kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Albert sukses bisnis kue secara autodidak


Senin, 03 Juni 2019 / 07:00 WIB
Albert sukses bisnis kue secara autodidak


Reporter: Havid Vebri | Editor: S.S. Kurniawan

KONTAN.CO.ID - Saat merintis usaha toko roti dan kue dengan bendera Laritta Bakery pada 2002, Albert masih berusia 21 tahun. Ia mengenal bisnis ini dari orangtuanya yang menjajakan kue kering.

Meski orangtuanya sudah menekuni usaha kue kering sejak lama, Albert tetap harus banyak belajar soal bisnis toko roti dan kue. “Semua saya pelajari secara otodidak, mulai menentukan harga jual hingga mengelola karyawan,” ujar pria kelahiran 1981 silam ini.

Membaca buku, bertanya-tanya ke banyak orang, serta mencoba-coba sendiri menjadi proses awal yang dia lakoni. Maklum, ketika merintis usaha toko roti dan kue, ia masih berstatus sebagai mahasiswa. Karena itu, waktu menjadi kendala terberatnya.

Apalagi, Albert harus bangun jam tiga pagi. Saat matahari belum nongol, dia harus belanja dan menunggu karyawannya datang. Setelah semua beres, baru ia berangkat kuliah.

Meski begitu, tantangan terbesarnya justru terletak di pemasaran. Untuk membangun jaringan pemasaran, ia harus rajin datang ke instansi-instansi dan perkantoran. “Dulu dengan sekarang beda. Sekarang enak, tinggal lewat media sosial,” katanya.

Pengalaman jatuh bangun pun tak luput dari perjalanan bisnisnya. Contoh, saat dia menerima pesanan sebanyak 5.000 puding untuk sebuah acara kantor.

Gara-gara pelanggan tak menyimpan di lemari pendingin, puding yang Albert kirim semenjak jam tiga sore menjadi basi ketika akan disantap pada pukul tujuh malam. Walau bukan kesalahannya, ia tetap bertanggungjawab dan mengembalikan seluruh uang pesanan puding tersebut.

Tapi, sikapnya itu justru mendapat apresiasi pelanggan. Mereka pun tak berpaling ke toko roti dan kue lain, tetap memilih Laritta Bakery untuk hidangan berbagai acara di kantornya.

Komitmen Albert pada bisnis toko roti dan kue memang kuat. Bahkan, pernah, pada awal pembukaan gerai, ia menerima 2.000 order roti, meski cuma punya oven satu. Dari uang muka pesanan itulah, dia membeli oven untuk menyelesaikan order tepat waktu.

Dengan sikap dan kerja kerasnya, saat ini Albert memiliki 10 gerai Laritta Bakery dengan 200 karyawan. Perinciannya, sembilan outlet bercokol di daerah Surabaya dan satu gerai lagi di Sidoarjo. Tahun depan, ia berniat menambah dua gerai baru di wilayah Malang serta Gresik.

Banyak manfaat

Albert mengaku, bisnisnya bisa berkembang seperti sekarang tak lepas dari pendampingan PT Bogasari Flour Mills. Menjadi mitra binaan anak usaha PT Indofood Sukses Makmur Tbk itu sejak 2010, ia banyak mendapat manfaat dalam pengembangan usaha.

Dia tertarik jadi mitra binaan Bogasari setelah memperoleh banyak masukan dari teman sesama pelaku usaha toko roti dan kue.  Dalam kemitraan itu, Albert tergabung dalam Bogasari Mitra Card, yang merupakan salah satu Program Tanggungjawab Sosial Perusahaan (CSR) Bogasari.

Menurutnya, tak ada syarat khusus untuk bisa menjadi mitra binaan Bogasari. “Yang penting, memakai  terigu Bogasari,” sebut dia.

Bogasari Mitra Card terdiri dari tiga kategori, yaitu Silver, Gold, dan Platinum. Mitra binaan akan masuk satu dari tiga kategori tersebut berdasarkan jumlah konsumsi terigu.

Kategori Silver berlaku bagi pelaku usaha yang menggunakan tepung terigu 2 sak–249 sak (1 sak= 25 kilogram). Sedangkan kategori Gold sebanyak 250 sak–749 sak.

Untuk kategori Platinum mulai 750 sak hingga 3.000 sak per bulan. “Saya sendiri masuk kategori Platinum dengan konsumsi terigu lebih dari 750 sak per bulan,” sebut Albert.

Tentu, banyak manfaat positif yang dia dapatkan selama menjadi mitra binaan Bogasari. Selain program-program promosi, ia juga kerap memperoleh fasilitas pelatihan membuat kue yang Bogasari adakan untuk para mitra binaan.

Di Surabaya, perusahaan penggilingan tepung terigu terintegrasi ini rutin menggelar pelatihan pembuatan roti dan kue dua bulan sekali.

Dari pelatihan itu, Alber mendapat banyak bekal pengetahuan baru seputar pembuatan roti dan kue, khususnya kue basah seperti lapis legit dan aneka jajanan tradisional. “Selama ini kami masih kurang sekali pengetahuan seputar kue basah,” ujar dia.

Pelatihan tersebut juga berdampak pada peningkatan kualitas produk kue buatannya. “Dari situ, percaya diri kami meningkat.  Selain pelatihan produk, Bogasari juga kerap menggelar pelatihan dari sisi pemasaran dan manajemen , pengembangan sumber daya manusia para mitra binaan,” imbuhnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×