Reporter: Rani Nossar | Editor: Rizki Caturini
Sentra budidaya udang vaname di Kelurahan Limbangan Wetan, Brebes ini tidak berkumpul di satu area, meski masih berada di satu kelurahan. Jika dihitung-hitung, ada lebih dari 100 kolam yang berfungsi sebagai tambak udang vaname yang terbagi di beberapa wilayah kelompok.
Sebelum Bupati Brebes mengenalkan udang vaname di tahun 2006, warga memelihara udang windu pada kolam yang masih terpencar. Tidak ada kelompok pembudidaya sehingga pembudidayaan berjalan sendiri-sendiri dengan pengetahuan dan cara budidaya yang seadanya.
Munawar, salah satu pembudidaya di sentra ini bilang, setelah ada penyuluhan dari bupati, dia dan petambak lain akhirnya ramai-ramai berganti ke udang vaname karena ternyata perawatannya yang mudah dan harga jualnya lebih tinggi. "Pada saat itu bibitnya dijual agak mahal, sebab bibitnya langsung didatangkan dari Amerika Latin," ujar Munawar.
Setahun pertama memulai budidaya udang vaname, dia masih menggunakan teknik sederhana. Namun setelah tahun 2013 ada bantuan dari Dinas Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Tengah yang memberi peralatan seperti genset, kincir, bibit, serta penyuluhan budidaya secara intensif.
Waktu itu dia masih memiliki dua kolam dan saat panen pendapatan bersih per siklus masih Rp 15 juta. Sekarang dia telah memiliki empat kolam, dua kolam di antaranya sudah intensif dan sisanya masih bertahap disiapkan menuju intensif. "Pendapatan bersih bisa naik tiga kali lipat, "kata dia.
Baharuddin, petambak udang vaname lainnya juga merasakan kenaikan keuntungan. Saat masih membudidayakan udang windu, pendapatannya sulit meningkat. Kala itu dia masih punya satu kolam. Sekarang, dia memiliki empat petak kolam dengan masing-masing kolam luasnya 0,5 hektare.
Baharuddin tidak menjual semua bibit udangnya ke tempat pelelangan, namun sebagian dibesarkan. Baharuddin juga tetap memasok bibit vaname dari Meksiko atau Amerika Serikat yang ia dapat dari Kendal atau Semarang.
Dengan tergabung dalam kelompok budidaya Sampang Tigo, Baharuddin mengaku banyak membantu masyarakat sekitar dengan menciptakan lapangan pekerjaan di tambak. Kelompok ini bisa melibatkan 30 orang, apalagi pada saat panen setiap dua bulan sekali terkadang bisa melibatkan 50 orang.
Tidak heran Kelompok Sampang Tigo ini dijadikan percontohan bagi petambak dari kecamatan lain yang baru merintis. Sebab, menurut Baharuddin, lahan tambak udang di Brebes merupakan salah satu area tambak terbesar di Jawa Tengah. Baharuddin juga mengakui, Bupati Brebes saat ini berambisi agar Brebes menjadi penghasil udang vaname terbesar di Indonesia karena potensi pasar yang masih sangat besar. n
(Bersambung)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News