kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,23   6,87   0.74%
  • EMAS1.335.000 1,06%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Laba menggemaskan dari kitty dan doggy


Sabtu, 26 Mei 2018 / 07:30 WIB
Laba menggemaskan dari kitty dan doggy
ILUSTRASI. Salon hewan peliharaan


Reporter: Ragil Nugroho | Editor: S.S. Kurniawan

KONTAN.CO.ID - Memelihara hewan saat ini lebih dari sekadar hobi. Bagi sebagian orang, punya binatang peliharaan sudah jadi gaya hidup.

Tapi, memelihara hewan khususnya kucing dan anjing tidak cukup memberi makan. Lebih dari itu, Anda harus punya komitmen yang kuat supaya hewan peliharaan sehat bahkan sejahtera. Jangan sampai Anda memelihara hewan cuma buat pamer atawa ikut tren.

Ya, beberapa tahun terakhir,  memelihara hewan terutama kucing dan anjing semakin menjadi tren. Bukan itu saja, masyarakat semakin mengerti dan memahami tata cara memelihara hewan peliharaan.

Ini yang membuat prospek usaha toko hewan peliharaan alias pet shop makin menggiurkan. Tak heran, keberadaan pet shop kian menjamur di kota-kota besar di tanah air.

Tengok saja, Evi, pemilik My Pets di Medan, Sumatra Utara. Memulai usaha sejak Desember 2010, sekarang ia sudah mempunyai empat cabang di Pekanbaru, (Riau) dan Jakarta.

Melihat prospek yang cerah, sejak awal 2018, Evi mulai menawarkan kemitraan bagi yang tertarik menjajal usaha pet shop. Apalagi, rata-rata gerainya mampu menghasilkan omzet Rp 100 juta–Rp 250 juta per bulan. “Kami jadi yang pertama tawarkan kerjasama untuk segmen pet shop,” klaimnya.

Tahun ini, Evi memang tengah menyiapkan strategi untuk gencar penetrasi ke Pulau Jawa. Dengan menawarkan kemitraan, ia berharap, My Pets bisa lebih ekspansif dalam meluaskan jaringan bisnisnya.

Groomy Catty Pet Shop yang bercokol di daerah Pengadegan Utara, Jakarta Selatan, juga tengah menikmati tren memelihara kucing dan anjing. Berdiri sejak 2012, gerai ini mulai kebanjiran order. Kebanyakan permintaan dari jasa pemeliharaan (grooming), mulai mandi, keramas, potong kuku, membersihkan telinga, hingga pemberian obat anti kutu.

Sherly Gibran, pemilik Groomy Catty Pet Shop, bilang, di tahun-tahun awal membuka usaha ini, dirinya baru bisa menghasilkan omzet Rp 70 juta sampai Rp 90 juta sebulan. Mulai dua tahun lalu, tak kurang dari Rp 250 juta bisa masuk ke kantongnya tiap bulan.

Kalau lagi banyak order, pendapatan melonjak jadi Rp 400 juta. Untuk keuntungan bersih, berkisar 15%–20% dari omzet.

Selain semakin banyak yang memelihara kucing, Sherly menyebutkan, jenis hewan bernama Latin Felis catus yang masuk salon juga bukan cuma dari ras mahal semacam Anggora atau Persia. “Kucing lokal pun mulai ikut diperhatikan kebersihan dan kecantikannya,” kata wanita 37 tahun ini.

Saat ini, Sherly memiliki dua gerai yang terletak di Jakarta dan Serpong, Tangerang Selatan. Tidak menutup kemungkinan, tahun ini ia membuka gerai di kawasan Depok.

Penyumbang terbesar pendapatan toko milik Sherly dari penjualan makanan serta aksesori dan jasa grooming. Kontribusinya bisa mencapai 70% dari total pemasukan bulanan.

Untuk harga makanan dan aksesori bervariasi, mulai Rp 60.000 hingga Rp 100.000 per kantong atau pieces. Sedangkan tarif jasa grooming mulai Rp 55.000 sampai
Rp 350.000 per perawatan.

Menurut Evi, makanan hewan peliharaan dia datangkan langsung dari Eropa, Thailand, dan China. My Pets juga merupakan distributor produk makanan hewan peliharaan. Sementara produk aksesori, kebanyakan diimpor dari China.

Baik Evi maupun Sherly juga menjual hewan peliharaan. Biasanya, mereka memperoleh hewan-hewan itu dari orang pribadi maupun peternakan khusus pembiakan binatang peliharaan yang tersebar di Jakarta, Bandung, serta Surabaya.

Tapi, berapa biaya yang harus mereka keluarkan untuk membeli hewan-hewan peliharaan, Evi dan Sherly sama-sama bungkam. Keduanya hanya menceritakan, usia rata-rata hewan yang mereka beli antara dua hingga tiga bulan.

Penjualan hewan peliharaan akan meninggi permintaannya saat kenaikan kelas anak sekolah. Maklum, lumayan banyak siswa yang meminta hadiah hewan peliharaan ke orangtua saat mereka mendapat prestasi atau ranking di sekolah.

Lokasi toko yang pas

Nah, untuk memulai bisnis pet shop, satu hal yang paling penting adalah pemilihan tempat usaha. Lokasinya harus strategis.

Misalnya, di dekat kawasan perumahan dan pusat perbelanjaan. “Masyarakat yang tinggal di kompleks perumahan lebih suka memelihara hewan peliharaan,” ujar Sherly.

Untuk ukuran toko, Evi menambahkan, sebaiknya minimal 64 meter persegi (m²) atau satu ruko. Kalau bisa punya tempat lebih luas, itu lebih baik.

Evi juga mengingatkan, agar meminta izin tetangga setempat kalau memang tempat usaha berdekatan dengan rumah warga. Karena biasanya, pada waktu-waktu tertentu toko akan ramai dengan suara hewan peliharaan.

Makanya, Evi lebih memilih ruko demi meminimalisir protes masyarakat. Sebab, ruko memang merupakan tempat untuk berbisnis.

Setelah itu, Anda perlu memperhatikan jenis layanan yang disiapkan. Mengingat pesaing yang makin banyak, semakin variatif layanan, maka peluang pet shop Anda untuk dilirik pelanggan pun kian besar.

Contoh, menyediakan kandang yang nyaman, berbagai wahana permainan, dan kolam renang hewan. Fasilitas ini untuk jasa penitipan hewan peliharaan yang nyaman. Khusus jasa ini, biasanya permintaan bakal melonjak drastis saat musim liburan panjang anak sekolah, Lebaran, juga Natal.

Yang tidak kalah penting adalah, menyediakan tenaga kerja yang profesional. Usaha pet shop memang butuh karyawan yang paham betul akan kebutuhan hewan peliharaan.

Untuk bisa mendapatkan karyawan yang kompeten, Anda bisa menempuhnya dengan dua cara.

Pertama, merekrut yang berpengalaman dengan bayaran yang lebih tinggi.

Kedua, melatih orang awam untuk “disekolahkan” di beberapa pet shop atau klinik dokter hewan.

“Idealnya, punya dua karyawan. Satu punya pengalaman, satu lagi pemula,” kata Sherly.

Kucing dan anjing dulu

Modal awal yang Anda butuhkan untuk memulai bisnis ini, Sherly mengungkapkan, sekitar Rp 100 juta–Rp 150 juta. Tapi, angka itu di luar sewa tempat atau ruko. Modal awal akan membengkak tergantung lokasi usaha yang Anda pilih.

Mayoritas dana itu digunakan untuk membeli perlengkapan grooming, stok makanan dan aksesori, serta penataan toko. “Juga mencari dokter hewan langganan untuk diajak bekerjasama,” imbuh Sherly.

Untuk awal-awal usaha, fokus lah pada pelayanan kucing dan anjing. Soalnya, para pemilik kedua hewan peliharaan itu biasanya kalangan menengah atas. Alhasil, mereka rela menghabiskan banyak uang demi memenuhi kebutuhan kucing dan anjing peliharaannya.

Pangsa pasar seperti mereka juga yang akan menggunakan jasa penitipan dan salon hewan yang toko Anda tawarkan. Setelah usaha berkembang, Anda bisa menawarkan layanan hewan lain, seperti kelinci.

Untuk promosi awal, biasanya menggunakan strategi sebar pamflet dan brosur, lalu menggencarkannya lewat media sosial. Jangan lupa, menggarap komunitas-komunitas pencinta hewan peliharaan.

Bagi yang enggak mau repot, bisa mempertimbangkan tawaran kerjasama kemitraan dari Evi. My Pets mematok investasi minimal Rp 400 juta dengan masa kontrak lima tahun.

Lalu, calon mitra harus memiliki tempat usaha yang memadai. Nantinya, My Pets menyediakan pelatihan, promosi, serta pendampingan selama masa kontrak. Untuk royalti, mereka akan mengambil Rp 5 juta per bulan dari mitra sebagai biaya manajemen.

Evi menjanjikan, tidak butuh waktu lama bagi mitra My Pets untuk balik modal. “Sekitar 22 bulan sudah balik modal, setelah itu tinggal menikmati keuntungan bersih,” ujarnya.

Siapa mau memulai usaha toko hewan peliharaan?

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×