Reporter: J. Ani Kristanti | Editor: Tri Adi
Buah yang manis memang bisa dihasilkan dari kerja keras. Andi Nata telah membuktikannya. Kebiasaannya giat belajar dan bekerja sedari masa sekolah mengantarkan dia menjadi salah seorang pengusaha sukses.
Andi yang mulai merintis bisnisnya sebagai peternak kambing, kini menjadi salah satu pengusaha katering khusus akikah besar di Jakarta. Saban bulan, pria asal Plered, Cirebon, ini bisa mendulang omzet Rp 300 juta. Berbagai penghargaan sebagai wirausaha muda, baik tingkat nasional maupun internasional, berhasil ia sabet.
Padahal, Andi tak pernah membayangkan dunia usaha bakal mengharumkan namanya. Dia terlahir dari keluarga yang sangat sederhana. Ayahnya, Sumari, adalah seorang karyawan bengkel furnitur. Adapun sang ibu, Roaenah, adalah ibu rumahtangga. “Mayoritas keluarga saya bertani di Plered,” kata pria berusia 25 tahun.
Beruntung, dia memiliki otak yang encer. Kemampuan akademis pria, yang saban hari ia mengayuh sepeda dari rumahnya ini, selalu unggul. Tak heran, beasiswa kerap menghampirinya semasa sekolah.
Bahkan, sejak SMA, Andi selalu mendapatkan beasiswa. Kondisi ini pun terus berlanjut hingga dia kuliah di Universitas Indonesia. “Yang saya ingat, pesan nenek, enggak boleh takut dengan keadaan, karena kami tak punya apa-apa, saya incar beasiswa,” tutur anak ketiga dari enam bersaudara ini.
Duduk di bangku kuliah membuat Andi punya banyak waktu luang. Tidak seperti saat SMA, dia menyadari, banyak waktu-waktu kosong di sela-sela kuliahnya. Andi pun berpikir untuk memanfaatkan waktu kosong ini untuk menambah koceknya. Berbekal ilmunya saat SMA, dia memberi kursus di sejumlah lembaga bimbingan belajar di Depok.
Hingga suatu ketika, kabar buruk ia terima pada medio 2007. Sang ayah tertimpa kecelakaan kerja dan harus dioperasi dengan biaya Rp 35 juta. Andi pun terketuk hatinya melihat adik-adiknya yang masih kecil dan butuh biaya.
Sayang, duit dari hasil les tidak mencukupi. Sekuat tenaga, Andi mengumpulkan dana untuk keperluan operasi. “Saya meminjam ke orang tua murid dan teman-teman,” kenangnya. Bahkan, untuk membayar pinjaman itu, dia rela tak digaji sebagai guru les privat selama beberapa tahun.
Andi pun rajin mengikuti ajang karya ilmiah di kampus. “Pokoknya, semua yang menghasilkan uang, saya ikuti,” kata dia. Akhirnya, dia berhasil membiayai operasi ayahnya.
Setelah ayahnya benar-benar sembuh, Andi mulai berpikir untuk memberi kesibukan dan penghasilan bagi orang tuanya. Dari situ, kemudian, terlintas ide di benak Andi untuk beternak kambing. Mulailah dia berburu pengetahuan tentang beternak kambing.
Dengan modal Rp 8 juta, hasil tabungannya, Andi mulai merintis peternakan kambing di Plered. Dia membeli empat kambing betina dan satu kambing jantan. Perawatan kambing-kambing ini ia serahkan ke orangtua dan sejumlah saudaranya di kampung.
Tak lupa, Andi terus mengasah ilmunya soal kambing. Dari seorang teman, dia mendapat info adanya peternak besar di Jakarta Utara. Andi pun segera mendatanginya dan mengungkapkan niatnya untuk mempelajari seluk-beluk soal beternak kambing. Berbulan-bulan, Andi tinggal di sana. “Dari sana, saya sadar, dalam bisnis, kuncinya tekun dan tahu diri. Selama di sana, saya bantu dengan bersih-bersih juga,” kata dia.
Andi selalu bercerita tentang peternakan kambing itu kepada teman-teman yang ditemuinya dalam berbagai komunitas. Lantaran benar-benar ingin terjun ke dunia bisnis, dia lantas bergabung dalam berbagai komunitas. Melihat hasil peternakannya, sejumlah teman pun tertarik bergabung. Hingga pada akhir 2009, peternakan Andi telah memiliki 258 ekor kambing, dengan suntikan modal 20 investor.
Sayang, penjualan kambing terbesar hanya bisa dilakukan saat Idul Adha. Andi pun kembali harus memutar otak. Ketika berkunjung ke peternakan tempatnya berguru, Andi mendapat masukan untuk berbisnis katering. Mulailah Andi dengan usaha katering akikah dengan nama Raja Aqiqah. “Tapi saya tak memasak sendiri, masakan dikirim oleh Pak Haji, pemilik peternakan itu,” cetus dia.
Bisnis katering ini cepat dikenal. Maklum, Andi rajin keluar masuk gang di Depok untuk menempel brosur setiap malam. Ia juga masuk ke komunitas yang tepat. “Biar enggak malu, kalau memasang brosur pakai helm,” kelakarnya.
Bisnis ini lebih menggiurkan daripada peternakan kambing. “Untungnya lebih besar, bisa sampai Rp 250.000 per ekor kambing,” ujar pria kelahiran 7 Januari 1989.
Kebetulan, di saat yang sama, tepatnya 2010 akhir, ada investor yang tertarik membeli kambing di peternakan Andi. Investor itu ingin memulai usaha penggemukan kambing. Tak berpikir lama, Andi menerima tawaran itu karena ingin fokus membesarkan bisnis katering dan mengubah peternakannya menjadi pembiakan kambing.
Pada 2011, Andi mulai membesarkan usaha katering dengan membenamkan investasi hingga Rp 150 juta. Dia pun mencari jurumasak sendiri untuk kateringnya. “Kebetulan, ada orang yang pintar masak, tapi lagi nganggur,” jelasnya.
Didukung oleh masakan yang lezat, bisnis kateringnya pun melesat. Pesanan selalu datang setiap hari, bahkan jangkauannya juga lebih luas, bukan cuma di Depok.
Tak berhenti di bisnis katering akikah, Andi pun menjajal bisnis properti pada 2012. Dia membeli rumah-rumah seken, dan merenovasinya untuk dijual kembali. Belum cukup, dia melebarkan sayap bisnisnya dengan membuka usaha traveling. Sejak tahun lalu, melalui bendera PT Andinata Sumari,
Andi menawarkan perjalanan umrah dan haji plus.
kejar S-3 untuk perluas jaringan
Lantaran sibuk mencari uang di masa-masa awal menjadi mahasiswa, kuliah Andi Nata sempat terbengkalai. Maklum, saat itu, dia sudah merasakan nikmatnya bekerja dan punya penghasilan sendiri. Andi bercerita, uang dari hasil memberi bimbingan belajar bisa mencapai Rp 4 juta per bulan. “Ini hasil yang cukup besar bagi saya waktu itu,” kata Andi yang mengambil jurusan teknik mesin untuk jenjang S-1.
Setelah mendapat pencerahan dari salah satu orang tua murid, yang meneruskan sekolah meski sudah menjadi pengusaha sukses, barulah Andi kembali serius menekuni kuliahnya. “Dulu, saya suka datang, lalu pulang duluan, karena mengejar waktu untuk memberi les,” ucapnya.
Pasalnya, bukan hanya di kawasan Depok, saat itu jangkauan Andi bisa mencapai kawasan Jakarta dan Bekasi. Tak heran, saat kembali duduk ke bangku kuliah, Andi harus mengulang hingga 10 mata kuliah lagi.
Andi merasa perlu untuk terus membekali diri dengan pendidikan. Dan, ia pun makin yakin bahwa dari pendidikan itu ia bukan cuma memperoleh ilmu baru. “Dengan kuliah lagi, saya bisa memperluas jaringan untuk mendukung bisnis,” jelasnya. Dia pun mengakui, pesanan banyak datang dengan promosi dari mulut ke mulut, yang juga dilakukan oleh sesama rekannya di kampus.
Selain itu, dia bisa mengaplikasikan berbagai teori yang diperolehnya dengan praktik di lapangan. Untuk menggugah semangatnya terus menyala, tak lupa, Andi pun melahap berbagai buku motivator.
Setelah menyelesaikan jenjang S-1, Andi pun melanjutkan pendidikannya menempuh jenjang S-2 di Teknik Industri, Universitas Indonesia. Kini, dia sedang mempersiapkan jenjang lebih tinggi lagi, yakni S-3 dengan mengambil konsentrasi ilmu manajemen, masih di universitas yang sama.
Tentu saja, Andi tak ingin menyimpan semua ilmunya sendiri. Kini, selain menjalani peran sebagai mahasiswa, dia juga sering menjadi dosen tamu di beberapa universitas.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News