Reporter: kompas.com | Editor: Adi Wikanto
KONTAN.CO.ID - Jakarta. Kabar membanggakan datang dari dunia bisnis tanah air. Sebanyak delapan perusahaan rintisan (startup) Indonesia berhasil masuk dalam daftar Forbes Asia 100 to Watch 2025.
Daftar bergengsi ini menyoroti startup kecil hingga menengah di kawasan Asia-Pasifik yang dinilai inovatif, berpotensi besar, dan menarik perhatian investor.
Forbes Asia 100 to Watch bukan sekadar daftar biasa. Ajang ini menunjukkan bagaimana ekosistem startup di Asia, termasuk Indonesia, makin diakui dunia internasional.
Perusahaan dari 16 negara dan wilayah masuk dalam daftar tersebut. India memimpin dengan 18 perusahaan, diikuti oleh Singapura dan Jepang (masing-masing 14), China (9), Indonesia dan Korea Selatan (masing-masing 8), dan Australia (7).
Baca Juga: Harga BBM Naik Mulai 1 September 2025, Apakah Sudah Ada Stok di SPBU Shell
Forbes menyatakan, para investor juga menyukai sektor-sektor yang sedang berkembang pesat seperti bioteknologi, teknologi antariksa, dan teknologi hijau. Perusahaan-perusahaan ini dikelompokkan ke dalam sepuluh kategori industri dengan kelompok terbesar di bidang bioteknologi dan layanan kesehatan, diikuti oleh teknologi perusahaan dan robotika.
Secara keseluruhan, 100 perusahaan dalam daftar ini telah mengumpulkan pendanaan hampir 3 miliar dollar AS, dibandingkan dengan 2 miliar dollar AS pada tahun lalu.
Bagi Indonesia, prestasi ini membuktikan bahwa anak bangsa mampu melahirkan ide-ide bisnis yang relevan, kompetitif, dan siap bersaing di tingkat regional maupun global.
Daftar 8 Startup Indonesia yang Masuk Forbes Asia 100 to Watch 2025
Berikut nama-nama perusahaan yang berhasil masuk:
1. BRIK: Solusi Material Konstruksi Ramah Lingkungan
BRIK berdiri pada tahun 2022 dengan CEO Francis Anugrah. Startup ini fokus menyediakan material konstruksi yang lebih ramah lingkungan, mulai dari semen hijau hingga cat peredam panas. BRIK berusaha mengubah cara masyarakat mengakses bahan bangunan dengan memanfaatkan teknologi digital.
Keunggulan BRIK adalah menghubungkan langsung pengembang properti dengan pemasok material, tanpa perantara. Hal ini membuat pemesanan dan pengiriman menjadi lebih cepat, transparan, dan terjangkau. Pelanggannya mulai dari raksasa properti seperti Ciputra dan Sinarmas Land, hingga pengembang skala menengah yang sering terabaikan oleh pemasok besar.
Dalam hal pendanaan, BRIK cukup agresif. Pada Mei 2025, startup ini berhasil meraih pendanaan 10 juta dollar AS dalam seri A yang dipimpin Jungle Ventures, setelah sebelumnya mengumpulkan 12 juta dollar AS di tahap pra-seri A (2023). Kini, BRIK sudah beroperasi di Jakarta dan Jawa Barat, dan tengah memperluas pasar ke Bali serta Jawa Tengah.
Baca Juga: Inilah Daftar Musisi Gratiskan Royalti Musik, Tapi Aturan Royalti Bukanlah Per Lagu
2. Esensi Solusi Buana (ESB): Transformasi Digital untuk Industri F&B
Didirikan pada tahun 2018 oleh Gunawan Woen, ESB (Esensi Solusi Buana) telah menjadi pemain penting dalam digitalisasi industri makanan dan minuman di Indonesia. Startup ini menawarkan solusi sistem point-of-sale (POS), enterprise resource planning (ERP), hingga layanan pemesanan daring yang menyatukan operasional bisnis F&B dalam satu platform.
ESB mengklaim telah bekerja sama dengan lebih dari 30.000 pedagang F&B, termasuk brand internasional seperti Starbucks dan Genki Sushi. Dengan layanan ini, restoran dan kafe bisa lebih efisien mengelola transaksi, stok bahan baku, hingga hubungan dengan pelanggan.
Dari sisi pendanaan, ESB sudah mengantongi hampir 40 juta dollar AS, termasuk 29 juta dollar AS dari putaran seri B pada 2022 yang dipimpin Alpha JWC Ventures. Dengan pertumbuhan masif industri kuliner Indonesia, ESB dipandang sebagai salah satu startup yang bisa mendorong transformasi digital sektor F&B lebih cepat.
3. Monit: Platform Manajemen Pengeluaran Perusahaan
Monit berdiri pada 2022 di Jakarta dengan CEO Rizki Aditya. Startup ini mengembangkan platform manajemen keuangan perusahaan yang fokus pada pengeluaran karyawan. Produk utamanya adalah kartu debit perusahaan yang memungkinkan visibilitas real-time terhadap transaksi, penggantian biaya, dan langganan.
Dengan teknologi otomatisasi, Monit membantu perusahaan memantau cash flow lebih efisien. Perusahaan besar seperti grup Ciputra dan startup perdagangan cepat Astro sudah menjadi klien Monit.
Dari sisi pendanaan, Monit berhasil meraih 2,5 juta dollar AS dalam pendanaan seri A pada Juli 2025 yang dipimpin Cento Ventures. Ke depan, Monit berencana memperluas fitur platform agar bisa melayani lebih banyak perusahaan di Indonesia, terutama yang membutuhkan transparansi dalam pengelolaan keuangan internal.
4. Rekosistem: Startup Pengelolaan Sampah Digital
Rekosistem berdiri pada 2021 dengan CEO Ernest Christian Layman. Startup ini membawa inovasi dalam pengelolaan sampah di Indonesia melalui sistem digital yang transparan. Pelanggan, baik individu maupun bisnis, dapat menggunakan layanan untuk mengumpulkan, memilah, mendaur ulang, dan melacak seluruh proses sampah mereka.
Fokus Rekosistem bukan hanya soal bisnis, tetapi juga kepatuhan ESG (Environmental, Social, and Governance). Dengan layanannya, banyak perusahaan yang terbantu dalam mencapai target keberlanjutan, termasuk mengurangi jejak karbon.
Dari sisi bisnis, Rekosistem berhasil meraih 7 juta dollar AS pendanaan seri A pada Mei 2025 yang dipimpin oleh Saratoga Investama Sedaya dan K3 Ventures, sehingga total pendanaan mencapai 12 juta dollar AS. Dengan tren green tech yang makin populer, Rekosistem diproyeksikan menjadi salah satu pionir teknologi ramah lingkungan di Asia Tenggara.
5. Ringkas: Inovasi Kredit Pemilikan Rumah (KPR) Digital
Ringkas berdiri pada 2022, didirikan oleh Ilya Kravstov dan Leroy Pinto. Startup fintech ini bertujuan menyederhanakan proses pengajuan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) yang selama ini dianggap rumit. Melalui platform Ringkas, calon pembeli rumah dapat mengajukan aplikasi ke berbagai bank sekaligus.
Ringkas menggunakan teknologi AI untuk melakukan pra-kualifikasi, pengecekan data KYC, serta menilai kelayakan kredit. Hal ini mempersingkat proses pengajuan KPR dan memberikan nasabah akses ke pilihan bunga dan tenor yang lebih kompetitif.
Pada Mei 2025, Ringkas berhasil mengamankan pendanaan pra-seri A senilai 5,1 juta dollar AS. Dana ini akan digunakan untuk meningkatkan teknologi AI, menambah tenaga kerja, serta melakukan ekspansi regional ke Asia Tenggara.
Baca Juga: Rincian Gaji dan Tunjangan DPR Terbaru: Rumah Rp 50 Juta, Beras Rp 12 Juta per Bulan
6. Se’Indonesia: Populerkan Sei Sapi dari NTT ke Seluruh Nusantara
Se’Indonesia didirikan pada 2022 oleh Rinaldi Dharma Utama dan Christian Wilfandio. Startup kuliner ini berfokus pada hidangan sei sapi, makanan asap khas Nusa Tenggara Timur (NTT), dan menyajikannya dalam format cepat saji modern.
Dengan harga mulai dari Rp25.000, Se’Indonesia berhasil menarik minat konsumen luas. Mereka mengklaim sudah menjual lebih dari 2 juta porsi makanan per bulan.
Kesuksesan ini mendapat dukungan investor. Pada April 2025, Se’Indonesia meraih pendanaan seri A senilai 9,7 juta dollar AS yang dipimpin oleh Insignia Ventures. Dana ini digunakan untuk memperluas gerai offline dari 2 outlet menjadi 30 outlet di berbagai kota besar di Jawa. Mereka juga berencana melakukan ekspansi ke luar negeri, menjadikan sei sapi makanan lokal yang mendunia.
7. Skor Technologies: Bantu Masyarakat Kelola Skor Kredit
Skor Technologies berdiri pada 2022 dengan CEO Ongki Kurniawan. Startup ini membangun aplikasi Skorlife, yang membantu masyarakat Indonesia mengelola keuangan pribadi dan skor kredit.
Pada 2024, Skor Technologies bekerja sama dengan Bank Mayapada Internasional untuk meluncurkan Skorcard, kartu kredit dengan target pasar masyarakat Indonesia yang tingkat kepemilikan kartu kreditnya masih rendah (hanya sekitar 6 persen).
Dari sisi pendanaan, Skor Technologies sudah mengumpulkan lebih dari 12 juta dollar AS, termasuk 6,2 juta dollar AS pada putaran pra-seri A Januari 2025 dari Argor Capital. Dengan visi meningkatkan literasi keuangan masyarakat Indonesia, Skor Technologies berpeluang besar menjadi pemain utama di sektor fintech kredit.
8. Torch: Brand Aksesori Perjalanan Lokal yang Go Nasional
Torch didirikan pada 2015 oleh Ben Wirawan. Berbeda dari startup teknologi, Torch adalah merek lokal yang fokus pada aksesori perjalanan terjangkau seperti ransel, dompet, hingga tempat kartu.
Torch berkembang pesat berkat strategi pemasaran digital yang kuat, serta jaringan distribusi yang mencakup penjualan online dan 14 toko ritel di seluruh Indonesia. Produk Torch semakin populer di kalangan anak muda karena kualitas baik dengan harga kompetitif.
Pada 2024, Torch mendapat suntikan investasi dari Init 6, perusahaan modal ventura yang didirikan oleh pendiri Bukalapak, Achmad Zaky dan Nugroho Herucahyono. Pendanaan ini digunakan untuk memperluas jumlah toko hingga 50 outlet dan mengejar target pendapatan 70 juta dollar AS pada 2029. Torch kini dipandang sebagai salah satu merek lokal yang siap menantang dominasi brand asing di pasar aksesori perjalanan.
Masuknya 8 startup Indonesia dalam daftar Forbes Asia 100 to Watch 2025 menjadi bukti bahwa inovasi bisnis di tanah air semakin diperhitungkan di level global. Dari sektor konstruksi, F&B, fintech, hingga green technology, Indonesia menunjukkan keberagaman inovasi yang bisa bersaing di Asia-Pasifik.
Dengan dukungan pendanaan yang kuat dan pasar domestik yang besar, startup-startup ini berpotensi tumbuh menjadi perusahaan kelas dunia dalam beberapa tahun ke depan.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "8 Perusahaan RI Masuk Forbes Asia 100 to Watch 2025, Ada Rekosistem hingga Torch", Klik untuk baca: https://money.kompas.com/read/2025/09/02/184751626/8-perusahaan-ri-masuk-forbes-asia-100-to-watch-2025-ada-rekosistem-hingga?page=all#page2.
Tonton: Bukan Sri Mulyani, Ini Menteri Keuangan Terlama dalam Sejarah RI
Selanjutnya: Tabungan Simpanan BPD Makin Tambun
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News