Reporter: Cindy Silviana Sukma | Editor: Havid Vebri
Mendengar nama biji jengkol biasanya diasosiasikan dengan makanan yang memiliki aroma tidak sedap. Meski tidak semua masyarakat Indonesia menggemari jengkol sebagai bahan pangan, namun ceruk pasar buah berbentuk gepeng ini tetap saja ada.
Tidak hanya diolah menjadi semur atau di makan mentah begitu saja sebagai pendamping lalapan sayur, jengkol juga bisa diolah menjadi emping. Ada salah satu wilayah di Bogor yang menjadi sentra pembuatan emping jengkol ini, tepatnya di Jalan Kebon Jukut RT 01/05, Kelurahan Babakan Pasar, Kecamatan Bogor Tengah, Bogor.
Lokasinya cukup dekat dari Terminal Baranangsiang, persis di pinggiran Sungai Ciliwung. Di sini terdapat lebih dari 30 pelaku usaha rumahan yang sehari-hari membuat emping jengkol. Salah satunya adalah Siti Fatimah. Ibu rumah tangga ini merupakan generasi ketiga sebagai pembuat emping jengkol, melanjutkan usaha nenek dan orangtuanya.
Artinya, sentra ini sudah berdiri sejak puluhan tahun silam. Siti bercerita, dia bisa membeli hingga 7 kilogram (kg) jengkol mentah dalam sehari untuk produksi. Biasanya pengolahan dilakukan sejak pagi hari hingga menjelang tengah hari, kemudian emping di kemas dalam plastik.
Dengan bahan baku sebanyak itu, Siti bisa mendapatkan 400 lembar emping jengkol. "Usia biji jengkol dipilih yang tua agar kualitas empingnya bagus. Kalau dapat yang muda, harus dibuang," ujarnya kepada KONTAN.
Harga jual emping mentah berukuran besar dibanderol seharga Rp 100.000 per 100 lembar. Sementara, emping mentah berukuran kecil dijual Rp 85.000 per 100 lembar. Siti bisa mendapat omzet Rp 340.000 hingga Rp 400.000 per hari. Namun, itu belum dipotong dengan upah kuli tumbuk dan harga beli jengkol di pasar yang cukup berfluktuasi.
Untuk membantu produksi, Siti sehari-hari menyewa empat kuli tumbuk yang masing-masing diberi upah Rp 25.000 per hari. Sedangkan, harga jengkol di pasar saat ini sekitar Rp 25.000 per kg. Dengan demikian, untung bersih yang bisa dikantongi ibu dengan empat anak ini berkisar Rp 90.000 hingga Rp 150.000 per hari.
Hitung punya hitung, dalam sebulan, Siti bisa meraup laba bersih hingga Rp 4,5 juta per bulan. Siti Halimah, adik kandung Siti Fatimah juga ikut memproduksi emping jengkol. Kebetulan, lokasi rumah mereka pun berdekatan. Halimah biasanya membeli 4 kg jengkol dan mengolahnya menjadi 200 lembar emping.
Tidak seperti kakaknya yang hanya menjual emping jengkol mentah, Halimah juga menyediakan emping jengkol yang sudah digoreng. Harga emping mentah dia jual mulai dari Rp 80.000 per 100 lembar. Sementara, emping goreng dijual seharga Rp 2.500−Rp3.000 per plastik yang berisi tiga lembar hingga empat lembar emping jengkol.
Biasanya, hasil olahan emping dari sentra ini diambil oleh para distributor setiap sore. Atau, sebagian produsen mengantar sendiri emping-emping tersebut ke beberapa toko oleh-oleh langganan mereka masing seperti ke toko Dian Sehari, Rigahayu, Toko Ijo, Toko Obor yang terletak di Jalan Surya Kencana, Bogor.
(Bersambung)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News