kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Startup bidang kesehatan digadang - gadang sebagai next unicorn


Selasa, 15 Oktober 2019 / 17:03 WIB
Startup bidang kesehatan digadang - gadang sebagai next unicorn
ILUSTRASI. Menkominfo Rudiantara menghadiri Rapat Kerja (Raker) dengan Komisi I DPR di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Senin (13/5/2019). Rapat kerja tersebut membahas tentang evaluasi pengamanan infrastruktur TIK pada Pemilu 2019 dan juga evaluasi Program Palap


Reporter: Elisabeth Adventa | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Geliat industri perusahaan rintisan (startup) di tanah air nampak makin bergairah. Saat ini Indonesia tercatat telah memiliki 5 startup yang menyandang gelar unicorn, yaitu Gojek, Tokopedia, Traveloka, Bukalapak, dan Ovo.

Julukan unicorn diberikan kepada para startup yang berhasil meraih nilai valuasi di atas US$ 1 miliar atau setara dengan Rp 14 triliun. 

Kebanyakan startup yang menyandang gelar unicorn datang dari sektor e-commerce atau market palce. Belakangan, startup di sektor kesehatan juga digadang-gadang menjadi the next Unicorn.

Baca Juga: Tingkatkan konektivitas, Kominfo dorong pembangunan BTS dan satelit

Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo), Rudiantara mengatakan startup kesehatan memiliki potensi besar menjadi Unicorn selanjutnya. 

Rudiantara menjelaskan alokasi anggaran untuk bidang kesehatan dalam APBN 2020, sebesar Rp 100 triliun – Rp 120 triliun bisa ikut mendorong tumbuhnya startup kesehatan di Tanah Air.

“Hitung saja bisa dapat 5% dari anggaran, itu kan sudah hampir Rp 8 triliun GMV-nya (Gross Merchandise Value). Dengan begitu, potensi untuk jadi unicorn bisa lebih cepat,” jelasnya beberapa waktu lalu di Jakarta Pusat. 

GMV sendiri adalah salah satu metode yang dapat digunakan untuk menghitung valuasi bisnis startup, terkait dengan total nilai penjualan seluruh barang selama kurun waktu tertentu.

Rudiantara lanjut menjelaskan jika besarnya anggaran yang dialokasikan oleh pemerintah tersebut memberikan gambaran bahwa startup di bidang kesehatan memiliki peluang besar untuk menjadi next unicorn.

Baca Juga: CEO Tokopedia: Boyolali lebih berpotensi daripada Bangkok

Menanggapi hal tersebut, CEO Halodoc, Jonathan Sudharta mengatakan, jika selama dua tahun terakhir, platform digital kesehatannya tumbuh pesat. Saat ini, Halodoc tercatat memiliki 7 juta pengguna aktif.

Jonathan mengatakan pertumbuhan pengguna aktif Halodoc sangat pesat, mencapai 3 kali lipat. Pasalnya, pada November 2018, pengguna Halodoc masih di angka 2 juta, belum sampai setahun sudah menembus angka 7 juta. 

“Aplikasi kesehatan ini pertumbuhannya puluhan kali lipat, bahkan bisa ratusan juga. Hal ini menunjukkan bahwa akses kesehatan ini menjadi kebutuhan banyak orang. Halodoc bisa sedemikian pesat berkembang dan direspon baik oleh masyarakat karena mendapatkan akses kesehatan yang cepat dan tepat memang jadi kebutuhan,” ungkap Jonathan. 

Baca Juga: Tingkatkan transaksi, fintech payment rajin kolaborasi

Ia lanjut menjelaskan bahwa akses kesehatan dengan menggunakan teknologi bisa menembus ruang dan waktu. Beberapa pengguna Halodoc bahkan sedang tidak berada di Indonesia.

Jonathan mengatakan ada beberapa pengguna yang sedang menunaikan ibadah haji atau umroh yang berkonsultasi dengan dokter Indonesia melalui aplikasi Halodoc.    

Baca Juga: Modal Ventura AS masih rajin suntik modal

“Pengguna aktif Halodoc tersebar di seluruh Indonesia, yang terbesar masih di daerah Jakarta, Surabaya dan sekitarnya. Sedangkan selebihnya, sebanyak 74% populasi pengguna ada di luar Jakarta dan Surabaya. Dan dari jumlah tersebut sebanyak 50% populasi pengguna berasal dari luar Jawa,” jelasnya. 

Dari segi pendanaan, Jonathan mengungkapkan Halodoc kini telah memasuki pendanaan seri B+. Pendanaan seri B+ tersebut didapatkan pada Juli 2019 lalu dari Bill & Melinda Gates Foundation. Selain itu, Halodoc juga meraih pendanaan dari Allianz X dan Prudential. 

Beberapa bulan sebelumnya, sekitar Maret 2019 lalu, Halodoc juga mendapatkan pendanaan sebesar US$ 65 juta atau setara Rp 919,5 miliar. Pendanaan tersebut dipimpin oleh UOB Venture Management dengan keterlibatan Singtel, Innov8, Korea Investment Partners, dan WuXi AppTec.

Dari total pendanaan terbaru tersebut, Jonathan mengklaim Halodoc telah menghimpun dana investasi mencapai US$ 100 juta atau sekitar Rp 1,4 triliun. 

Baca Juga: Tokopedia cetak rekor transaksi Rp 18,5 triliun selama Ramadhan Extra

“Kalau dibilang startup sektor kesehatan punya potensi besar, ya karena kesehatan itu kebutuhan semua orang, tidak ada batasan kelas ekonomi, sosial, pendidikan. Semua orang punya kebutuhan kesehatan karena ada kemungkinan untuk sakit. Startup kesehatan di Indonesia juga masih sedikit,” tandas Jonathan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×