Reporter: Tri Sulistiowati | Editor: Rizki Caturini
Menjalani bisnis di bidang fesyen nyatanya tidak semudah membuka kancing baju. Pemilik brand kaus buatan lokal asal Bandung, Dicky Sukmana, pun mengalami banyak kendala untuk mengembangkan bisnis clothing yang telah dia rintis sejak 2003 silam tersebut.
Dicky bercerita, ada dua kendala utama yang dia hadapi, yaitu kendala eksternal dan internal. Kendala dari luar adalah semakin berkurangnya minat pasar lokal terhadap produk-produk dalam negeri. Gempuran produk-produk asing yang tak terbendung membuat brand lokal kian terpinggirkan. "Kecenderungan konsumen lokal kini lebih bangga menggunakan merek luar ketimbang merek lokal," keluh Dicky.
Sementara kendala internal paling besar adalah biaya operasional yang semakin membumbung tinggi. Di sisi lain, pangsa pasar produk fesyen lokal semakin mini. Menghadapi kondisi ini, pria berkepala plontos ini tidak hanya duduk diam. Dia tetap mencoba untuk terus melakukan edukasi pasar dan mengumpulkan pemilik brand lokal untuk bersatu. Caranya beragam, misalnya dengan mengadakan ajang kumpul dengan berbagai komunitas yang saling terkait dan sesama pengusaha clothing lokal.
Cara itu juga ditempuh untuk bisa tetap mempertahankan tingkat penjualan. Misalnya, dengan bekerjasama dengan komunitas teknologi informasi (TI) untuk membuat baju dan pernak-pernik dengan desain khas dunia TI. Dengan begitu, pangsa pasar yang dituju bisa lebih luas.
Dicky mengungkapkan, cara tersebut sangat efektif untuk menggenjot penjualan. Tidak jarang, mereka ikut serta dalam acara bazar teknologi. "Di ajang itu, cuma kita saja yang berjualan baju, cuek saja," katanya.
Laki-laki yang sempat mengenyam kuliah di Universitas Katolik Parahyangan ini juga berusaha untuk mengangkat brand lokal dengan menjalankan usaha yang masih lekat dengan industri kreatif, yakni bisnis konsultan branding. Usaha tersebut resmi dibuka pada 2008 bernama Panen Maya. Ini adalah perusahaan konsultan branding khusus untuk merek-merek dalam negeri. "Kami sempat mendapatkan klien besar seperti perbankan dan perusahaan transportasi," ujar dia.
Dicky berencana untuk lebih fokus mengurus usaha konsultan branding miliknya, sambil terus menjalankan usaha distronya. Di tahun 2008, Dicky juga membuat bisnis di media digital khususnya Twitter yang dinamai dengan InfoBandung. Akun jejaring sosial tersebut berisikan informasi tempat makan, wisata, dan belanja di kota kembang yang dikemas dengan konsep citizen journalist. Awalnya, untuk menjalankan usaha itu, dia melakukannya sendiri. Tapi, saat ini dia sudah dibantu oleh beberapa karyawan yang membantu.
Pengalamannya yang mumpuni di dunia kreatif membuat Dicky cukup sering mengikuti berbagai kompetisi. Beberapa di antaranya sebagai finalis di The IYCE Fashion Award 2008 dan finalis di IYCE Communication Award 2008. Dia juga sempat sebagai perwakilan dari Indonesia di acara Asia Pacific Creative Entrepreneur Congress, Filipina. n
(Selesai)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News