kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Afit belajar bisnis secara otodidak (2)


Selasa, 18 September 2012 / 12:23 WIB
ILUSTRASI. Produsen pipa baja PT Steel Pipe Industry of Indonesia Tbk (ISSP) atau Spindo.


Sumber: Kontan 18/9/2012 | Editor: Havid Vebri

Sejak masih kuliah, Afit Dwi Purwanto, pemilik Holycow! Steakhouse, sudah bercita-cita menjadi seorang pengusaha. Namun, setelah lulus kuliah ia tidak langsung mewujudkan mimpinya ini.

Ia justru memilih bekerja di beberapa perusahaan media di bagian pemasaran. Setelah beberapa tahun menjadi karyawan, barulah ia memutuskan untuk terjun ke dunia bisnis.

Keinginannya untuk berbisnis tidak lepas dari pesan ibunya. "Ibu saya pesan sebaik-baiknya manusia ialah manusia yang bisa memberi manfaat bagi orang lain," ujarnya.

Bagi Afit, menjadi pegawai memang bisa memberi manfaat bagi keluarganya. Akan tetapi, ketika berbisnis, ia bisa memberi manfaat kepada lebih banyak orang.

Misalnya, dengan memberi lapangan pekerjaan. Selain itu, dengan berbisnis, ia juga bisa mengatur kehidupannya secara bebas dan tak terikat kepada institusi atau perusahaan mana pun.

Afit sendiri mengaku tidak memiliki latar belakang bisnis sama sekali. Namun, ia mengenal cukup banyak teman yang juga punya bisnis. Didukung dengan informasi dari buku atau internet, ia pun menerapkan segala hal yang dipelajarinya tentang bisnis.

Kata Afit, hal utama yang harus dilakukan pebisnis ialah menentukan segmen pasar, sehingga target pasarnya tidak terlalu lebar. Ini penting karena akan berkaitan dengan pemasaran atau marketing.

Setelah menentukan segmen pasar, ia pun melakukan diferensiasi, baik dari segi konsep rumah makan maupun harga.
Dari segi harga, misalnya, ia menawarkan harga murah untuk seporsi steik (steak) wagyu, yang selama ini terkenal mahal.

Konsep rumah makannya juga dibuat sedeharna ala kedai atau warung. "Tidak memakai pendingin ruangan (AC)," ujar Afit. Ia sendiri menyebut warungnya sebagai camp. Sementara konsumennya dengan sebutan carnivores. Dengan adanya diferensiasi itu, konsumen pun cepat mengenali usahanya. “Dalam bisnis, kreativitas itu perlu,” ucapnya.

Untuk urusan pemasaran, Afit menyerahkan kepada istrinya, Lucy Wiryono. Sejak awal warungnya berdiri, Lucy kebagian mengurus pemasaran dan relasi dengan media.

Pekerjaan Lucy sebagai presenter di beberapa stasiun televisi cukup membantu memudahkan tugasnya sebagai seorang pemasar. Promosi juga gencar dilakukan di beberapa situs jejaring sosial, seperti facebook dan twitter.

Dengan promosi yang gencar, Holycow! Steakhouse kini sudah semakin dikenal. Terbukti, dua gerai di Senopati dan Kelapa Gading, Jakarta, selalu ramai dikunjungi pembeli.

(Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×