kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ali jadi pioneer peracik camilan kacang hijau


Sabtu, 01 Desember 2018 / 07:30 WIB
Ali jadi pioneer peracik camilan kacang hijau


Reporter: Elisabeth Adventa | Editor: Johana K.

KONTAN.CO.ID - Kacang adalah salah satu camilan atau snack yang banyak digemari masyarakat Indonesia. Bahkan beberapa perusahaan besar ada yang memproduksi camilan kacang secara masal. Sebut saja kacang tanah, kacang telur, kacang atom, kacang koro, kacang Bali, dan kacang polong sering kita jumpai di berbagai toko maupun pasar swalayan.

Potensi bisnis camilan kacang di Indonesia memang luas. Dan hampir semua kalangan menyukai camilan kacang. Peluang itulah yang berhasil ditangkap Chaidir Ali, pendiri Jolley Snack. Pemuda asal Deli Serdang, Sumatra Utara ini pun membuat inovasi camilan kacang.

Bosan dengan varian camilan kacang yang selama ini beredar di pasaran, pria yang akrab disapa Ali ini mencoba membuat camilan berbahan dasar kacang hijau. “Selama ini kacang ijo belum pernah dijadikan snack. Lebih banyak bahan untuk bakpia atau bubur," katanya kepada KONTAN beberapa waktu lalu.

Di sisi lain, daerah asal Ali di Deli Serdang merupakan sentra penghasil kacang hijau. Sejauh ini memang kurang inovasi dalam mengolah kacang hijau yang melimpah. Tanpa pikir panjang, Ali mengambil keputusan menggarap potensi yang ada di daerahnya sekaligus menawarkan terobosan baru  bagi industri camilan kacang Tanah Air.

Berdiri sejak 2016, Jolley pun muncul menjadi pelopor snack kacang hijau pertama di Indonesia. Ali menjelaskan nama Jolley diambil dari gabungan kacang ijo dan Alley, sebutannya di dunia maya. "Jadi Jolley ini kepanjangan dari kacang ijo punya Alley. Waktu awal bingung mau kasih brand apa," tutur Finalis 20 besar The Big Start season 3 ini sambil tertawa.

Varian rasa yang ditawarkan Jolley juga beragam, yakni original, balado, pedas, dan rumput laut. Ali mengemas camilan buatannya dengan dua ukuran, yaitu kemasan 5 gram (gr) yang dibanderol Rp 5.000 dan ukuran 150 gr yang dengan harga Rp 15.000.

Menjadi pelopor membuat Jolley saat ini sudah memiliki puluhan reseller yang tersebar di pulau Sumatera dan Jawa dengan kapasitas produksi hingga ribuan bungkus.       

Berupaya edukasi pasar soal camilan kacang hijau

Perjalanan Chaidir Ali merintis Jolley, camilan kacang hijau pertama di Indonesia tidaklah mulus. Produknya yang unik dan belum lazim di pasaran membuat pria yang akrab disapa Ali ini harus berjuang dan menuai sindiran.

Memperkenalkan Jolley kepada pasar di sekitarnya sama halnya dengan mengubah persepsi masyarakat soal olahan kacang hijau yang selama ini hanya identik dengan bakpia dan bubur. Itulah tantangan pertama bagi Ali. Ia mengaku mulanya cukup kesulitan mempromosikan Jolley karena pasar belum terbiasa dengan snack kacang hijau.

"Awal-awal itu lumayan susah, orang-orang masih heran dengan produk ini. Banyak juga yang ngatain produk saya, dibilang makanan ikan. Ada juga yang awalnya tidak mau mencoba karena takut rasanya aneh," ungkapnya.

Pria kelahiran 1993 ini pun tak patah semangat. Ia terus mencoba mempromosikan Jolley. Tak hanya mengandalkan rasa produk, Ali pun menambahkan nilai yang terkandung dalam produknya. Ia mengatakan sebenarnya kacang hijau sudah lazim dikonsumsi di Indonesia, hanya saja ini olahan yang berbeda. Ia pun menambahkan kandungan gizi yang terkandung dalam camilan kacang hijau sebagai salah satu value produk.

"Selain saya promosikan produknya, saya juga edukasi konsumen kalau mengonsumsi Jolley ini juga lebih sehat karena seperti yang kita taju, kandungan gizi kacang hijau juga tinggi. Kacang hijau punya kandungan vitamin E yang cukup tinggi, jadi tidak perlu khawatir jerawatan," katanya.

Tak hanya pemasaran produk yang penuh tantangan, saat awal menemukan racikan Jolley, Ali juga harus melakukan beberapa kali percobaan. Butuh waktu sekitar tiga bulan sampai ia menemukan racikan Jolley yang pas. Awalnya, ia menggoreng sendiri bahan baku kacang hijau, namun gagal karena rasanya aneh.

"Percobaan awal itu kacang hijau saya goreng begitu saja, jadinya memang aneh rasanya. Lalu saya pikir lagi gimana caranya agar rasa kacang hijaunya kuat tapi enak. Akhirnya saya coba pakai adonan tepung dan telur. Ternyata memang rasanya lebih enak dan racikan itu yang saya pakai sampai sekarang," jelasnya.

Konsisten menjalankan pilihan jadi kunci sukses

Sebelum mengambil langkah terjun ke dunia bisnis, Chaidir Ali pernah bekerja di sebuah perusahaan firma hukum. Namun, hanya bertahan setahun, lulusan fakultas hukum ini lantas memutuskan keluar karena merasa kurang cocok dengan lingkungannya.  

Keputusan Ali saat itu tentu menimbulkan beragam reaksi dari orang-orang terdekatnya, termasuk orangtuanya. Dia mengatakan saat awal merintis Jolley, orangtuanya sempat tidak setuju dan menyayangkan keputusannya berhenti dari kantor advokat. "Apalagi ayah saya perwira polisi, masak anak perwira polisi jualan kacang," katanya sambil tertawa.

Demi membuktikan langkahnya tepat, Ali terus fokus mengembangkan Jolley. Dan, setelah mengetahui produknya disukaip asar, dia pun menggarap Jolley secara serius.

Tak ingin kehilangan kesempatan untuk mengembangkan usaha, pria asal Deli Serdang, Sumatra Utara ini memberanikan diri untuk ikut dalam ajang The Big Start (TBS) Indonesia Season 3. "Ini kedua kalinya saya ikut TBS. Tahun lalu udah sempat ikut, tapi hanya lolos sampai 100 besar. Alhamdulilah, tahun ini bisa tembus 20 besar," ungkapnya.

Ali sekaligus satu-satunya peserta asal Sumatra yang lolos ke babak 20 besar The Big Start Indonesia season 3 tersebut. Ia mengungkapkan bahwa TBS Indonesia membawanya pada sebuah permulaan baru dalam bisnisnya. "Banyak sekali pelajaran yang saya dapat dari sini. Semakin membuka jaringan, saya juga banyak belajar soal marketing, soal produksi, menaikkan omzet juga. Di ajang ini juga bisa tukar pengalaman dengan peserta lain," jelasnya.

Setelah pulang dari ajang bergengsi tersebut, pria 25 tahun ini sudah merancang berbagai rencana untuk mengembangkan Jolley. Ali menuturkan, dirinya akan mulai menata struktur tim untuk memperkuat bisnisnya. Ia juga berkeinginan untuk membuat kemasan Jolley yang lebih praktis lagi.

"Pulang dari sini, saya sudah susun rencana, mulai dari produksi sampai ke marketing. Saya jadi punya pengetahuan baru soal bisnis. Rencananya, Jolley juga akan keluar kemasan lebih mini lagi, jadi bisa dijual Rp 1.000 per bungkus. Harapan saya, pasarnya bisa makin banyak karena bisa dinikmati anak sekolah juga," pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×