Reporter: Elisabeth Adventa | Editor: Tri Adi
Menjadi satu-satunya gudang gula semut yang masih beroperasi di Lebak, membuat gudang milik Anwar Aan menjadi tempat percontohan oleh pemerintah setempat. Target ke depan, Aan ingin memperluas pasar ekspor. Untuk itu, dia berharap pemerintah bisa memberi bantuan perbaikan gudang.
Tren bisnis pengolahan gula aren menjadi gula semut di Lebak, Banten pada 2002 hanya berlangsung sesaat. Anwar Aan sempat didaulat oleh pemerintah setempat untuk membina para petani aren untuk bisa mengolah komoditas ini menjadi gula semut. Banyak juga warga yang aslinya bukan petani aren ikut terjun ke bisnis ini. Namun, lantaran mereka tidak mengerti tentang risiko bisnis, mengelola keuangan serta mematok harga jual, bisnis mereka pun lambat laun meredup. Hingga kini, sudah tidak ada lagi pabrik gula semut yang beroperasi, kecuali pabrik milik Anwar.
Tidak berhenti hanya dengan memproduksi gula semut, Anwar terus berinovasi dengan menciptakan gula jahe dan gula kunyit jahe bubuk siap minum. Produk gula kunyit jahe buatan Anwar juga laku keras di pasaran Eropa dan Amerika. "Saat ini kapasitas produksi serbuk minuman gula kunyit jahe bisa mencapai 7 ton sebulan," tuturnya.
Meski produknya cukup laku di pasar ekspor, Anwar mengaku pernah mengalami kendala saat mengurus sertifikat. Biaya mengurus sertifikat pangan organik internasional tidak murah. Dia harus merogoh kocek Rp 90 juta per sertifikat yang berlaku setahun.
Kini Kelompok Usaha Bersama (KUB) Mitra Mandala milik Anwar telah mengantongi sertifikat pangan organik internasional dari Amerika, Eropa, Jepang dan Asia, ditambah dengan sertifikat nasional. Semua sertifikat harus diperpanjang tiap tahun. "Sekarang untuk perpanjangan sertifikat, saya tidak perlu lagi mengurus sendiri, karena semua diurus oleh eksportir. Biaya perpanjangan juga ditanggung oleh mereka," ujar Anwar.
Pria bertubuh mungil ini mengaku, hasil usaha dari bisnis ini sebagian ia kembalikan kepada petani untuk memperbaiki rumah produksi yang berada di hutan-hutan, agar lebih rapi dan bersih.
Pengalamannya yang cukup banyak di lapangan membuat pria kelahiran Banten ini kerap diundang untuk memberi pelatihan dan peresmian varietas bibit aren unggul di beberapa kota di Indonesia, mulai dari Sulawesi, Kalimantan, Sumba, Sumbawa, Aceh, Gorontalo, dan banyak lagi.
Anwar menargetkan ke depan bisa mencapai pasar internasional yang lebih banyak lagi. Namun harus ada perbaikan gudang produksi untuk sertifikasi Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP) agar bisa memperkuat pengakuan pasar internasional terhadap produknya.
Harapannya, pemerintah setempat bisa membantu untuk memperbaiki gudang produksi agar layak untuk persyaratan sertifikat HACCP itu. Anwar tidak minta modal biaya produksi, hanya perbaikan gudang saja agar layak menjadi gudang percontohan.
(Selesai)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News