seluas 4 meter x 6 meter yang kala itu harus dia sewa dengan tarif Rp 110.000 per bulan. Lantaran masih bekerja di sebuah perusahaan,
ia menyerahkan pengelolaan toko ke orang lain. Sesekali, ia menengok tokonya.

Tak disangka, bisnis yang pada awalnya hanya sebagai sampingan itu justru semakin benderang. Toko Girin cukup ramai lantaran berada di jalan utama Balikpapan. Bisa jadi, kala itu belum banyak toko yang menjual oli dan minyak tanah. Akhirnya, menjelang tahun 2000 ia memutuskan keluar dari tempat kerja dan fokus mengembangkan bisnisnya.

Untuk memperbesar skala usaha, Girin membeli tanah yang sebelumnya dia sewa dengan harga Rp 100 juta. Meski mengaku awam dengan dunia bisnis, lambat laun dia merasa cocok menggeluti dunia wirausaha ini.


Namun, di sisi lain, Girin juga merasa usahanya butuh suntik-an besar jika ingin berkembang. Padahal, dana yang dia miliki cukup mepet lantaran habis digunakan membeli tanah dan membangun toko yang lebih besar dan layak.

Pada 2002 Girin mendapat suntikan dana sebesar Rp 50 juta, hasil pinjaman Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) yang digelar PT Pertamina wilayah Balikpapan. “Saat itu, saya menjaminkan sertifikat tanah,” kata bapak empat anak ini.


Toko oli ketiga

Girin lantas menggunakan pinjaman itu untuk belanja oli dan minyak tanah. Jenis minyak tanah yang dijual Girin adalah minyak tanah industri. Agar pasokan lebih lancar, ia mengajukan kerjasama dengan Pertamina agar mendapat pasokan barang secara langsung.

Lantaran pengembalian pinjaman lancar, tahun 2004 Girin mendapat pinjaman dana lagi dari Pertamina sebesar Rp 50 juta. Selanjutnya, ia mendapatkan pinjaman ketiga senilai Rp 75 juta. Uang itu dia pakai sebagai modal membuka toko kedua pada tahun 2006. Jika toko pertama dibuka di Kilometer 2 Jalan Soekarno-Hatta, toko kedua dibuka di Kilometer 10. Jumlah karyawan pun bertambah, dari semula 3 orang menjadi 10 orang.

Bisnis Girin terus berkembang. Dari satu toko saja, ia mampu mengantongi omzet Rp 200 juta per bulan. Toko bernama Wajar, yang semula hanya menjual oli, berkembang dengan fasilitas bengkel.

Meski bisnis yang dilakoni sekarang sarat pesaing, Girin masih melihat potensi bisnisnya bagus. Saat ini ia sudah ancang-ancang membangun toko oli ketiga. Ia menggadang toko ini akan menjadi toko oli terbesar di Balikpapan lantaran terdiri dari empat lantai.

Girin memperkirakan, toko yang berdiri di atas lahan seluas 400 meter persegi ini bakal menelan biaya Rp 2 miliar. Karena itu, sekarang ia sedang mencari pendanaan. “Saya akan mengajukan ke Pertamina pusat karena kabarnya bisa memperoleh pinjaman dengan nilai yang lebih besar,” harapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Terpopuler
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×