Reporter: Rani Nossar | Editor: Tri Adi
Sejalan dengan tradisi acara perlombaan jelang perayaan hari ulang tahun kemerderdekaan Republik Indonesia (RI), para produsen piala dan medali kebanjiran order. Dari biasanya 100-150 unit, melonjak jadi 500 unit per bulan. Omzet yang didapat produsen piala ikut terkerek naik hingga 50%. Dalam sebulan, produsen bisa meraup omzet hingga Rp 150 juta.
Sejak zaman kemerdekaan, perayaan hari ulang tahun (HUT) RI setiap tanggal 17 Agustus selalu diwarnai dengan berbagai ajang perlombaan atau pentas seni. Perlombaan tersebut marak diselenggarakan mulai dari tingkat sekolah maupun lingkungan Rukun Tetangga (RT) dan Rukun Warga (RW).
Contohnya, lomba yang berhubungan dengan olahraga, peragaan busana, atau perlombaan dari aneka permainan tradisional rakyat Indonesia seperti panjat pinang, tarik tambang, balap karung, dan sebagainya.
Sejalan dengan tradisi tersebut, permintaan piala dan medali sebagai hadiah bagi pemenang perlombaan ikut meningkat. Dus, para produsen piala dan medali pun turun ketiban berkah.
Salah satunya adalah Muhamad Yofi Setiawan, produsen piala dan trofi asal Tulungagung, Jawa Timur. Yofi mengaku, sejak sebulan lalu, usahanya dengan bendera Omicron Trophy di bawah naungan CV Bintang Antik Sejahtera mulai kebanjiran pesanan.
Yofi mengaku, dalam sebulan, biasanya ia hanya memproduksi 100-150 piala dan trofi. Piala itu dipesan konsumen untuk berbagai even, seperti kontes kecantikan, foto atau even lainnya.
Kini, menjelang 17 Agustusan, piala dan trofi yang diproduksi Omicron Trophy membengkak hingga menjadi 500 unit per bulan. Menurut Yofi, biasanya lonjakan pesanan itu akan terus terjadi sampai September hingga awal Oktober. Setelah itu akan kembali normal.
Saat ini, kata Yofi, perusahaannya sedang mengebut penyelesaian order pembuatan trofi dari barbagai lembaga sekolah, pondok pesantren, serta instansi pemerintah dan swasta. "Tiap tahun, kalau Agustusan ada kontes tari dan lomba yang digelar pemerintah kota Tulungagung. Semuanya itu kami yang buat. Belum lagi permintaan dari konsumen di Surabaya, Malang, dan daerah lain, " kata Yofi.
Untuk satu jenis trofi yang diproduksinya, Yofi membanderol dengan harga bervariasi. Tapi, trofi yang termurah berbahan baku plastik dibanderol Rp 75.000 dan termahal dari bahan marmer berukuran 1,6 meter dilego seharga Rp 1 juta per unit.
Dengan estimasi produksi 500 buah per bulan, Yofi mengaku mendapat omzet lebih dari Rp 150 juta per bulan. Nilai yang meningkat pesat ini bisa menutup penjualan yang sepi di luar bulan Juli-September.
Produsen trofi lainnya yang mengalap berkah jelang HUT RI adalah Regis Morgan Manik, pemilik CV Asaka Prima di Tangerang, Banten. Ia melabeli trofi produksinya dengan merek Asaka Trophy.
Untuk trofi berbahan baku plastik ukuran kecil dibanderol Rp 15.000. Sedangkan trofi dari bahan marmer ukuran tinggi dijual dengan harga Rp 2 juta-Rp 3 juta.
Regis mengaku, jelang HUT RI, omzet usahanya naik hingga 50% dibandingkan bulan biasa. Saat ini, kata dia, omzetnya bisa menembus Rp 100 juta. "Untuk acara 17 Agustusan pesanan sudah mencapai 500 piala. "Kalau bulan biasa, pesanan kurang dari 100 piala," kata Regis.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News